Jenis Agregat Berdasarkan Berat

15 basah, tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali dalam semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berklebihan di dalam mortar atau beton. 3. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori atau tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruk cuaca seperti terik matahari atau hujan. 4. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron ayakan no.200, tidak boleh melebihi 1 terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur melebihi 1 maka agregat harus dicuci. 5. Kekerasan butiran agregat diperiksa dengan bejana Rudellof dengan beban penguji 20 ton dimana harus dipenuhi syarat berikut:  Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19,1 mm lebih dari 24 berat.  Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19,1 - 30 mm lebih dari 22 berat. 6. Kekerasan butiran agregat kasar jika diperiksa dengan mesin Los Angeles dimana tingkat kehilangan berat lebih kecil dari 50.

4. Jenis Agregat Berdasarkan Berat

Agregat berdasarkan beratnya dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu: a. Agregat normal Agregat normal dapat dihasilkan dari pemecahan batuan dari quarry ataupun langsung diambil dari alam. Agregat ini biasanya memiliki berat jenis rata-rata 2,5 sampai dengan 2,7. Beton yang dibuat dengan agregat normal adalah beton yang memiliki berat isi 2.200-2.500 kgm 3 . Beton yang dihasilkan dengan menggunakan agregat ini memiliki kuat tekan sekitar 15-40 Mpa SK.SNI.T-15-1990:1. b. Agregat ringan Agregat ringan dipergunakan untuk menghasilkan beton yang ringan dalam sebuah konstruksi yang memperhatikan berat dirinya. Berat isi agregat ringan ini berkisar antara 350-880 kgm 3 untuk agregat kasar, dan 750-1.200 kgm 3 untuk agregat halusnya SK.SNI.T-15-1990:1. Universitas Sumatera Utara 16 c. Agregat berat Agregat berat memiliki berat jenis lebih besar dari 2.800 kgm 3 . Agregat ini biasanya dipergunakan untuk menghasilkan beton untuk proteksi terhadap radiasi nuklir SK.SNI.T-15-1990:1.

2.2.3. AIR

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya , yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kulitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan. Air yang digunakan dapat berupa air tawar dari sungai, danau, telaga, kolam, situ, dan lainnya, air laut maupun air limbah, asalkan memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan Mulyono, 20003. Nilai banding berat air dan semen untuk suatu adukan beton dinamakan water cement ratio w.c.r. Agar terjadi prses hidrasi yang sempurna dalam adukan beton, pada umumnya dipakai nilai w.c.r 0,40-0,65 tergantung mutu beton yang hedak dicapai umumnya menggunakan nilai w.c.r yang rendah, sedangkan dilain pihak untuk menambah daya workability kemudahan pengerjaan diperlukan nilai w.c.r yang lebih tinggi Dipohusodo, 1994. Kekuatan dan mutu beton umumnya sangat dipengaruhi oleh air yang digunakan. Air yang digunakan harus disesuaikan pada batas yang memungkinkan untuk pelaksanaan pekerjaan campuran beton dengan baik. Jumlah air yang digunakan pada campuran beton dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu : 1. Air bebas, yaitu air yang diperlukan untuk hidrasi semen. 2. Air resapan agregat. Air merupakan bahan yang juga sangat penting dalam mempengaruhi kekuatan beton. Jumlah dan kualitasnya harus sangat diperhatikan karena akan sangat mempengaruhi kekuatan beton yang diperoleh. Air yang dapat diminumlah yang sangat baik digunakan dalam campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya, tercemar garam, minyak, gula, bahan-bahan kimia Universitas Sumatera Utara 17 lainnya akan menurunkan kualitas beton yang dihasilkan. Air yang digunakan dalam campuran beton sebaiknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut PBI 1971: a. Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gramliter b. Tidak mengandung garam yang dapat merusak beton asam, zat organik, dan lainnya. c. Tidak mengandung klorida Cl lebih dari 0,5 gramliter. d. Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gramliter.

2.3. BAHAN TAMBAH

Bahan tambah admixture adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat atau selama percampuran berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.

A. Steel Slag Limbah Baja

Menurut Paul Nugraha dan Antoni 2007 Slag merupakan bahan sisa dari pengecoran besi piq iron, dimana prosesnya memakai dapur furnance yang bahan bakarnya dari udara yang ditiupkan blast. Pembuatan baja dimulai dari menghilangkan ion-ion pengotor baja, diantaranya aluminium, silicon dan phosphor. Untuk menghilangkan ion-ion pengotor tersebut, diperlukan kalsium yang terdapat pada batu kapur. Campuran kalsium, aluminium, silicon dan phosphor membentuk slag yang beraksi pada temperature 1600ºC dan membentuk cairan, bila cairan ini didinginkan maka akan terjadi kristal menyerupai bentuk agregat. Limbah slag mempunyai butiran partikel berpori pada permukaannya, memiliki gradasi yang baik, dengan variasi ukuran partikel yang berbeda-beda. Kemudian, definisi slag dalam ASTM. C.989, “Standard specification for ground granulated Blast-Furnace Slag for use in concrete and mortar ”, ASTM, 1995: 494 adalah produk non-metal yang merupakan material berbentuk halus, granular hasil pembakaran yang kemudian didinginkan, misalnya dengan mencelupkan dalam air. Universitas Sumatera Utara 18 Di banyak Negara, slag sudah banyak digunakan sebagai pengganti agregat baik untuk campuran beraspal maupun untuk beton semen atau sebagai bahan pondasi perkerasan. Di dalam penggunaannya, slag sering dianggap sebagai agregat aggregate like material oleh sebab itu persyaratan fisik slag biasanya dianggap sama dengan persyaratan fisik untuk agregat. Karena slag memiliki sifat kimia yang berbeda jauh dengan agregat alam maka ada syarat tambahan lainnya untuk slag agar dapat digunakan sebagai pengganti agregat standar, persyaratan tersebut adalah keawetan BSI, 2007. Karena slag digolongkan sebagai limbah B3 maka dalam pemanfaatannya harus mengikuti UU Lingkungan Hidup No. 32 tahun 2009 Republik Indonesia, 2009 bahan slag telah dinyatakan bebas B3 Bahan Berbahaya dan Beracun, menurut The Federal Register 1980, telah dilakukan pengujian terhadap bahan slag dengan metode EPA standard, yang menyatakan slag tidak berbahaya dengan hasil sebagai berikut : tidak mudah terbakar, mempunyai PH 7,9 tidak korosif. Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton adalah sebagai berikut: a. Mempertinggi kekuatan tekan beton karena kecendrungan melambatnya kenaikan kekuatan tekan. b. Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan beton. c. Mengurangi variasi kekuatan tekan beton. d. Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut. e. Mengurangi serangan alkali-silika. f. Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu. g. Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton. h. Mempertinggi keawetan karena pengaruh perubahan volume. i. Mengurangi porositas dan serangan klorida. Faktor-faktor untuk menentukan sifat penyemenan cementious dalam slag adalah komposisi kimia, konsentrasi alkali dan reaksi terhadap sistem, kandungan kaca dalam slag, kehalusan, dan temperatur yang ditimbulkan selama proses hidrasi berlangsung. Universitas Sumatera Utara 19 Steel slag bentuknya keras, material padat berisi sejumlah free iron sehingga memberikan kerapatan dan kekerasan yang tinggi. Penggunaan steel slag sebagai agregat beton dengan semen portland dapat memberikan beton mutu tinggi. Agregat steel slag memiliki tekstur permukaan yang tidak rata dan bentuknya sangat bersudut prismatic shape. Memiliki berat volume dan specific gravity tinggi, koefisien friksinya tinggi serta penyerapan airnya sedang sampai 3. Steel slag memiliki sifat yang baik untuk penggunaan agregat, ketahanan abrasi yang bagus, kekuatan karakteristik yang bagus, dan kekuatan dukung yang tinggi.

1. Sifat kimia dan fisik slag