Sudut Pandang Point of View

cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain sebagainya. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah atau tinggi. Dalam novel ini pengarang menampilkan kehidupan sosial masyarakat Jepang sebelum perang hingga perang dan sampai perang berakhir. Pada masa itu mereka harus belajar memahami kehidupan yang sederhana sementara waktu berlalu tahun-tahun yang bagai impian disapu oleh kenyataan hidup. Perang memporak-porandakan semua hingga akhirnya mereka harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

2.2.5 Sudut Pandang Point of View

Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita novel tersebut. Dengan kata lain posisi pengarang menempatkan dirinya dalam cerita tersebut, apakah dia ikut terlibat langsung atau hanya sebagai pengamat yang berdiri diluar cerita Aminuddin, 2000: 90. Sedangkan menurut Abrams dalam Nurgiantoro 1998: 248 sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa dalam bentuk sebuah karya fiksi kepada pembaca. Terdapat beberapa jenis point of view, yaitu: 1. Narator Omniscient, yaitu pengarang yang berfungsi sebagai pelaku cerita, karena pengarang juga adalah pelaku cerita makan akhirnya pengarang juga merupakan pelaku yang serba tahu tentang apa yang ada dalam bentuk pelaku utama maupun sejumlah pelaku lainnya, baik secara fisikal maupun psikologis. Dengan demikian apa yang terdapat dalam batin pelaku kemungkinanan nasibnya, pengarang atau narator juga Universitas Sumatera Utara mampu memaparkannya meskipun itu hanya beberapa lamunan pelaku atau merupakan sesuatu yang belum terjadi. 2. Narator observer, yaitu pengarang berfungsi sebagai pengamat terhadap pemunculan para pelaku serta hanya tahu dalam batas tertentu prilaku batiniah para pelaku. Dalam novel “Nijushi no Hitomi” karya Sakae Tsuboi ini pengarang termasuk ke dalam narrator observer, yaitu pengarang yang hanya berfungsi sebagai pengamat saja, karena tidak terlihat langsung dalam cerita novel. Pengarang mengangkat cerita sejarah Jepang ke dalam bentuk novelnya lalu mengemas cerita tersebut lebih menarik agar lebih mudah dipahami oleh pembaca, tetapi ini cerita di dalam novel tetap sama dengan kisah sejarahnya tanpa ada yang di ubah sedikitpun.

2.3 Biografi Pengarang

Sakae Tsuboi, pengarang buku ini lahir di Pulau Shodo di Laut Seto pada tahun 1900. Setelah lulus sekolah dasar, dia bekerja sebagai juru tulis di kantor pos dan kantor desa di pulau itu selama kurang lebih sepuluh tahun. Pada tahun 1925 Ia pindah ke Tokyo dan menikah dengan Shigeji Tsuboi, seorang penyair. Kelak dia berkenalan dengan para novelis perempuan, diantaranya Yuriko Miyamoto dan Ineko Sata, dan berkat dorongan mereka, dia mulai menulis fiksi. Sejak masa perang dia telah menghasilkan sejumlah novel. Dia dikenal piawai dalam menulis kisah-kisah yang tokoh utamanya anak-anak, dan dari beberapa karyanya ini dia telah memenangkan berbagai penghargaan sastra, diantaranya penghargaan Menteri Pendidikan untuk Karya Seni. Novel Nijushi no Hitomi Dua Belas Pasang Mata telah diadaptasi menjadi film oleh sutradara Keisuke Kinashita. Pada tahun 1967, Sakae Tsuboi menjadi warganegara Universitas Sumatera Utara