Teori Kebutuhan McClelland Goal Setting Theory

entrepreneur juga perlu mengenali kekuatan motivasi dirinya sendiri sehingga dapat menjaga keseimbangan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini usia merupakan faktor yang memotivasi kaum muda untuk menjadi seorang entrepreneur karena di dorong keinginan untuk mapan di usia muda. Menurut Hurlock dan Staw dalam Hutagalung dkk 2010: 9 bahwa usia bisa terkait dengan keberhasilan. Adanya pengalaman dalam mengelola usaha memberi motivasi untuk menjadi entrepreneur yang berpengaruh pada keberhasilan usaha Hutagalung dkk, 2010: 10. Selain itu adanya latar belakang pendidikan juga dapat memotivasi untuk menjadi entrepreneur. Menurut Bowen dan Robert dikutip oleh Staw dalam Hutagalung dkk 2010: 10 menyatakan bahwa “pendidikan merupakan syarat keberhasilan bagi seorang wirausaha”.

2.1.4.1 Teori Kebutuhan McClelland

Menurut McClelland kebutuhan berasal dari budaya Ivancevich et al, 2008: 154. Tiga dari kebutuhan itu adalah kebutuhan akan pencapaian need for achievement, kebutuhan akan afiliasi need for affiliation, kebutuhan akan kekuasaan need for power. McClelland menyatakan dalam Ivancevich et al 2008: 154 bahwa ketika muncul suatu kebutuhan yang kuat dari dalam diri seseorang, kebutuhan tersebut akan memotivasi dirinya untuk menggunakan perilaku yang dapat mendatangkan kepuasannya. Universitas Sumatera Utara Memiliki kebutuhan akan pencapaian need for achievement yang tinggi mendorong seorang individu untuk menetapkan tujuan yang menantang, untuk bekerja keras demi mencapai tujuan tersebut, dan menggunakan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapainya. McClelland berpendapat bahwa kebutuhan akan pencapaian need for achievement dapat dipelajari. Kebutuhan akan pencapaian need for achievement merefleksikan seseorang yang suka menerima tanggung jawab untuk memecahkan masalah, serta meyukai umpan balik. Kebutuhan akan afiliasi need for affiliation merefleksikan keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan kebutuhan akan kekuasaan need for power memiliki dua orientasi yaitu kekuasaan dapat menjadi negatif jika berfokus pada dominasi dan kepatuhan. Atau kekuasaan dapat menjadi positif karena merefleksikan perilaku persuasif dan inspirasional.

2.1.4.2 Goal Setting Theory

Teori penetapan tujuan goal setting theory adalah proses kognitif membangun tujuan dan merupakan determinan perilaku. Tujuan yang disadari akan menghasilkan tingkat prestasi yang lebih tinggi jika seseorang menerima tujuan tersebut http:dspace.umy.ac.idhandle123456789121. Sifat kognitif proses mental mencakup: 1. Kejelasan tujuan atau tujuan spesifik berkaitan dengan tingkat presisi kuantitatif tujuan tersebut goal specificity. Universitas Sumatera Utara 2. Kesukaran tujuan: tingkat keahlian yang dibutuhkan goal difficulty. 3. Intensitas tujuan: proses menentukan bagaimana mencapai tujuan tersebut goal intensity. 4. Kadar usaha untuk mencapai tujuan goal commitment. Dalam banyak penelitian, tujuan spesifik dan kesukaran tujuan menjadi pertimbangan penting. Tujuan spesifik mengarah pada hasil yang lebih baik dibandingkan tujuan yang samar-samar, karena tujuan tersebut memberikan kejelasan bagi individu yang berkaitan dengan apa yang seharusnya dikerjakan. Hal tersebut akan dapat menimbulkan perasaan berprestasi pada diri entrepreneur, pengakuan dan komitmen. Dengan demikian penetapan tujuan yang bersifat spesifik akan mendorong peningkatan prestasi. Demikian pula dengan kesukaran tujuan, semakin sukar tujuan, semakin tinggi pula tingkat prestasi. Namun hal tersebut terjadi ketika tujuan diterima atau disepakati goal acceptance. Berkaitan dengan isu insentif, itu akan efektif mempengaruhi perilaku, jika insentif tersebut mempengaruhi tujuan orang dalam pencapaiannya. Namun demikian, masalah tentang hasil yang kembali menurun diminishing returns merupakan masalah nyata yang disebabkan kesukaran mencapai tujuan. Secara kognitif jika tujuan dianggap terlalu sukar sehingga tidak mungkin dicapai justru akan menyebabkan frustasi bukan motivasi. Zander Newcomb, 1967 dalam Gibson et al., 1985 dikutip dari http:dspace.umy.ac.idhandle123456789121. Universitas Sumatera Utara

2.1.5 Young Entrepreneur

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

1 4 109

Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Mahasiswa untuk Menjadi Young Entrepreneur (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi USU)

0 0 10

Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Mahasiswa untuk Menjadi Young Entrepreneur (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi USU)

0 0 2

Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Mahasiswa untuk Menjadi Young Entrepreneur (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi USU)

0 0 6

Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Mahasiswa untuk Menjadi Young Entrepreneur (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi USU)

0 0 37

Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Mahasiswa untuk Menjadi Young Entrepreneur (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi USU)

0 0 2

Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Mahasiswa untuk Menjadi Young Entrepreneur (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi USU)

0 0 23

Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 11

Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 2

Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 8