84
b. Kesempatan untuk meringankan beban sebagai orang tua karena ada pihak yang ingin mengangkat anaknya
c. Imbalan-imbalan yang dijanjikan dalam hal penyerahan anak d. Saran-saran dan nasihat pihak keluarga atau orang lain
e. Keinginan agar anaknya hidup lebih baik dari orang tuanya f. Ingin anaknya terjamin materiel selanjutnya
g. Masih mempunyai beberapa anak lagi h. Tidak mempunyai rasa tanggung jawab untuk membesarkan anak sendiri
i. Keinginan melepaskan anaknya karena rasa malu sebagai akibat hubungan tidak sah
j. Keinginan melepas anaknya karena rasa malu mempunyai anak yang tidak sempurna fisiknya.
C. Motivasi Masyarakat Warga Keturunan Tionghoa Mengangkat Anak
Warga keturunan Tionghoa menganut sistem patrilineal, sehingga dalam keluarga masyarakat Tionghoa anak laki-laki lebih diutamakan demi penerusan
marga she dan pemujaan arwah nenek moyang voorouder verrering. Namun dengan perkembangan zaman, sekarang ini telah sering dilakukan pengangkatan anak
terhadap perempuan. Pengangkatan anak pada masyarakat Tionghoa dilakukan bukan semata-mata
untuk melanjutkan keturunan maupun pemujaan arwah nenek moyang, namun sudah berkembang menjadi :
Universitas Sumatera Utara
85
1 Demi kepentingan anak itu sendiri, rasa kasih sayang, rasa kemanusiaan dan
kesejahteraan anak; 2
Demi kepentingan orang tua angkat, guna memelihara dan merawatnya di masa tua dan sebagai pancingan bagi mereka yang telah lama belum juga dikaruniai anak oleh
Yang Maha Kuasa; 3
Demi kepentingan orang tua kandung atau keluarga anak tersebut, orang tua kandung tidak sanggup untuk membiayai dan membesarkan anak tersebut.
4 Untuk mempertahankan kebahagiaan dan keharmonisan perkawinan;
130
Melihat praktek anak angkat tersebut maka dapat dikatakan bahwa informan lebih memilih mengangkat anak yang berumur di bawah 6 enam tahun serta
mengangkat anak yang jauh lebih muda dibandingkan dengan usia orang tua angkatnya. Hal tersebut seiring dengan apa yang disebutkan dalam Staatblaad Tahun
1917 No. 129 yang menyatakan bahwa anak angkat sekurang-kurangnya harus berumur lebih muda dari laki-laki yang mengangkatnya dan sekurang-kurangnya 15
tahun lebih muda dari perempuan yang kawin atau janda yang mengangkat. Tradisi pengangkatan anak dalam masyarakat WNI keturunan Tionghoa di
Kota Medan, pengangkatan anak tidak sekedar dilakukan untuk kepentingan regenerasi marga nama keluarga tetapi dapat juga dilakukan dengan motif atau
alasan lain sesuai dengan kebutuhan dari anak angkatnya dan orang tua angkat.
130
Wawancara dengan Ven Vipasyana Jnana Sthavira, Suhu Vihara Borobudur Medan, pada tanggal 3 Desember 2013.
Universitas Sumatera Utara
86
Masyarakat WNI keturunan Tionghoa di Kota Medan lebih cenderung
melakukan pengangkatan anak dengan adat masyarakat Tionghoa, dari pada melalui akta Notaris seperti yang dimaksud dalam Staatblaad 1917 No. 129 dan
permohonanpengesahan pengangkatan anak di Pengadilan Negeri seperti yang dimaksud dalam SEMA No. 2 Tahun 1979 jo SEMA No. 6 Tahun 1983.
Urusan pengangkatan anak pada intinya adalah bertujuan untuk kesejahteraan keluarga baik keluarga angkat, anak angkat, orang tua kandung anak angkat, terutama
di dalam bagaimana memelihara, membesarkan, dan mendidik anak dengan baik. Sedangkan urusan pewarisan pada dasarnya merupakan urusan pribadi setiap
keluarga yang mengangkat anak, artinya mengenai apakah anak angkat akan menerima hak warisan atau tidak dan berapa besarnya baik dari keluarga angkat
maupun kelurga kandung semua itu diserahkan sepenuhnya kepada kebijakan keluarga yang bersangkutan.
Masyarakat tersebut pada dasarnya anak angkat dapat menerima hak pemeliharaan dari keluarga angkat maupun keluarga kandung, namun semua itu
tergantung dari kebijaksanaan keluarga masing-masing. Dalam praktek pengangkatan anak yang dilakukan oleh para informan telah dianggap sah menurut adat Tionghoa.
Meskipun pengangkatan anak dilakukan karena motif yang berbeda, tapi dari segi adat kebiasaan masyarakat
Tionghoa telah dianggap sah. Oleh karena itu menurut para informan anak angkat perempuan atau laki-laki akan mendapat hak dan
kewajiban yang sama dengan anak kandung baik laki-laki maupun perempuan dalam
Universitas Sumatera Utara
87
hal perawatan, perhatian, pendidikan dan pekerjaan. Namun ketentuan-ketentuan ini telah mengalami perubahan dan perkembangan.
Dalam SEMA No. 2 tahun 1979, pada bagaian I angka 3 menyebutkan : “Semula di lingkungan golongan penduduk Tionghoa Stbl. 1917 No. 129 hanya
dikenal adopsi terhadap anak-anak laki-laki dengan motif untuk memperoleh keturunan laki-laki, tetapi setelah Yurisprudensi tetap menganggap sah pula
pengangkatan anak perempuan, maka kemungkinan bertambahnya permohonan semacam itu semakin besar.”
Perkembangan pengangkatan terhadap anak perempuan tersebut bahkan telah berlangsung sejak tahun 1963, seperti dalam kasus pengangkatan anak perempuan
yang dikabulkan
oleh Pengadilan
Negeri Istimewa
Jakarta No.
9071963Pengangkatan tertanggal 29 Mei 1963 dan keputusan Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta No. 5881963 tertanggal 17 Oktober 1963. Bahkan pada tahun yang
sama pada kasus lain mengenai perkara pengangkatan anak perempuan Pengadilan Negeri Jakarta dalam suatu putusannya antara lain menetapkan bahwa Pasal 5, 6 dan
15 ordonansi Staatblaad tahun 1917 No.129 yang hanya memperbolehkan pengangkatan anak laki-laki dinyatakan tidak berlaku lagi, karena bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar 1945.
131
Kedudukan anak angkat di dalam keluarga angkatnya, mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anak kandung terutama pemeliharaan, pemberian
perhatian dan pendidikan, dengan demikian anak angkat telah dianggap anak kandung sendiri dan dapat mewarisi bersama-sama anak kandung.
131
J.Satrio, Op.Cit, hal. 202
Universitas Sumatera Utara
88
Menurut hasil wawancara penulis dengan Bapak Halim, Ketua Hubungan Masyarakat Angsapura, pengangkatan anak dalam adat Tionghoa ada 3 bentuk,
yaitu:
132
1. Khe kia – pengangkatan anak yang dilakukan demi kebaikan anak tersebut
Suku Tionghoa mempercayai bahwa ada beberapa shio yang tidak cocok antara orang tua kandung dengan anak yang akan memberikan dampak buruk
bagi anak tersebut. Oleh karena itu anak tersebut diangkat oleh orang lain yang shionya cocok dengan anak tersebut. Ataupun mengangkat anak demi
meringankan beban orang tua kandung dan kesejahteraan anak tersebut. Anak tersebut tinggal bersama orang tua kandungnya dan boleh memakai
marga dari orang tua kandung ataupun orang tua angkat serta mewarisi dari orang tua kandung.
Contoh : Jessica sebagai anak dengan shio kelinci memiliki orang tua yang keduaduanya shio tikus. Sehingga pada masa kecilnya Jessica sakit-sakitan,
kemudian Jessica diangkat oleh orang yang bershio anjing. Setelah pengangkatan ini dilakukan Jessica menjadi sehat dan jarang sakit.
133
Contoh : Ibu Linna mengangkat seorang anak yang bernama Kristine yang merupakan anak dari teman baiknya untuk membantu dan meringankan
bebannya.
134
132
Wawancara dengan Halim Loe, SE, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Angsapura, pada tanggal 30 Agustus 2013
133
Wawancara dengan Jessica selaku anak angkat, pada tanggal 20 Oktober 2013
134
Wawancara dengan Linna selaku orang tua angkat, pada tanggal 22 Oktober 2013
Universitas Sumatera Utara
89
2. Kue pang – pergantian marga
Dalam hal ini marga Ayah terlalu berat bagi anak atau demi kelangsungan marga dari pihak Ibu. Sehingga anak tersebut diangkat oleh orang lain dengan
marga yang berbeda atau memakai marga dari pihak Ibu. Anak tersebut tinggal bersama orang tua angkat dan memakai marga dari orang tua yang
mengangkatnya. Mewarisi dari orang tua angkat. Namun dalam hal untuk kelangsungan marga dari pihak Ibu, maka anak
tersebut tetap tinggal bersama orang tua kandung dan mewaris dari orang tua kandung.
Contoh : F sebagai anak kandung dari A dan B, namun oleh karena pada masa kecilnya F memiliki masalah dalam pernapasan maka F dibawa ke Vihara dan
Suhu mengatakan bahwa marga dari A terlalu berat bagi dirinya sehingga F memakai marga dari adik laki-laki B, kemudian F memanggil A dan B dengan
sebutan paman dan bibi. F tetap tinggal bersama kedua orang tuanya yaitu A dan B.
135
3. Iang kia – orang tua tidak memiliki anak
Anak tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari orang tua yang mengangkatnya dan mewarisi dari orang tua angkat.
Iang kia dapat diambil dari saudara kandung ataupun orang lain. Dahulu apabila ada saudara kandung dalam perkawinannya tidak memiliki anak, maka
135
Wawancara dengan F selaku anak dari A dan B, pada tanggal 12 Januari 2014.
Universitas Sumatera Utara
90
saudara lainnya wajib memberikan anak kepada saudara yang tidak memiliki anak tersebut.
Contoh : Paman yang tidak pernah menikah mengangkat seorang anak laki- laki demi penerusan marga. Anak tersebut dirawat dan dipelihara seperti
layaknya anak kandung. Dan mewaris dari Pamannya.
136
Dalam kasus Jessica dan Kristine tidak terjadi perubahan maupun tambahan dalam Akta Kelahiran mereka, dikarenakan khe kia hanya sekedar mengangkat
seorang Ibu demi kepentingan anak tersebut. Menurut Bapak Halim Loe, hak mewaris merupakan urusan pribadi anggota
keluarganya, yang artinya anak angkat akan diberi warisantidak diberi warisan beserta jumlahbesarnya tergantung dari kesepakatan keluarganya. Pertimbangannya
adalah karena anak yang diangkatnya telah mendapatkan hak pemeliharaan dan pendidikan yang baik dari keluarga angkat sehingga tidak perlu menuntut warisan.
Dan anak angkat tersebut bisa menjadi ahli waris dari keluarga kandungnya dan untuk berapa besarjumlah warisan yang akan diperoleh tergantung dari keluarga
kandungnya sendiri. Pengangkatan anak yang dilakukan oleh Bapak dan Ibu Tan adalah anak
angkat tinggal bersama keluarga angkat, anak angkat mempunyai hak hak dan kewajiban yang sama dengan anak kandung terutama dalam pemeliharaan, pemberian
perhatian, dan pendidikan, dengan demikian anak angkat telah dianggap anak
136
Wawancara dengan DT salah satu keponakan yang tidak mau disebutkan namanya, pada tanggal 22 Oktober 2013.
Universitas Sumatera Utara
91
kandung sendiri dan mendapat mewaris. Namun informan tidak mengatakan secara tegas dan rinci berapa bagian hak mewaris anak angkat, namun informan mengatakan
bahwa bagian warisan bagi anak angkat akan tergantung dari kebijakan dari anggota keluarga kandungnya.
Hak pemeliharaan dan hak mewaris anak angkat terhadap orang tuakeluarga kandungnya sendiri menurut Bapak Halim Loe, bahwa anak yang mereka angkat
tidak dilarang untuk menerima hak pemeliharaan dan perhatian serta hak mewaris dari keluarga kandung anak angkatnya karena hal tersebut merupakan hak dari
keluarga kandung anak angkatnya untuk memberi perhatian dan warisan kepada anak kandungnya yang diangkat orang lain.
Hak pengasuhan pada masyarakat adat Tionghoa di Kota Medan, lebih
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak keluarga pada saat pelaksanaan acara pengangkatan anak baik dilakukan atau tidak dilakukan dengan
cara adat etnis Tionghoa. Hak pengasuhan tersebut meliputi hak dan kewajiban untuk membesarkan, merawat, mendidik, dan hak-hak serta kewajiban lainnya sebagaimana
mengasuh anak kandung. Hal pewarisan, dari praktek pengangkatan yang dilakukan para informan, baik
anak laki-laki maupun anak perempuan, pengangkatan anak tersebut tidak secara langsung memberikan hak kepada anak angkat sebagai ahli waris terhadap orang tua
angkatnya.
Universitas Sumatera Utara
92
Alasan-alasan yang digunakan para informan sejalan dengan pandangan para ahli yang mengedepankan suatu pengangkatan anak dimaksudkan untuk menjadi
bagian dari suatu keluarga dan demi kesejahteraan anak tersebut. Untuk itu kedudukan anak angkat menjadi sama dengan anak kandung sehingga anak angkat
tersebut berhak mendapat kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan dan semua kebutuhannya lainnya dengan layak, selain itu anak angkat juga berkewajiban untuk
membaktikan diri kepada orang tua angkatnya. Alasan utama masyarakat Tionghoa memutuskan untuk mengadopsi anak :
1. Dilihat dari sisi kepentingan orang tua :
a Ingin memperbesar keluarga b Menginginkan anak dengan jenis kelamin tertentu
c Situasi keluarga yang mengharuskan seorang anak diadopsi. d Penerusan keturunan marga.
e Karena belum memiliki anak. f Karena anaknya meninggal
g Untuk menjaga dan merawat di hari tua h Demi kelangsungan dan kebahagiaan keluarga
i Pancingan untuk mendapatkan anak 2.
Dilihat dari sisi anak : a Karena rasa kasih sayang.
b Demi kesejahteraan anak.
Universitas Sumatera Utara
93
c Karena alasan peperangan, dimana banyak anak-anak yang terlantar karena kehilangan orangtuanya.
d Alasan ekonomis, dimana keluarga sianak sudah tidak sanggup lagi memelihara dan mendidiknya.
Universitas Sumatera Utara
94
BAB IV AKIBAT HUKUM DARI PENGANGKAT ANAK DALAM