Kerangka Teori dan Konsep

15 Diakui Atas Harta Peninggalan Orang Tuanya Kajian Pada Etnis Tionghoa Di Kota Tebing Tinggi”. 7. Rehbana 017011052, Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Kedudukan Anak Terhadap Harta Warisan Orangtuanya Yang Perkawinannya Tidak Dicatatkan Di Kantor Catatan Sipil Pada Masyarakat Tionghoa Di Kota Medan”. Dengan demikian dapat dikatakan penelitian ini dijamin keasliannya dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsep

1. Kerangka Teori

Teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan. 26 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk mensistematiskan penemuan- penemuan penelitian, membuat ramalan atau prediksi atas dasar penemuan dan menyajikan penjelasan yang dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan. Artinya teori merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskan dan harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar. 27 26 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Penerbit Mandar Madju, 1994, hal. 80. 27 Ibid., hal. 17. Universitas Sumatera Utara 16 Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan hukum, khususnya teori perlindungan hukum terhadap kedudukan anak angkat dalam hukum waris. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles dan Zeno, yang menyatakan bahwa hukum itu bersumber dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum dan moral adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral. 28 Perlindungan hukum menurut Hadjon meliputi dua macam perlindungan hukum bagi rakyat meliputi: 1. Perlindungan Hukum Preventif : dimana kepada rakyat diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitif. 2. Perlindungan Hukum Represif; dimana lebih ditujukan dalam penyelesian sengketa. 29 Perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila. Adapun elemen dan ciri-ciri Negara Hukum Pancasila ialah: 28 Ninik Wauf, Kajian Teori Perlindungan Hukum, www.hnikawawz.blogspot.com201111kajian-teori-perlindungan-hukum.html, diakses pada tanggal 3 Mei 2013. 29 Fauzie Yusuf Hasibuan, Teori Perlindungan Hukum, http:fauzieyusufhasibuan.wordpress.com20091212peranan-lembaga-anjak-piutang-dalam- ekonomi-indonesia, diakses pada tanggal 20 April 2013. Universitas Sumatera Utara 17 a. Keserasian hubungan antara pemerintah dengan rakyat berdasarkan asas kerukunan. b. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan Negara c. Prinsip penyelesian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terakhir. d. Keseimbangan antara hak dan kewajiban. 30 Hukum merupakan suatu kaedah atau norma yang berfungsi untuk mengatur berbagai kepentingan dan tuntutan di dalam masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa setiap warga memiliki kepentingan dan tuntutan yang harus disesuaikan antara warga masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Pokok-pokok ajaran mahzab historis yang diuraikan Savigny dan beberapa pengikutnya dapat disimpulkan sebagai berikut: a Hukum ditemukan tidak dibuat. Pertumbuhan hukum pada dasarnya adalah proses yang tidak disadari dan organis, oleh karena itu Perundang-undangan adalah kurang penting dibandingkan dengan adat kebiasaan. b Karena hukum berkembang dari hubungan-hubungan hukum yang mudah dipahami dalam masyarakat primitif ke hukum yang lebih kompleks dalam peradaban modern kesadaran umum tidak dapat lebih lama lagi menonjolkan dirinya secara langsung, tetapi disajikan oleh para ahli hukum yang merumuskan prinsip-prinsip hukum secara teknis. Tetapi ahli hukum tetap merupakan suatu organ dari kesadaran umum terikat pada tugas untuk memberi bentuk pada apa yang ia temukan sebagai bahan mentah Kesadaran umum ini tampaknya oleh Scholten disebut sebagai kesadaran hukum. Perundang-undangan menyusul pada tingkat akhir; oleh karena ahli hukum sebagai pembuat undang-undang relatif lebih penting daripada pembuat undang-undang. c Undang-undang tidak dapat berlaku atau diterapkan secara universal. Setiap masyarakat mengembangkan kebiasaannya sendiri karena mempunyai bahasa adat-istiadat dan konstitusi yang khas. Savigny menekankan bahwa bahasa 30 Teori Perlindungan Hukum, http:anamencoba.blogspot.com201104teori-perlindungan- hukum-dalam-melihat.html, diakses pada tanggal 22 April 2013. Universitas Sumatera Utara 18 dan hukum adalah sejajar juga tidak dapat diterapkan pada masyarakat lain dan daerah-daerah lain. Volkgeist dapat dilihat dalam hukumnya oleh karena itu sangat penting untuk mengikuti evolusi Volkgeist melalui penelitian hukum sepanjang sejarah. 31 Roscoe Pound memandang hukum sebagai realitas sosial yang mengatur warga masyarakatnya. Adapun definisi Roscoe Pound yang menyatakan bahwa dalam kehidupan setiap orang dalam masyarakat akan memiliki 3 tiga tuntutan yaitu: a Untuk menguasai harta benda dan kekayaan alam termasuk tanah. b Untuk dapat memperoleh pemenuhan keuntungan. c Adanya jaminan terhadap campur tangan orang lain yang dapat menimbulkan gangguan. 32 Tuntutan dan kepentingan manusia tersebut mengalami perkembangan sehingga muncul adanya 2 dua teori yang menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk individu teori kodrat, teori psikologis dan teori yang menyatakan manusia sebagai makhluk sosial teori historis, teori positif, dan teori sosiologis. Masyarakat Tionghoa memiliki cara tersendiri dalam mengembangkan dan mempertahankan komunitas mereka, diantaranya dan lazim adalah melalui pernikahan secara adat dan kultur kebudayaan yang diyakini dan semua terangkum sebagai Hukum Adat Tionghoa. Sistem kewarisan dalam hukum adat terbagi atas 3 tiga bagian yaitu: a Sistem Pewarisan Individual. 31 Abdul Kadir Muhammad. Hukum Perdata Indonesia.PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. 2000, hal. 26 32 HFA.Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, CV. Rajawali, Jakarta,1992, hal. 41 Universitas Sumatera Utara 19 Misalnya:Pada susunan kekeluargaan bilateral Jawa dan susunan kekeluargaan patrilineal Batak. b Sistem Pewarisan Kolektif Misalnya: Harta pusaka tinggi di Minangkabau, Tanah dati di Ambon. c Sistem Pewarisan Mayorat. Misalnya: di Bali, Lampung, dan lain-lain. 33 Pernikahan berdasarkan adat istiadat yang dianut sering kali tidak dapat mencapai tujuan suatu pernikahan, yaitu untuk membangun dan membina keluarga serta untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan. Seharusnya suatu perkawinan diikuti dengan keinginan untuk memiliki keturunan, dan hal tersebut sering terwujud dengan keturunan dan masyarakat Tionghoa mengakui keturunan tersebut merupakan titipan Tuhan Yang Maha Esa. Namun ada kalanya perkawinan dimaksud gagal memiliki keturunan. Perkawinan yang telah memiliki keturunan ataupun tidak, dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa sering melakukan upaya-upaya pendorong guna mengadopsi, mengasuh, memelihara, ataupun merawat seorang anak dengan berbagai alasan. Andi Hamzah, menyatakan bahwa alasan dan tujuan pengangkatan anak ini adalah sebagai berikut: 1 Untuk melangsungkan keturunan 2 Untuk melanjutkan dan memelihara harta benda 3 Dapat juga anak angkat dilakukan untuk pemeliharaan belaka 33 Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, PT. Citra Aditnya Bakti, Bandung, 1993, hal. 15 Universitas Sumatera Utara 20 4 Untuk memasukkan seorang kedalam masyarakat hukum. 34 Sholeh Soeaidy dan Zulkhair menyebutkan alasan pengangkatan anak yaitu: 1 Tidak memiliki keturunan sama sekali atau pun belum memiliki anak laki-laki. 2 Kesetiakawanan sosial. 3 Pancingan untuk memperoleh keturunan dalam perkawinan. 4 Mengurus masa hari tua karena tidak memiliki. 35 Pada penulisan tesis ini akan dibahas dan diteliti mengenai pengangkatan anak antar Warga Negara Indonesia domestic adoption, khususnya golongan WNI keturunan Tionghoa.

2. Kerangka Konseptual

1. Anak angkat adalah anak orang lain yang diambil dipelihara serta disahkan secara hukum sebagai anak sendiri. 36 2. Adopsi adalah suatu cara untuk mengadakan hubungan antara orang tua dan anak yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. 3. Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain kedalam keluarga sendiri sedemikian rupa, sehingga antara orang tua yang memungut anak dan anak yang dipungut itu timbul suatu hubungan kekeluargaan yang sama seperti yang ada antara orang tua dengan anak kandungnya sendiri. 37 34 Andi Hamzah, Kedudukan Anak Angkat Sebagai Ahli Waris Menurut Hukum Adat, Fakultas Hukum USU.Deli Serdang, 1995, hal. 10 35 Sholeh Soeaidy dan Zulkhair, Dasar Hukum Perlindungan Anak, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 2001, hal. 25 36 WJS.Poerwadarminta.Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN.Balai Pustaka, Jakarta, 1986, hal. 31 37 Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, CV. Haji Masagung, Jakarta, 1990, hal. 117 Universitas Sumatera Utara 21 4. Hukum waris adat adalah keseluruhan pertaturan hukum dan peraturan-peraturan adat yang mengatur tentang peralihan maupun penerusan harta warisan dengan segala akibatnya baik dilakukan semasa pewaris masih hidup maupun sesudah meninggal dunia. 38 5. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. 39 6. Tionghoa adalah masyarakat yang berasal dari timur asing Tionghoa yang bermukim di wilayah Indonesia baik telah menjadi WNI ataupun belum. 40 7. Masyarakat Tionghoa adalah suatu perkumpulan komunitas yang berasal dari timur asing Tionghoa yang masuk dan bermukim diwilayah Indonesia kemudian secara langsung disamakan sebagai WNI ataupun kemudian hari atas inisiatif sendiri bermaksud menjadi WNI.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah upaya untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dimana usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah. 41

1. Spesifikasi Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan ini menggunakan jenis penelitian hukum yuridis normatif. 38 Febbe Joesiaga, SH, Pelaksanaan Pembagian Warisan Secara Adat Pada Masyarakat Tionghoa di Kota Surakarta, www.eprints.undip.ac.id173571FEBBE_JOESIAGA.pdf, diakses pada tanggal 3 Mei 2013. 39 WJS. Poerwadarminta,Op.Cit, hal. 281 40 Tan Pen Wei, Op.Cit. 41 Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, Andi Offset, Yogyakarta, 1989, hal. 3 Universitas Sumatera Utara 22 Penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yaitu meneliti terhadap bahan pustaka atau bahan sekunder. Penelitian hukum normatif atau yuridis normatif merupakan penelitian yang terdiri dari: 1 Penelitian terhadap asas-asas hukum 2 Penelitian terhadap sistematika hukum 3 Penelitian sejarah hukum 4 Penelitian perbandingan hukum. 42

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini adalah deskriptif analitis karena hanya akan memaparkan obyek yang diteliti, diselidiki dengan menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori–teori hukum dan praktek pelaksanaan perundang– undangan yang menyangkut permasalahan di atas.

2. Metode Pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode normatif didukung dengan data yuridis sosiologis. Abdulkadir Muhammad, mengatakan bahwa : Penelitian hukum normatif didukung data empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif kodifikasi, undang-undang, atau kontrak secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. Implementasi secara in action tersebut merupakan fakta empiris dan berguna untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh negara atau oleh pihak-pihak dalam kontrak. Implementasi secara in action diharapkan akan berlangsung 42 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pers, Jakarta, 1986, hal. 45. Universitas Sumatera Utara 23 sempurna apabila rumusan ketentuan hukum normatifnya jelas dan tegas serta lengkap. 43 Pendekatan yuridis sosiologis socio legal research digunakan agar dapat diungkap dan didapatkan makna yang mendalam dan rinci terhadap objek penelitian dan narasumber. Sehubungan dengan metode penelitian yang digunakan tersebut, yaitu dengan cara meneliti peraturan-peraturan, perundang-undangan, keputusan-keputusan Pengadilan, surat-surat edaran maupun yurisprudensi, majalah-majalah hukum, teori- teori hukum dan pendapat-pendapat para sarjana hukum terkemuka yang merupakan data sekunder, kemudian dikaitkan dengan keadaan yang sebenarnya, yaitu dalam praktek notariat dilapangan, serta mempelajari gejala-gejala permasalahan yang timbul dalam praktek kaitannya dengan perlindungan hukum hak waris anak angkat keturunan Tionghoa. Digunakan juga bahan-bahan hukum yang berupa sumber hukum dalam arti formil peraturan perundang-undangan dan studi kepustakaan, pendekatan yang bertujuan untuk memperoleh peraturan-peraturan yang berlaku dan pengetahuan tentang keadaan masyarakat pada waktu itu, sehingga peraturan itu dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3. Lokasi Penelitian

Pentingnya penjelasan mengenai gambaran umum lokasi penelitian dikarenakan lokasi penelitian memiliki aspek penting yang menentukan dimana fokus 43 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 134 Universitas Sumatera Utara 24 penelitian dilakukan, dimana lokasi penelitian ini terletak di wilayah administratif Kota Medan. Dipilihnya Kota Medan sebagai lokasi penelitian dengan alasan bahwa Kota Medan adalah salah satu Kota yang banyak dihuni oleh etnik Tionghoa.

4. Alat Pengumpul data

Informan yang akan diteliti oleh penulis dalam hal ini adalah pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan pengangkatan anak di Kota Medan, yakni: 1 Data primer: a Orang tua yang melaksanakan pengangkatan anak pada keluarga keturunan Tionghoa di Kota Medan. b Pemuka adat Tionghoa di Kota Medan. Adapun alat yang dipergunakan untuk memperoleh data tersebut adalah: a Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan membuat daftar pertanyaan yang sudah direncanakan dan diajukan terhadap informan yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu 5 lima anak atau orang tua angkat. b Observasi, yaitu mengadakan penelitian langsung pada obyek yang diteliti. Data yang diperoleh dari hasil observasi dianalisis dan disimpulkan. 2 Data sekunder adalah data yang sudah dalam bentuk jadi, seperti data dalam dokumen dan publikasi. 44 Dengan kata lain data tersebut didapat melalui studi 44 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta, 2004, hal. 57. Universitas Sumatera Utara 25 kepustakaan maupun dokumen-dokumen yang diperoleh pada waktu awal penelitian, maupun pada saat penelitian dilapangan.

5. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data yang diperoleh disusun secara sistematis, kemudian dianalisa secara kualitatif untuk mencapai kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas. Analisis data kualitatif adalah suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh informan secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari secara utuh. 45 Pengertian analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasian secara logis, dan sistematis. Logis sistematis menunjukkan cara berfikir deduktif-induktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan penelitian ilmiah. Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan mengambarkan apa adanya sesuai dengan permasalahan yang diteliti. 46 45 H.B. Sutopo. Metodologi Penelitian Hukum Kualitatif Bagian II, UNS Press, Surakarta. 1998, hal. 37 46 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri,: Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 51 Universitas Sumatera Utara 26

BAB II PENGATURAN HUKUM PENGANGKATAN ANAK PADA WARGA