102
perbuatan kontan berupa pemberian tanda oleh orang tua angkat kepada orang tua kandung si anak. Pemberian sejumlah uang tersebut bukan bertanda uang harga
pembelian atau pembayaran atas anak tersebut. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka terhadap anak angkat golongan
WNI keturunan Tionghoa berhak untuk mendapatkan harta warisan dari orang tua yang mengangkatnya, dan dalam hal ini berlakulah sistem pewarisan yang diatur
dalam KUHPerdata terhadap anak angkat.
2. Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia
Undang-undang Pengangkatan Anak Pasca Kemerdekaan RI baru diterbitkan pada
tahun 1958
yaitu Undang-Undang
Nomor 62
Tahun 1958
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Pada pasal 2 disebutkan :
1Anak asing yang belum berumur 5 tahun yang diangkat oleh seorang warga- negara
Republik Indonesia,
memperoleh kewarganegaraan
Republik Indonesia, apabila pengangkatan itu dinyatakan sah oleh Pengadilan Negeri
dari tempat tinggal orang yang mengangkat anak itu. 2Pernyataan sah oleh Pengadilan Negeri termaksud harus dimintakan oleh
orang yang mengangkat anak tersebut dalam 1 tahun setelah pengangkatan itu atau dalam 1 tahun setelah Undang-undang ini mulai berlaku.
Selanjutnya pada tahun 1978, dikeluarkanlah Surat Edaran Direktur Jenderal Hukum dan Perundang-undangan Departemen Kehakiman Nomor UHA 112 tanggal
24 Pebruari 1978 tentang prosedur pengangkatan anak Warga Negara Indonesia oleh orang asing.
Pada tahun 1979, dikeluarkan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Dalam pasal 12 ditentukan motif pengangkatan anak yatim yaitu
kepentingan kesejahteraan anak. Kemudian Mahkamah Agung mengeluarkan Surat
Universitas Sumatera Utara
103
Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 2 Tahun 1979 mengenai pengangkatan anak. Surat Edaran tersebut menjadi petunjuk dan pedoman bagi para Hakim dalam
mengambil putusan dan penetapan bila ada permohonan pengangkatan anak.
146
Akibat hukum pasca pengangkatan anak berdasarkan undang-undang masih berbenturan antara satu dengan lain dimana pada Undang-undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 39 angka 2 ditegaskan bahwa pengangkatan anak tidak memutus hubungan darah antara anak yang diangkat dengan
orang tua kandungnya. Kondisi
produk perundang-undangan
Nasional yang
masih banyak
kekosongan dan semberawut sedangkan di sisi lain lembaga pengangkatan ini merupakan kebutuhan sosial, mengakibatkan Mahkamah Agung berpendapat perlu
mengatur lembaga pengangkatan anak ini. Untuk itu, telah diterbitkannya Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung RI SEMA-RI Nomor 2 Tahun 1979 yang
disempurnakan dengan SEMA-RI Nomor 6 Tahun 1983.
147
3. Berdasarkan Putusan Pengadilan