xl
LEMBAR DATA PENGUJIAN LENDUTAN
Nama : Jannes Pandiangan
NIM : 11 0404 072
Benda Uji : Balok Beton Bertulang
Tanggal Pengujian : 16 September 2016
1. Balok Beton Bertulang Normal
Beban P
kgcm
2
Beban P
kg 14L-L
CL 14L-R
Dial Reading
Lendutan Dial
Reading Lendutan
Dial Reading
Lendutan x 0,01
mm x 0,01
mm x 0,01
mm
10 1333
70 0,7
95 0,95
68 0,68
20 2666
132 1,32
210 2,1
125 1,25
30 3999
305 3,05
432 4,32
302 3,02
40 5332
470 4,7
721 7,21
464 4,64
45 5998,5
785 7,85
1086 10,86
768 7,68
2. Balok Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil
Beban P
kgcm
2
Beban P
kg 14L-L
CL 14L-R
Dial Reading
Lendutan Dial
Reading Lendutan
Dial Reading
Lendutan x 0,01
mm x 0,01
mm x 0,01
mm
10 1333
67 0,67
88 0,88
63 0,63
20 2666
122 1,22
197 1,97
116 1,16
30 3999
265 2,65
397 3,97
258 2,58
40 5332
593 5,93
889 8,89
579 5,79
50 6665
957 9,57
1463 14,63
935 9,35
Universitas Sumatera Utara
xli
3. Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil
Beban P
kgcm
2
Beban P
kg 14L-L
CL 14L-R
Dial Reading
Lendutan Dial
Reading Lendutan
Dial Reading
Lendutan x 0,01
mm x 0,01
mm x 0,01
mm
10 1333
53 0,53
75 0,75
45 0,45
20 2666
112 1,12
170 1,7
99 0,99
30 3999
210 2,1
280 2,8
172 1,72
40 5332
310 3,1
440 4,4
260 2,6
50 6665
793 7,93
965 9,65
782 7,82
60 7998
1088 10,88
1793 17,93
1075 10,75
Mengetahui Asisten Lab. Struktur Teknik Sipil USU
Rony Horas Sihombing
Universitas Sumatera Utara
xlii
LAMPIRAN IV DOKUMENTASI
Universitas Sumatera Utara
xliii Slag baja
Pengujian keausan kerikil
Analisa ayakan pasir Pengeringan agregat kasar
Pengujian berat isi kerikil Proses penimbangan agregat
Universitas Sumatera Utara
xliv
Proses penyediaan bahan Bekisting balok
Penuangan bahan ke dalam molen Beton segar
Proses pengecoran Proses pengecoran
Universitas Sumatera Utara
xlv
Proses pengecoran Pemadatan dengan vibrator
Pengecoran silinder selesai Pengecoran balok selesai
Proses capping Penimbangan benda uji silinder
Universitas Sumatera Utara
xlvi
Pengujian kuat tekan silinder Pengujian kuat tekan silinder
Alat jacking hydrolic Benda uji balok
Pemasangan dial indikator Balok setelah pembebanan
Universitas Sumatera Utara
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, Riza dkk. 2008. “Pengujian Lentur Balok Beton Bertulang dengan
Menggunakan Modifikasi Alat Uji Tekan”. Universitas Andalas. Padang Dipohusodo, Istimawan. 1999. Struktur Beton Bertulang. PT.Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. Mulyono, Tri . 2003. “Teknologi Beton” Penerbit ANDI. Yogyakarta.
McCormac, Jack C. 2004. Desain Beton Bertulang Edisi Kelima Jilid I, Jakarta: Penertbit Erlangga.
Nawy, Edward G. 1998. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. Bandung: Penerbit Refika Aditama.
Nugraha, Paul. 2007. “Teknologi Beton” Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Risdianto, Yudi. 2013. “Kajian Kuat Tekan Beton dengan Perbandingan Volume dan Perbandingan Berat untuk Produksi Beton Massa Menggunakan
Agregat Kasar Batu Pecah Merapi”.Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.
Setiawan, Deni dkk. 2014. “Pengaruh Penggunaan Limbah Baja terhadap Kuat Karakteristik Beton” Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
SNI 03 – 2847 – 2002, “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung ”, 2002.
SNI 03 – 2847 – 2013, “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung ”, 2013
Tugas Akhir Buen, Sian dkk. 2013. “Uji Eksperimental Kuat Lentur Balok dan
Pelat Beton Bertulang dengan Agregat Kasar dan halus Beton Daur Ulang”. Universitas Katolik Parahyangan. Bandung.
Wikana, Iwan. 2007. “Tinjauan Kuat Lentur Balok Beton Bertulang dengan
Lapisan Mutu Beton yang Berbeda”. UKRIM. Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Umum
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara. Secara umum urutan tahap penelitian ini meliputi: a
Penyediaan bahan penyusun beton b
Pemeriksaan bahan c
Perencanaan campuran beton mix design d
Pembuatan benda uji e
Pemeriksaan nilai slump f
Pengujian kuat tekan beton umur 28 hari g
Pengujian kuat lentur beton umur 28 hari
Tabel 3.1 Variasi penggunaan agregat kasar dan jumlah benda uji Variasi Penggunaan
Agregat Kasar Banyak Benda Uji
Jumlah Tekan
Kuat Lentur
Beton normal 100 kerikil, 0 steel slag
4 1
5 85 kerikil, 15 steel slag
4 1
5 75 kerikil, 25 steel slag
4 1
5 ∑ =
15
Universitas Sumatera Utara
42
FLOW CHART
Persiapan Bahan
Pemeriksaan Bahan
Pembuatan Beton Segar Pengujian Slump
Pencetakan Benda Perawatan Beton 28 hari
Pengujian Benda Uji Uji Kuat Tekan, Uji Kuat Lentur
Data
Analisis data
Selesai Semen
Steel Slag Air
Pasir Batu Pecah
Kesimpulan dan Saran
MULAI
Universitas Sumatera Utara
43
3.2 Penyediaan dan pemeriksaan bahan penyusun beton
Bahan penyusun beton terdiri dari semen portland, agregat halus, agregat kasar dan air. Sering pula ditambah bahan campuran tambahan yang sangat
bervariasi untuk mendapatkan sifat-sifat beton yang diinginkan. Biasanya perbandingan campuran yang digunakan adalah perbandingan jumlah bahan
penyusun beton yang lebih ekonomis dan efektif.
3.2.1. Semen Portland
Semen yang dipakai dalam penelitian ini adalah semen tipe I yang diproduksi oleh PT. LAFARGE CEMENT INDOSNESIA atau dikenal dengan
nama Semen Andalas dalam kemasan 1 zak 50 kg.
3.2.2. Agregat Halus
Agregat halus pasir yang dipakai dalam campuran beton dilakukan pemeriksaan, meliputi:
a. Analisa ayakan pasir
b. Pemeriksaan kadar lumpur pencucian pasir lewat ayakan no. 200
c. Pemeriksaan kandungan organik colorometric test
d. Pemeriksaan kadar liat clay lump
e. Pemeriksaan berat isi pasir
f. Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi pasir
Analisa Ayakan Pasir a.
Tujuan:
untuk memeriksa penyebaran butiran gradasi dan menentukan nilai modulus kehalusan pasir FM
b. Hasil pemeriksaan:
Modulus kehalusan pasir FM : 2.632 Pasir dapat dikategorikan pasir sedang.
c. Pedoman:
100 mm
0.15 ayakan
hingga tertahan
Komulatif FM
Universitas Sumatera Utara
44
Berdasarkan nilai modulus kehalusan FM, agregat halus dibagi dalam beberapa kelas, yaitu :
Pasir halus : 2.20 FM 2.60 Pasir sedang : 2.60 FM 2.90
Pasir kasar : 2.90 FM 3.20
Pemeriksaan Kadar Lumpur Pencucian Pasir Lewat Ayakan No.200 a. Tujuan :
Untuk memeriksa kandungan lumpur pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Kandungan lumpur : 3.8 5 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat halus tidak dibenarkan melebihi 5 dari berat kering. Apabila kadar lumpur melebihi 5 maka
pasir harus dicuci.
Pemeriksaan Kandungan Organik a. Tujuan :
Untuk memeriksa kadar bahan organik yang terkandung di dalam pasir.
b. Hasil pemeriksaan : Warna kuning terang standar warna No.3, memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
Standar warna No.3 adalah batas yang menentukan apakah kadar bahan organik pada pasir lebih kurang dari yang disyaratkan.
Pemeriksaan Clay Lump Pada Pasir a. Tujuan :
Untuk memeriksa kandungan liat pada pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Kandungan liat 0.727 1 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
Kandungan liat yang terdapat pada agregat halus tidak boleh melebihi 1 dari berat kering. Apabila kadar liat melebihi 1 maka pasir harus dicuci.
Universitas Sumatera Utara
45
Pemeriksaan Berat Isi Pasir a. Tujuan :
Untuk menentukan berat isi unit weight pasir dalam keadaan padat dan longgar.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok padat : 1613.157 kgm
3
Berat isi keadaan longgar : 1408.329 kgm
3
c. Pedoman :
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi pasir dengan cara merojok lebih besar daripada berat isi pasir dengan cara menyiram, hal ini berarti
bahwa pasir akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui berat isi pasir maka kita dapat mengetahui berat pasir dengan
hanya mengetahui volumenya saja.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Pasir a. Tujuan :
Untuk menetukan berat jenis specific gravity dan penyerapan air absorbsi pasir.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD : 2463 kgm
3
Berat jenis kering : 2404 kgm
3
Berat jenis semu : 2555 kgm
3
Absorbsi : 2.459
c. Pedoman :
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat pasir dalam keadaan SSD dengan volume pasir dalam keadaan SSD. Keadaan SSD Saturated
Surface Dry di mana permukaan pasir jenuh dengan uap air sedangkan dalamnya kering, keadaan pasir kering di mana pori-pori pasir berisikan udara
tanpa air dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu di mana pasir basah total dengan pori-pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan
air adalah persentase dari berat pasir yang hilang terhadap berat pasir kering di mana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian harus memenuhi :
Universitas Sumatera Utara
46
Berat jenis kering berat jenis SSD berat jenis semu.
3.2.3. Agregat Kasar
Pemeriksaan yang dilakukan pada agregat kasar meliputi: a.
Analisa ayakan batu pecah b.
Pemeriksaan kadar lumpur pencucian lewat ayakan No.200 c.
Pemeriksaan keausan menggunakan mesin Los Angeles d.
Pemeriksaan berat isi batu pecah e.
Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi batu pecah
Analisa Ayakan Batu Pecah a. Tujuan :
Untuk memeriksa penyebaran butiran gradasi dan menentukan nilai modulus kehalusan fineness modulus FM kerikil.
a. Hasil pemeriksaan :
FM : 6.465
5.5 6.465 7.5 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
1.
100 mm
0.150 ayakan
hingga tertahan
kumulatif FM
2. Agregat kasar untuk campuran beton adalah agregat kasar dengan modulus kehalusan FM antara 5.5 sampai 7.5.
Pemeriksaan Kadar Lumpur Pencucian Kerikil Lewat Ayakan no.200 a. Tujuan :
Untuk memeriksa kandungan lumpur pada kerikil.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan lumpur : 0.75 1 , memenuhi persyaratan.
c. Pedoman :
Kandungan Lumpur yang terdapat pada agregat kasar tidak dibenarkan melebihi 1 ditentukan dari berat kering. Apabila kadar lumpur melebihi
1 maka pasir harus dicuci.
Universitas Sumatera Utara
47
Pemeriksaan Keausan Dengan Mesin Los Angeles a. Tujuan :
Untuk memeriksa ketahanan aus agregat kasar.
b. Hasil pemeriksaan : Persentase keausan : 28,30 50
c. Pedoman :
1.
100 x
awal berat
akhir berat
awal berat
keausan
2. Pada pengujian keausan dengan mesin pengaus Los Angeles, persentase keausan tidak boleh lebih dari 50.
Pemeriksaan Berat Isi Batu Pecah a. Tujuan :
Untuk memeriksaan berat isi unit weight agregat kasar dalam keadaan padat dan longgar.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok padat : 1733.052 kgm
3
Berat isi keadaan longgar : 1646.400 kgm
3
c. Pedoman :
Dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa berat isi batu pecah dengan cara merojok lebih besar daripada berat isi dengan cara menyiram, hal ini berarti
bahwa kerikil akan lebih padat bila dirojok daripada disiram. Dengan mengetahui berat isi batu pecah maka kita dapat mengetahui berat batu becah
dengan hanya mengetahui volumenya saja.
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Batu Pecah a. Tujuan :
Untuk menentukan berat jenis specific gravity dan penyerapan air absorbsi batu pecah.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD
: 2632 kgm
3
Berat jenis kering
: 2606 kgm
3
Berat jenis semu
: 2674 kgm
3
Absorbsi
: 0.969
Universitas Sumatera Utara
48
c. Pedoman :
Berat jenis SSD merupakan perbandingan antara berat batu pecah dalam keadaan SSD dengan volume batu pecah dalam keadaan SSD. Keadaan SSD
Saturated Surface Dry di mana permukaan batu pecah jenuh dengan uap air, keadaan batu pecah kering di mana pori batu pecah berisikan udara tanpa air
dengan kandungan air sama dengan nol, sedangkan keadaan semu di mana pasir basah total dengan pori penuh air. Absorbsi atau penyerapan air adalah
persentase dari berat batu pecah yang hilang terhadap berat batu pecah kering, di mana absorbsi terjadi dari keadaan SSD sampai kering.
Hasil pengujian harus memenuhi : Berat jenis kering berat jenis SSD berat jenis semu.
3.2.4. Air
Air yang digunakan dalam pembuatan sampel adalah air yang berasal dari sumber air yang bersih. Secara pengamatan visual air yang dapat pembuatan beton
yaitu air yang jernih, tidak berwarna dan tidak mengandung kotoran-kotoran seperti minyak dan zat organik lainnya. Dalam penelitian ini air yang dipakai
adalah berasal dari PDAM Tirtanadi, di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik USU.
3.2.5. Steel Slag
Pemeriksaan yang dilakukan pada steel slag meliputi: a.
Analisa ayakan steel slag b.
pemeriksaan kadar lumpur pencucian lewat ayakan No.200 c.
Pemeriksaan keausan menggunakan mesin Los Angeles d.
Pemeriksaan berat isi e.
Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi
Analisa Ayakan Steel Slag a. Tujuan :
Untuk memeriksa penyebaran butiran gradasi dan menentukan nilai modulus kehalusan fineness modulus FM steel slag.
Universitas Sumatera Utara
49
b. Hasil pemeriksaan :
FM : 7.45
5.5 7.2995 7.5 , memenuhi persyaratan.
Pemeriksaan Kadar Lumpur Pencucian Steel Slag Lewat Ayakan no.200 a. Tujuan :
Untuk memeriksa kandungan lumpur pada steel slag.
b. Hasil pemeriksaan : Kandungan lumpur : 0.35 1 , memenuhi persyaratan.
Pemeriksaan Keausan Dengan Mesin Los Angeles a. Tujuan :
Untuk memeriksa ketahanan aus steel slag.
b. Hasil pemeriksaan : Persentase keausan : 21,80 50
Pemeriksaan Berat Isi Steel Slag a. Tujuan :
Untuk memeriksaan berat isi unit weight steel slag dalam keadaan padat dan longgar.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok padat : 1846.675 kgm
3
Berat isi keadaan longgar : 1781.686 kgm
3
Pemeriksaan Berat Jenis dan Absorbsi Steel Slag a. Tujuan :
Untuk menentukan berat jenis specific gravity dan penyerapan air absorbsi steel slag.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat jenis SSD
: 3521 kgm
3
Berat jenis kering
: 3499 kgm
3
Berat jenis semu
: 3579 kgm
3
Absorbsi
: 0.644
Universitas Sumatera Utara
50
3.3 Perencanaan Campuran Beton Mix Design
Perencanaan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi atau proporsi bahan-bahan penyusun beton. Proporsi bahan-bahan penyusun beton
ini ditentukan melalui sebuah perancangan beton mix design. Hal ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat teknis secara ekonomis. Dalam
menentukan proporsi campuran dalam penelitian ini digunakan metode Departemen Pekerjaan Umum yang berdasarkan pada SNI 2847:2013.
Kriteria dasar perancangan beton dengan menggunakan metode Departemen Pekerjaan Umum ini adalah kekuatan tekan dan hubungan dengan
faktor air semen. Perhitungan mix design secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. Dari hasil perhitungan mix design tersebut diperoleh perbandingan
campuran beton antara semen : pasir : kerikil : air = 1,00 : 0,81 : 2,44 : 0,4085 Untuk perhitungan mix design, dapat dilihat pada lampiran 2.
3.4 Pembuatan Benda Uji
Pembuatan benda uji terdiri dari tiga variasi campuran untuk percobaan, yaitu campuran normal tanpa bahan pengganti, campuran dengan substitusi kerikil
dengan limbah baja sebesar 15 dan 25 dari volume kerikil. Setelah semua bahan selesai disediakan, hidupkan mesin molen dan
masukkan air kedalamnya yang berfungsi untuk membasahi mesin tersebut supaya adukan beton yang sebenarnya tidak berkurang. Setelah ±30 detik, air
didalam molen dibuang. Untuk beton normal, langkah pertama masukkan agregat halus dan semen dan biarkan selama ±1 menit supaya agregat halus dan semen
tercampur rata. Kemudian air dimasukkan sebagian-sebagian ke dalam molen secara menyebar, hal ini dilakukan supaya air tidak hanya tercampur di beberapa
tempat dan menyebabkan adukannya tidak rata menggumpal. Selanjutnya masukkan batu pecah dan biarkan mesin molen ±10 menit sampai campuran beton
benar-benar tercampur secara merata dan homogen. Adukan yang sudah tercampur merata, dituangkan ke dalam sebuah pan
besar yang tidak menyerap air, dan kemudian adukan diukur kekentalannya dengan menggunakan metode slump test dari kerucut Abrams-Harder. Setelah
pengukuran nilai slump, campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder
Universitas Sumatera Utara
51
yang berukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 dengan cara dibagi dalam tiga tahapan, dimana masing-masing tahapan diisi 13 bagian dari cetakan silinder dan
lalu dipadatkan dengan menggunakan alat vibrator. Setelah umur beton 24 jam, cetakan silinder dibuka dan mulai dilakukan perawatan beton dengan cara
direndam dalam bak perendaman sampai pada masa yang direncanakan untuk melakukan pengujian.
3.5 Pemeriksaan nilai slump
Adapun tahapan pengujian slump adalah: 1.
Kerucut diletakkan terpancung pada alas yang rata yang tidak menyerap air 2.
Adukan beton dimasukkan kedalam kerucut hingga 13 tinggi kerucut lalu dirojok 25 kali
3. Adukan beton dimasukkan lagi kedalam kerucut hingga 23 tinggi kerucut
lalu dirojok 25 kali 4.
Adukan beton ditambah lagi hingga penuh lalu dirojok 25 kali. 5.
Permukaan kerucut diratakan 6.
Kerucut diangkat perlahan-lahan vertikal ke atas 7.
Penurunan adukan diukur dengan mistar dengan cara meletakkan kerucut terpancung disamping adukan beton maka penurunan diukur dari tinggi
permukaan kerucut terpancung hingga ke tinggi permukaan adukan beton tersebut.
3.6. Pengujian Sampel
3.6.1. Pengujian Kuat Tekan Beton
Pengujian dilakukan pada umur beton 28 hari untuk tiap variasi beton sebanyak 4 buah. Sehari sebelum pengujian sesui umur rencana, silinder beton
dikeluarkan dari bak perendaman. Adapun tahap-tahap pengujian kuat tekan silinder beton adalah
1. Keluarkan benda uji silinder yang akan diuji kekuatan tekannya dari bak
perendaman setelah beton berumur 28 hari kemudian diamkan 1 hari agar benda uji berada dalam kondisi kering saat pengujian
2. Lelehkan mortar belerang dan letakkan kedalam cetakan pelapis.
Universitas Sumatera Utara
52
3. Letakkan permukaan atas benda uji ke dalam cetakan pelapis secara tegak
lurus dan diamkan selama beberapa etik sampai mortar belerang mengeras dan menempel pada permukaan atas benda uji.
4. Timbang benda uji
Gambar 3.1 Penimbangan benda uji silinder
5. Letakkan benda uji pada mesin tekan compression machine secara centris.
6. Hidupkan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan
7. Lakukan pembebanan sampai jarum penunjuk beban tidak naik lagi dan catat
angka yang ditunjukkan jarum penunjuk.
Gambar 3.2 Pengujian benda uji silinder
Universitas Sumatera Utara
53
3.6.2. Pengujian Kuat Lentur Balok Beton Betulang
Gambar 3.3 Perletakan dan pembebanan pengujian kuat lentur
Adapun prosedur pengujian balok beton ini adalah sebagai berikut: 1.
Pada balok terlebih dahulu dibuat grid atau garis petak-petak dengan jarak 5 cm dengan tujuan agar garis pola retak pada saat pengujian mudah dilihat dan
ditandai. 2.
Balok diletakkan diatas perletakan alat penguji yang telah disediakan. 3.
Dial Gauge alat pengukur lendutanpenurunan diletakkan dibawah balok dengan posisi 3 titik, yakni 14L-L, Center Line, dan 14L-R. Dial gauge yang
digunakan mempunyai kapasitas 1 cm. 4.
Profil I dengan panjang 1 meter diletakkan tepat ditengah-tengah balok, guna membagi beban gaya terpusat menjadi dua gaya terpusat dengan besar P.
5. Dilakukan pemeriksaan ke-vertikal-an alat-alat penerus beban dan jacking
hydraulic yang ada diatas profil I guna mendapatkan gaya vertikal yang murni. Jacking hydraulic yag digunakan memiliki kapasitas 6000 barpsi.
6. Setelah semua alat terpasang, dilakukan pembebanan bertahap dengan
kenaikan beban setiap 10 kgcm
2
. 7.
Setiap kenaikan 10 kgcm
2
dilakukan pembacaan penurunan dan penggambaran pola retak yang terjadi.
8. Pembebanan dihentikan setelah balok mengalami retakan dan lendutan yang
besar sehingga walaupun diberi beban, balok tidak lagi memberi perlawanan.
Universitas Sumatera Utara
54
Gambar 3.4 Pemasangan alat hidrolyc jack dan dial gauge
Universitas Sumatera Utara
55
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. NILAI SLUMP
Nilai slump selalu dihubungkan dengan kemudahan pengerjaan beton workability. Slump test adalah pengujian paling sederhana dan yang paling
sering digunakan, karena kelecakan beton segar sering diidentikkan dengan slumpnya. Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai slump antara lain:
1. Gradasi dan bentuk permukaan agregat
2. Faktor air semen
3. Volume udara pada adukan beton
4. Karakteristik semen
5. Bahan tambahan
Hasil pengujian nilai slump dan substitusi kerikil dengan slag dapat dilihat dalam tabel.
Tabel 4.1 Hasil pengujian nilai slump Variasi Substitusi
Nilai Slump cm
12 15
11 25
10
Gambar 4.1 Grafik nilai slump terhadap persentase substitusi kerikil dengan
slag baja.
9 10
11 12
13
15 25
Nila i Slum
p cm
Persentase Substitusi Kerikil dengan Slag
Grafik Nilai Slump
Universitas Sumatera Utara
56
Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa dengan meningkatnya persentase substitusi kerikil dengan slag baja maka nilai slump semakin menurun.
4.2. KUAT TEKAN SILINDER BETON
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan beton dengan berbagai variasi penggantian agregat kasar dengan limbah baja dibandingkan
dengan beton normal dimana benda uji berbentuk silinder yang pembuatan dan perawatannya dilaksanakan di Laboratorium Beton. Pengujian dilakukan pada
umur 28 hari, berdasarkan SNI 03-6429-2000, Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. Hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
VARIASI BENDA
UJI BERAT
Kg A cm
2
BEBAN TEKAN
KN KUAT
TEKAN MPa
KUAT TEKAN RATA-RATA
MPa BETON
NORMAL B.1
12,82 176,625
554 31,366
33,517 B.2
12,79 176,625
600 33,970
B.3 12,84
176,625 630
35,669 B.4
12,86 176,625
584 33,064
85 KERIKIL +
15 SLAG B.1
13,10 176,625
680 38,500
36,660 B.2
13,21 176,625
630 35,669
B.3 13,34
176,625 640
36,235 B.4
13,16 176,625
640 36,235
75 KERIKIL +
25 SLAG B.1
13,43 176,625
700 39,632
40,481 B.2
13,40 176,625
740 41,897
B.3 13,66
176,625 720
40,764 B.4
13,44 176,625
700 39,632
Dari tabel hasil pengujian kuat tekan diatas, terlihat bahwa dengan penggantian agregat kasar dengan limbah baja akan meningkatkan kuat tekan
beton. Semakin banyak agregat kasar yang diganti dengan limbah baja, maka akan semakin besar juga nilai kuat tekan beton. Dapat dikatakan bahwa limbah baja
baik digunakan sebagai agregat dalam campuran beton. Grafik hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada grafik dibawah.
Universitas Sumatera Utara
57
Gambar 4.2. Grafik hasil pengujian kuat tekan beton
4.3. POLA RETAK PADA PENGUJIAN KUAT TEKAN
Pada pengujian kuat tekan silinder beton ditemui satu kasus yang menarik untuk dicermati yaitu pola retak pada benda uji silinder beton seperti yang terlihat
pada Gambar 4.3. Pola retak yang terjadi pada penelitian kuat tekan silinder adalah pola retak cone and shear . Dimana pola retak tersebut dapat dilihat pada
gambar 4.3.
Gambar 4.3 Pola retak pada pengujian kuat tekan silinder beton
33,517 36,66
40,481
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Beton Normal 85 kerikil + 15 slag
75 kerikil + 25 slag
K uat
T ekan
MP a
Variasi Substitusi Kerikil Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-Rata Beton
Universitas Sumatera Utara
58
4.4. PENGUJIAN LENDUTAN BETON BERTULANG
Pengujian lendutan balok beton bertulang dilakukan dengan menggunakan Hydraulic Jack dan 3 tiga buah Dial Indikator dengan jarak masing-masing
sepanjang 75 cm.
Tabel 4.3. Data Hasil Pengujian Lendutan Balok Beton Bertulang Normal
tanpa substitusi kerikil dengan stell slag
Beban P
kgcm
2
Beban P
kg 14L-L
CL 14L-R
Dial Reading
Lendutan Y1
Dial Reading
Lendutan Y2
Dial Reading
Lendutan Y3
x 0,01 mm
x 0,01 Mm
x 0,01 mm
10 1333
70 0,7
95 0,95
68 0,68
20 2666
132 1,32
210 2,1
125 1,25
30 3999
305 3,05
432 4,32
302 3,02
40 5332
470 4,7
721 7,21
464 4,64
45 5998,5
785 7,85
1086 10,86
768 7,68
Keterangan: Retak awal terjadi pada beban 30 kgcm
2
= 3999 kg Beban kg = Pembacaan dial kgcm
2
x Luas silinder hydraulic jack 133,3 cm
2
Tabel 4.4 Data Hasil Pengujian Lendutan Balok Beton Bertulang dengan
Substitusi 15 Kerikil dengan Stell Slag
Beban P
kgcm
2
Beban P
kg 14L-L
CL 14L-R
Dial Reading
Lendutan Y1
Dial Reading
Lendutan Y2
Dial Reading
Lendutan Y3
x 0,01 mm
x 0,01 mm
x 0,01 mm
10 1333
67 0,67
88 0,88
63 0,63
20 2666
122 1,22
197 1,97
116 1,16
30 3999
265 2,65
397 3,97
258 2,58
40 5332
593 5,93
889 8,89
579 5,79
50 6665
957 9,57
1463 14,63
935 9,35
Keterangan: Retak awal terjadi pada beban 30 kgcm
2
= 3999 kg Beban kg = Pembacaan dial kgcm
2
x Luas silinder hydraulic jack 133,3 cm
2
Universitas Sumatera Utara
59
Tabel 4.5 Data Hasil Pengujian Lendutan Balok Beton Bertulang dengan
Substitusi 25 Kerikil dengan Stell Slag
Beban P
kgcm
2
Beban P
kg 14L-L
CL 14L-R
Dial Reading
Lendutan Y1
Dial Reading
Lendutan Y2
Dial Reading
Lendutan Y3
x 0,01 mm
x 0,01 mm
x 0,01 mm
10 1333
53 0,53
75 0,75
45 0,45
20 2666
112 1,12
170 1,7
99 0,99
30 3999
210 2,1
280 2,8
172 1,72
40 5332
310 3,1
440 4,4
260 2,6
50 6665
793 7,93
965 9,65
782 7,82
60 7998
1088 10,88
1793 17,93
1075 10,75
Keterangan: Retak awal terjadi pada beban 40 kgcm
2
= 5332 kg Beban kg = Pembacaan dial kgcm
2
x Luas silinder hydraulic jack 133,3 cm
2
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Balok Beton Bertulang
Normal
0,7 1,32
3,05 4,7
7,85
0,95 2,1
4,32 7,21
10,86
0,68 1,25
3,02 4,64
7,68
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
2 4
6 8
10 12
B eba
n k
g
Lendutan mm
Hubungan Beban dan Lendutan Balok Beton Bertulang Normal
Y1 Y2
Y3
Universitas Sumatera Utara
60
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Balok Beton Bertulang
Substitusi 15 Kerikil dengan Slag
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Beban dengan Lendutan Balok Beton Bertulang
Substitusi 25 Kerikil dengan Slag
0,67 1,22
2,65 5,93
9,57
0,88 1,97
3,97 8,89
14,63
0,63 1,16
2,58 5,79
9,35
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
2 4
6 8
10 12
14 16
B eba
n k
g
Lendutan mm
Hubungan Beban dan Lendutan Balok Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil dengan Slag
Y1 Y2
Y3
0,53 1,12
2,1 3,1
7,93 10,88
0,75 1,7
2,8 4,4
9,65 17,93
0,45 0,99
1,72 2,6
7,82 10,75
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000
5 10
15 20
B eba
n k
g
Lendutan mm
Hubungan Beban dan Lendutan Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil dengan Slag
Y1 Y2
Y3
Universitas Sumatera Utara
61
4.5. PERHITUNGAN LENDUTAN BETON SECARA TEORITIS
4.5.1. Balok Beton Bertulang Normal
Perhitungan lendutan yang terjadi pada balok beton normal diperoleh dari perhitungan momen sebagai muatan. Untuk perhitungan lendutan akibat berat
sendiri diabaikan.
Gambar 4.7 Pembebanan Terpusat
W
1
= W
2
= RA =
M = ∆
1
= Menghitung modulus elastisitas beton:
Ec = 4700 √ = 4700√ Nmm
2
= 27210,118 Nmm
2
Menghitung inersia balok beton bertulang: I =
Universitas Sumatera Utara
62
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 1333 kg
∆
1
= ∆
1
= =
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 2666 kg
∆
1
= ∆
1
=
Kondisi Setelah Retak
Menghitung momen inersia penampang I
g
I
g
= Menghitung momen retak M
cr
M
cr
= Dimana: M
cr
= momen retak f
r
= modulus retak beton = 0,7 √
y
t
= jarak dari garis netral penampang utuh ke serat tepi tertarik mengabaikan tulangan baja =
M
cr
= =
{ √ }
= 6332141,858 Nmm Menentukan letak garis netral
Dimana: n = E
s
= modulus elastisitas baja = 200000 MPa E
c
= modulus elastisitas beton = 27210,118 MPa Tulangan tarik 2Ø12 A
s ‟
= 226,2 mm
2
Tulangan tekan 2Ø12 A
s
= 226,2 mm
2
Universitas Sumatera Utara
63
Maka, d
‟
= selimut beton + Ø sengkang + ½Ø tulangan utama = 25 mm + 6 mm + ½12 mm
= 37 mm d
= h – selimut beton – Ø sengkang – ½Ø tulangan utama
= 250 mm – 25 mm – 6 mm – ½12 mm
= 213 mm Maka:
Diambil y = 57,199 mm Menghitung momen inersia penampang retak transformasi I
cr
I
cr
= =
= 54021430,528 mm
4
Berdasarkan hasil pengujian, retak awal terjadi pada balok beton bertulang yakni pada saat pembebanan 3999 kg.
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 3999 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M
a
M
a
= = 0,5 x 3999 x 10
= 19995000 Nmm Menghitung momen inersia efektif I
e
I
e
= {
}
Universitas Sumatera Utara
64
= {
} = 58508909,166 mm
4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆
1
= ∆
1
= ∆
1
= 12,038 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 5332 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M
a
M
a
= = 0,5 x 5332 x 10
= 26660000 Nmm Menghitung momen inersia efektif I
e
I
e
= {
} =
{ }
= 2616986,673 mm
4
+ 53297598,9 mm
4
= 55914585,57 mm
4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆
1
= ∆
1
= ∆
1
= 16,795 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 5998,5 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M
a
Universitas Sumatera Utara
65
M
a
= = 0,5 x 5998,5 x 10
= 29992500 Nmm Menghitung momen inersia efektif I
e
I
e
= {
} =
{ }
= 1837993,383 mm
4
+ 53513060,44 mm
4
= 55351053,82 mm
4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆
1
= ∆
1
= ∆
1
= 19,087 mm
Tabel 4.6 Data Lendutan Hasil Pengujian dan Lendutan Teoritis Balok Beton
Bertulang Normal
Pembacaan Dial kgcm
2
Beban kg Lendutan mm
Hasil Pengujian Teoritis
10 1333
0,95 1,202
20 2666
2,1 2,404
30 3999
4,32 12,038
40 5332
7,21 16,795
45 5998,5
10,86 19,087
Universitas Sumatera Utara
66
Gambar 4.8 Grafik hubungan beban-lendutan berdasarkan hasil pengujian dan
teoritis pada balok beton bertulang normal
4.5.2. Balok Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil dengan Stell Slag
Menghitung modulus elastisitas beton: Ec = 4700
√ = 4700√ Nmm
2
= 28457,326 Nmm
2
Menghitung inersia balok beton bertulang: I =
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 1333 kg
∆
1
= ∆
1
=
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 2666 kg
∆
1
= ∆
1
=
Kondisi Setelah Retak
Menghitung momen inersia penampang I
g
I
g
= Menghitung momen retak M
cr
0,95 2,1
4,32 7,21
10,86
1,202 2,404
12,038 16,795
19,087
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
5 10
15 20
25
B eba
n k
g
Lendutan mm
Hubungan Beban dan Lendutan Hasil Pengujian dan Teoritis Balok Beton Bertulang Normal
Pengujian Teoritis
Universitas Sumatera Utara
67
M
cr
= =
{ √ }
= 6622383,033 Nmm Menentukan letak garis netral
Dimana: n = E
s
= modulus elastisitas baja = 200000 MPa E
c
= modulus elastisitas beton = 28457,326 MPa Tulangan tarik 2Ø12 A
s ‟
= 226,2 mm
2
Tulangan tekan 2Ø12 A
s
= 226,2 mm
2
Maka, d
‟
= selimut beton + Ø sengkang + ½Ø tulangan utama = 25 mm + 6 mm + ½12 mm
= 37 mm d
= h – selimut beton – Ø sengkang – ½Ø tulangan utama
= 250 mm – 25 mm – 6 mm – ½12 mm
= 213 mm
Maka:
Diambil y = 57,199 mm Menghitung momen inersia penampang retak transformasi I
cr
Universitas Sumatera Utara
68
I
cr
= =
= 54021430,528 mm
4
Berdasarkan hasil pengujian, retak awal terjadi pada balok beton bertulang yakni pada saat pembebanan 3999 kg.
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 3999 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M
a
M
a
= = 0,5 x 3999 x 10
= 19995000 Nmm Menghitung momen inersia efektif I
e
I
e
= {
} =
{ }
= 7095919,871 mm
4
+ 52058772 mm
4
= 59154691,87 mm
4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆
1
= ∆
1
= ∆
1
= 11,385 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 5332 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M
a
M
a
= = 0,5 x 5332 x 10
= 26660000 Nmm
Universitas Sumatera Utara
69
Menghitung momen inersia efektif I
e
I
e
= {
} =
{ }
= 2993591,196 mm
4
+ 53193433,96 mm
4
= 56187025,16 mm
4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆
1
= ∆
1
= ∆
1
= 15,981 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 6665 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M
a
M
a
= = 0,5 x 6665 x 10
= 33325000 Nmm Menghitung momen inersia efektif I
e
I
e
= {
} =
{ }
= 1532718,692 mm
4
+ 53597496,28 mm
4
= 55130214,97 mm
4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆
1
= ∆
1
= ∆
1
= 20,359 mm
Universitas Sumatera Utara
70
Tabel 4.7 Data Lendutan Hasil Pengujian dan Lendutan Teoritis Balok Beton
Bertulang Substitusi 15 Kerikil dengan Slag
Pembacaan Dial kgcm
2
Beban kg Lendutan mm
Hasil Pengujian Teoritis
10 1333
0,88 1,149
20 2666
1,97 2,299
30 3999
3,97 11,385
40 5332
8,89 15,981
50 6665
14,63 20,359
Gambar 4.9 Grafik hubungan beban-lendutan berdasarkan hasil pengujian dan
teoritis pada balok beton bertulang substitusi 15 kerikil dengan slag
4.5.3. Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil dengan Stell Slag
Menghitung modulus elastisitas beton: Ec = 4700
√ = 4700√ Nmm
2
= 29903,6 Nmm
2
Menghitung inersia balok beton bertulang:
0,88 1,97
3,97 8,89
14,63
1,149 2,299
11,385 15,981
20,359
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
5 10
15 20
25
B eba
n k
g
Lendutan mm
Hubungan Beban dan Lendutan Hasil Pengujian dan Teoritis Balok Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil dengan Slag
Pengujian Teoritis
Universitas Sumatera Utara
71
I =
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 1333 kg
∆
1
= ∆
1
=
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 2666 kg
∆
1
= ∆
1
=
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 3999 kg
∆
1
= ∆
1
=
Kondisi Setelah Retak
Menghitung momen inersia penampang I
g
I
g
= Menghitung momen retak M
cr
M
cr
= =
{ √ }
= 6958949,457 Nmm Menentukan letak garis netral
Dimana: n = E
s
= modulus elastisitas baja = 200000 MPa E
c
= modulus elastisitas beton = 29903,6 MPa Tulangan tarik 2Ø12 A
s ‟
= 226,2 mm
2
Tulangan tekan 2Ø12 A
s
= 226,2 mm
2
Maka,
Universitas Sumatera Utara
72
d
‟
= selimut beton + Ø sengkang + ½Ø tulangan utama = 25 mm + 6 mm + ½12 mm
= 37 mm d
= h – selimut beton – Ø sengkang – ½Ø tulangan utama
= 250 mm – 25 mm – 6 mm – ½12 mm
= 213 mm Maka:
Diambil y = 54,543 mm Menghitung momen inersia penampang retak transformasi I
cr
I
cr
= =
= 8113104,482 + 39756990,25 + 487302,195 = 48357396,93 mm
4
Berdasarkan hasil pengujian, retak awal terjadi pada balok beton bertulang yakni pada saat pembebanan 5332 kg.
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 5332 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M
a
M
a
= = 0,5 x 5332 x 10
= 26660000 Nmm Menghitung momen inersia efektif I
e
I
e
= {
}
Universitas Sumatera Utara
73
= {
} = 3473606,753 mm
4
+ 47497367,08 mm
4
= 50970973,83 mm
4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆
1
= ∆
1
= ∆
1
= 16,766 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 6665 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M
a
M
a
= = 0,5 x 6665 x 10
= 33325000 Nmm Menghitung momen inersia efektif I
e
I
e
= {
} =
{ }
= 1778486,658 mm
4
+ 47917061,65 mm
4
= 49695548,3 mm
4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆
1
= ∆
1
= ∆
1
= 21,493 mm
Lendutan yang terjadi pada pembebanan P = 7998 kg
Menentukan momen beban layan maksimum yang terjadi pada kondisi yang diharapkan M
a
Universitas Sumatera Utara
74
M
a
= = 0,5 x 7998 x 10
= 39990000 Nmm Menghitung momen inersia efektif I
e
I
e
= {
} =
{ }
= 1029216,816 mm
4
+ 48102573,27 mm
4
= 49131790,09 mm
4
Lendutan akibat beban terpusat setelah retak ∆
1
= ∆
1
= ∆
1
= 26,088 mm
Tabel 4.8 Data Lendutan Hasil Pengujian dan Lendutan Teoritis Balok Beton
Bertulang Substitusi 25 Kerikil dengan Slag
Pembacaan Dial kgcm
2
Beban kg Lendutan mm
Hasil Pengujian Teoritis
10 1333
0,75 1,094
20 2666
1,7 2,188
30 3999
2,8 3,401
40 5332
4,4 16,766
50 6665
9,65 21,493
60 7998
17,93 26,088
Universitas Sumatera Utara
75
Gambar 4.10 Grafik hubungan beban-lendutan berdasarkan hasil pengujian dan
teoritis pada balok beton bertulang substitusi 25 kerikil dengan slag
Tabel 4.9 Hubungan Lendutan untuk Setiap Variasi NO
Variasi Beban
kg Lendutan mm
Pengujian Analisis
1 Beton Normal
5998,5 10,86
19,087 2
85 kerikil + 15 slag
6665 14,63
20,359 3
75 kerikil + 25 slag
7998 17,93
26,088
4.6. Perhitungan Regangan Balok Beton Bertulang
Dengan menggunakan persamaan-persamaan diatas, dapat dihitung regangan tekan
ɛ
c
dan regangan tulangan tarik ɛ
s
pada balok berdasarkan hasil percobaan.
Contoh perhitungan pada balok normal:
0,75 1,7
2,8 4,4
9,65 17,93
1,094 2,188
3,401 16,766
21,493 26,088
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000
5 10
15 20
25 30
B eba
n k
g
Lendutan mm
Hubungan Beban dan Lendutan Hasil Pengujian dan Teoritis Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil dengan Slag
Pengujian Teoritis
Universitas Sumatera Utara
76
Menghitung letak garis netral y
Diambil y = 57,199 mm Menghitung jarak garis netral ke serat bawah e
e = d – y = 213 – 57,199 = 155,801 mm
Jari-jari kelengkungan ρ =
Regangan tekan ɛ
c
ɛ
c
= Regangan tulangan tarik ɛ
s
ɛ
s
=
Perhitungan regangan tekan beton dan regangan tulangan tarik untuk pembebanan lainnya dapat dilakukan dengan cara yang sama. Data hasil
perhitungan regangan dapat dilihat pada tabel dibawah.
Universitas Sumatera Utara
78
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Regangan Tekan Beton
ɛ
c
dan Regangan Tulangan Tarik
ɛ
s
pada Balok Beton Bertulang Normal
P kg
Lendutan Pengujian
mm Garis
netral y
mm Jarak garis netral
ke serat bawah e
mm Jari-jari
kelengkungan ρ
mm Regangan
tekan ɛ
c
Regangan tarik
ɛ
s
57,199 155,801
1333 0,95
57,199 155,801
1008771,93 -0,000154
0,000421 2666
2,1 57,199
155,801 456349,21
-0,000341 0,000930
3999 4,32
57,199 155,801
221836,42 -0,000702
0,001913 5332
7,21 57,199
155,801 132917,24
-0,001172 0,003193
5998,5 10,86
57,199 155,801
88244,32 -0,001766
0,004809
Gambar 4.11 Diagram regangan beton bertulang normal
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Regangan Tekan Beton
ɛ
c
dan Regangan Tulangan Tarik
ɛ
s
pada Balok Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil dengan Slag
P kg
Lendutan Pengujian
mm Garis
netral y
mm Jarak garis netral
ke serat bawah e
mm Jari-jari
kelengkungan ρ
mm Regangan
tekan ɛ
c
Regangan tarik
ɛ
s
57,199 155,801
1333 0,88
57,199 155,801
1089015,15 -0,000143
0,000390 2666
1,97 57,199
155,801 486463,62
-0,00032 0,000872
3999 3,97
57,199 155,801
241393,79 -0,000645
0,001758 5332
8,89 57,199
155,801 107799,03
-0,001445 0,003937
6665 14,63
57,199 155,801
65504,67 -0,002378
0,006479
Universitas Sumatera Utara
79
Gambar 4.12 Diagram regangan beton bertulang substitusi 15 kerikil
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Regangan Tekan Beton
ɛ
c
dan Regangan Tulangan Tarik
ɛ
s
pada Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil dengan Slag
P kg
Lendutan Pengujian
mm Garis
netral y
mm Jarak garis netral
ke serat bawah e
mm Jari-jari
kelengkungan ρ
mm Regangan
tekan ɛ
c
Regangan tarik
ɛ
s
54,543 158,457
1333 0,75
54,543 158,457
1277777,78 -0,000124
0,000484 2666
1,7 54,543
158,457 563725,49
-0,000281 0,001098
3999 2,8
54,543 158,457
342261,90 -0,000463
0,001808 5332
4,4 54,543
158,457 217803,03
-0,000728 0,002841
6665 9,65
54,543 158,457
99309,15 -0,001596
0,006231 7998
17,93 54,543
158,457 53448,60
-0,002965 0,011578
Gambar 4.13 Diagram regangan beton bertulang substitusi 25 kerikil
Universitas Sumatera Utara
80
Peningkatan regangan beton ɛ
c
yang diperoleh berdasarkan data perhitungan regangan untuk balok beton bertulang digambar dalam tabel grafik
berikut ini:
Gambar 4.14 Hubungan Beban - Regangan Beton
ɛ
c
pada Beton Bertulang Normal
0,000000 0,000154
0,000341 0,000702
0,001172 0,001766
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
B eba
n k
g
Regangan Hubungan Beban -
Regangan Beton ɛc pada Beton Bertulang Normal
Universitas Sumatera Utara
81
Gambar 4.15 Hubungan Beban - Regangan Beton
ɛ
c
pada Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil dengan Slag
Gambar 4.16 Hubungan Beban - Regangan Beton
ɛc pada Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil dengan Slag
0,000000 0,000143
0,000320 0,000645
0,001445 0,002378
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
B eba
n k
g
Regangan Hubungan Beban -
Regangan Beton ɛc pada Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil dengan Slag
0,000000 0,000124
0,000281 0,000463
0,000728 0,001596
0,002965
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000
B eba
n k
g
Regangan Hubungan Beban -
Regangan Beton ɛc pada Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil dengan Slag
Universitas Sumatera Utara
82
Sedangkan peningkatan regangan tulangan tarik ɛ
s
yang diperoleh berdasarkan perhitungan regangan untuk balok beton bertulang dapat dilihat pada
grafik dibawah.
Gambar 4.17 Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik
ɛs pada Beton Bertulang Normal
0,000000 0,000421
0,000930 0,001913
0,003193 0,004809
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
B eba
n k
g
Regangan
Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik ɛs pada Beton
Bertulang Normal
Universitas Sumatera Utara
83
Gambar 4.18 Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik
ɛs pada Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil dengan Slag
Gambar 4.19 Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik
ɛs pada Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil dengan Slag
0,000000 0,000390
0,000872 0,001758
0,003937 0,006479
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
B eba
n k
g
Regangan
Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik ɛs pada Beton
Bertulang Substitusi 15 Kerikil dengan Slag
0,000000 0,000484
0,001098 0,001808
0,002841 0,006231
0,011578
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000 8000
9000
B eba
n k
g
Regangan
Hubungan Beban - Regangan Tulangan Tarik ɛs pada Beton
Bertulang Substitusi 25 Kerikil dengan Slag
Universitas Sumatera Utara
84
4.7. Hubungan Tegangan – Regangan
Tegangan memiliki hubungan yang linier dengan regangan dan modulus elastisitas yang ditunjukkan pada persamaan dibawah ini:
σ = E x ɛ Dimana:
σ = Tegangan ɛ = Regangan
E = Modulus elastisitas
4.7.1. Hubungan Tegangan-Regangan Balok Beton Bertulang
fc =Ec x ɛ
c
Dimana: fc
= Tegangan beton ɛ
c
= Regangan beton Ec
= Modulus elastisitas beton normal = 4700
√ = 4700√ = 27210,118 Nmm
2
Ec = Modulus elastisitas beton substitusi 15 kerikil
= 4700 √ = 4700√ = 28457,326 Nmm
2
Ec = Modulus elastisitas beton substitusi 25 kerikil
= 4700 √ = 4700√ = 29903,6 Nmm
2
Tabel 4.13 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang
Normal, Substitusi 15 Kerikil, dan Substitusi 25 Kerikil
Beban P
kg Balok Beton Bertulang
Normal Balok Beton Bertulang
Substitusi 15 Kerikil dengan Slag
Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil
dengan Slag ɛ
c
fc Nmm
2
ɛ
c
fc Nmm
2
ɛ
c
fc Nmm
2
1333 -0,000154
4,20 -0,000143
4,07 -0,000124
3,71 2666
-0,000341 9,29
-0,000320 9,11
-0,000281 8,41
3999 -0,000702
19,11 -0,000645
18,37 -0,000463
13,84 5332
-0,001172 31,89
-0,001445 41,13
-0,000728 21,76
5998,5 -0,001766
48,04 -
- -
- 6665
- -
-0,002378 67,68
-0,001596 47,71
7998 -
- -
- -0,002965
88,65
Universitas Sumatera Utara
85
Gambar 4.20 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang
Normal
Gambar 4.21 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang
Substitusi 15 Kerikil
0,00 4,20
9,29 19,11
31,89 48,04
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00
0,000000 0,000154
0,000341 0,000702
0,001172 0,001766
T eg
a ng
a n
M P
a
Regangan Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok
Beton Bertulang Normal
0,00 4,07
9,11 18,37
41,13 67,68
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00
0,000000 0,000143
0,000320 0,000645
0,001445 0,002378
T eg
a ng
a n
M P
a
Regangan Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok
Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil
Universitas Sumatera Utara
86
Gambar 4.22 Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton Bertulang
Substitusi 25 Kerikil
4.7.2. Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik Beton Bertulang
fs = Es x ɛ
s
Dimana: fs = Tegangan tulangan tarik
ɛ
s
= Regangan tulangan tarik Es = Modulus elastisitas baja tulangan = 200000 Nmm
2
Tabel 4.14 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton
Bertulang Normal, Substitusi 15 Kerikil, dan Substitusi 25 Kerikil
Beban P
kg Balok Beton Bertulang
Normal Balok Beton Bertulang
Substitusi 15 Kerikil dengan Slag
Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil
dengan Slag ɛ
s
fs Nmm
2
ɛ
s
fs Nmm
2
ɛ
s
fs Nmm
2
1333 0,000421
84,14 0,000484
96,86 0,000484
96,86 2666
0,000930 185,99
0,001098 219,54
0,001098 219,54
3999 0,001913
382,60 0,001808
361,60 0,001808
361,60 5332
0,003193 638,56
0,002841 568,22
0,002841 568,22
5998,5 0,004809
961,82 -
- -
- 6665
- -
0,006479 1295,72
0,006231 1246,21
7998 -
- -
- 0,011578
2315,50
0,00 3,71
8,41 13,84
21,76 47,71
88,65
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
100,00
0,000000 0,000124 0,000281 0,000463 0,000728 0,001596 0,002965 T
eg a
ng a
n M
P a
Regangan Hubungan Tegangan-Regangan Beton pada Balok Beton
Bertulang Substitusi 25 Kerikil
Universitas Sumatera Utara
87
Gambar 4.23 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton
Bertulang Normal
Gambar 4.24 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton
Bertulang Substitusi 15 Kerikil
84,14 185,99
382,60 638,56
961,82
200 400
600 800
1000 1200
0,000421 0,000930 0,001913 0,003193 0,004809 T
eg a
ng a
n M
P a
Regangan
Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Normal
77,94 174,47
351,61 787,35
1295,72
200 400
600 800
1000 1200
1400
0,000390 0,000872 0,001758 0,003937 0,006479 T
eg a
ng a
n M
P a
Regangan
Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil
Universitas Sumatera Utara
88
Gambar 4.25 Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton
Bertulang Substitusi 25 Kerikil
4.8. Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang
0,85f‟cβ
1
.b.c
2
+ 0,003Es.As‟ - As
tot
.fyc - 0,003Es.As‟.d‟ = 0
Diketahui: Es
= 200000 Nmm
2
β
1
= 0,85 As
tot
= 452,4 mm
2
As‟ = 226,2 mm
2
Fy = 240 Nmm
2
f‟c
1
= 33,517 Nmm
2
b = 150 mm
d‟ = 37 mm
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas diperoleh persamaan berikut: 3632,405 c
2
+ 27144 c - 5021640 = 0 Dengan rumus ABC diperoleh nilai:
C
1
= 33,632 mm memenuhi C
2
= -41,105 mm tidak memenuhi Dengan nilai c = 33,632 mm, maka:
a = β
1
.c = 0,8533,632 mm = 28,587 mm d‟ = selimut + Ø sengkang + ½ Ø tulangan utama
d‟ = 25 mm + 6 mm + ½ 12 mm d‟ = 37 mm
d = h – selimut - Ø sengkang - ½ Ø tulangan utama
96,86 219,54
361,60 568,22
1246,21 2315,50
500 1000
1500 2000
2500
0,000484 0,001098 0,001808 0,002841 0,006231 0,011578 T
eg a
n g
a n
M Pa
Regangan
Hubungan Tegangan-Regangan Tulangan Tarik pada Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil
Universitas Sumatera Utara
89
d = 250 mm – 25 mm – 6 mm – ½ 12 mm
d = 213 mm
Menghitung Nilai Mn
Mn = Mn
1
+ Mn
2
Mn = 0,85fcabd -
a + As.fs d – d‟ ........................................Pers. A
Menghitung nilai Pn
Ra = Rb = ½ P
Mn = Ra
Mn =
= Mn = Mn
Pn = ..............................................................................................Pers. B
Nilai Mn diperoleh dari Pers. A sehingga diperoleh nilai Pn.
Menghitung Nilai Tegangan Lentur
Tegangan lentur diperoleh melalui persamaan berikut:
Dimana: σ = Tegangan lentur Nmm
2
M = Momen lentur Nmm Y = Tinggi garis netral mm
I = Inersia mm
4
Menentukan letak garis netral y: E
s
= Modulus elastisitas baja = 200000 MPa Ec
1
= Modulus elastisitas beton = 27210,118 MPa Ec
2
= Modulus elastisitas beton = 28457,326 MPa Ec
3
= Modulus elastisitas beton = 29903,600 MPa Sehingga,
n
1
= = 7,35
≈ 8 n
2
= = 7,028 ≈ 8
Universitas Sumatera Utara
90
n
3
= = 6,688 ≈ 7
Balok Beton Bertulang Normal
0,85f‟cβ
1
.b.c
2
+ 0,003Es.As‟ - As
tot
.fyc - 0,003Es.As‟.d‟ = 0
Diketahui: Es
= 200000 Nmm
2
β
1
= 0,85 As
tot
= 452,4 mm
2
As‟ = 226,2 mm
2
Fy = 240 Nmm
2
f‟c
1
= 33,517 Nmm
2
b = 150 mm
d‟ = 37 mm
Maka diperoleh nilai C = 33,632 mm a = β
1
.c = 0,85 x 33,632 = 28,587 mm
Diambil y = 57,199 mm Menentukan Momen Inersia:
I =
{ }
= {
}
= 195312500 + 172386585 + 43926142,82 + 738316,078 = 412363543,9 mm
4
Balok Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil
0,85f‟cβ
1
.b.c
2
+ 0,003E s.As‟ - As
tot
.fyc - 0,003Es.As‟.d‟ = 0
Diketahui: Es
= 200000 Nmm
2
β
1
= 0,85 As
tot
= 452,4 mm
2
As‟ = 226,2 mm
2
Fy = 240 Nmm
2
f‟c
2
= 36,660 Nmm
2
b = 150 mm
d‟ = 37 mm
Universitas Sumatera Utara
91
3973,028 c
2
+ 27144 c – 5021640 = 0
C
1
= 32,3 mm memenuhi C
2
= -39,132 mm tidah memenuhi Maka diperoleh nilai C = 32,3 mm
a = β
1
.c = 0,85 x 32,3 = 27,455 mm
Diambil y = 57,199 mm Menentukan Momen Inersia:
I =
{ }
= {
}
= 195312500 + 172386585 + 43926142,82 + 738316,078 = 412363543,9 mm
4
Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil 0,85f‟cβ
1
.b.c
2
+ 0,003Es.As‟ - As
tot
.fyc - 0,003Es.As‟.d‟ = 0
Diketahui: Es
= 200000 Nmm
2
β
1
= 0,85 As
tot
= 452,4 mm
2
As‟ = 226,2 mm
2
Fy = 240 Nmm
2
f‟c
3
= 40,481 Nmm
2
b = 150 mm
d‟ = 37 mm
4387,128 c
2
+ 27144 c – 5021640 = 0
C
1
= 30,880 mm memenuhi C
2
= -37,067 mm tidak memenuhi Maka diperoleh nilai C = 30,880 mm
a = β
1
.c = 0,85 x 30,880 = 26,248 mm
Universitas Sumatera Utara
92
Diambil y = 54,543 mm Menentukan Momen Inersia:
I =
{ }
= {
}
= 195312500 + 186157081,8 + 39756990,25 + 487302,195 = 421713874,2 mm
4
Dari hasil perhitungan kapasitas lentur berdasarkan data regangan untuk balok beton bertulang dapat dilihat dalam tabel dibawah.
Universitas Sumatera Utara
93
Tabel 4.15 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Normal
Beban P
Kg ɛc
ɛs fc
Nmm
2
fs Nmm
2
Mn Nmm
Pn Kg
σ Nmm
2
PPn
0,000000 0,000000
0,00 0,00
0,000 0,000
0,000 0,000
1333 0,000154
0,000421 4,20
84,14 6393307,049
1278,661 0,887
1,042 2666
0,000341 0,000930
9,29 185,99
14132573,478 2826,515
1,960 0,943
3999 0,000702
0,001913 19,11
382,60 29072722,583
5814,545 4,033
0,688 5332
0,001172 0,003193
31,89 638,56
48521835,607 9704,367
6,730 0,549
5998,5 0,001766 0,004809
48,04 961,82
73085594,270 14617,119
10,138 0,410
Koefisien Rata-Rata 0,606
Tabel 4.16 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil
dengan Slag
Beban P
Kg ɛc
ɛs fc
Nmm
2
fs Nmm
2
Mn Nmm
Pn Kg
σ Nmm
2
PPn
0,000000 0,000000
0,00 0,00
0,000 0,000
0,000 0,000
1333 0,000143
0,000390 4,07
77,94 5942738,773
1188,548 0,824
1,122 2666
0,000320 0,000872
9,11 174,47
13303631,118 2660,726
1,845 1,002
3999 0,000645
0,001758 18,37
351,61 26809855,603
5361,971 3,719
0,746 5332
0,001445 0,003937
41,13 787,35
60035167,836 12007,03
4 8,327
0,444 6665
0,002378 0,006479
67,68 1295,72
98798032,109 19759,60
6 13,704
0,337 Koefisien Rata-Rata
0,608
Tabel 4.17 Kapasitas Lentur Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil
dengan Slag
Beban P
Kg ɛc
ɛs fc
Nmm
2
fs Nmm
2
Mn Nmm
Pn Kg
σ Nmm
2
PPn
0,000000 0,000000
0,00 0,00
0,000 0,000
0,000 0,000
1333 0,000124
0,000484 3,71
96,86 6336497,114
1267,299 0,820
1,052 2666
0,000281 0,001098
8,41 219,54
14362726,792 2872,545
1,858 0,928
3999 0,000463
0,001808 13,84
361,60 23656255,893
4731,251 3,060
0,845 5332
0,000728 0,002841
21,76 568,22
37174116,403 7434,823
4,808 0,717
6665 0,001596
0,006231 47,71
1246,21 81529596,202
16305,919 10,545
0,409 7998
0,002965 0,011578
88,65 2315,50
151484524,342 30296,905 19,592
0,264 Koefisien Rata-Rata
0,602
Universitas Sumatera Utara
94
Tabel 4.18 Hubungan Kapasitas Lentur untuk Setiap Variasi NO
Variasi Beban
kg σ
Nmm
2
1 Beton Normal
5998,5 10,138
2 85 kerikil +
15 slag 6665
13,704 3
75 kerikil + 25 slag
7998 19,592
1. Perbandiangan beban berdasarkan pengujian P dan beban secara teori
berdasarkan pengujian regangan Pn balok beton bertulang normal Koefisien =
∑
Koefisien =
2. Perbandingan beban runtuh berdasarkan pengujian P dan beban runtuh
secara teori berdasarkan pengujian regagan Pn balok beton bertulang dengan substitusi 15 kerikil
Koefisien =
∑
Koefisien =
3. Perbandingan beban runtuh berdasarkan pengujian P dan beban runtuh
secara teori berdasarkan pengujian regagan Pn balok beton bertulang dengan substitusi 25 kerikil
Koefisien =
∑
Koefisien =
4. Perbandingan lendutan secara teori balok beton bertulang normal terhadap
balok beton bertulang dengan substitusi 15 kerikil dan 25 kerikil Koefisien =
Koefisien =
Universitas Sumatera Utara
95
5. Perbandingan lendutan berdasarkan pengujian balok beton bertulang normal
terhadap balok beton bertulang dengan substitusi 15 kerikil dan 25 kerikil Koefisien =
Koefisien =
6. Peningkatan lendutan balok beton bertulang normal dan balok beton
bertulang dengan substitusi 15 kerikil
7. Peningkatan lendutan balok beton bertulang normal dan balok beton
bertulang dengan substitusi 25 kerikil
8. Peningkatan lendutan balok beton bertulang dengan substitusi 15 kerikil
dan balok beton bertulang dengan substitusi 25 kerikil
4.9. Retak Balok Beton Bertulang
Balok akan mengalami retak vertikal dari sisi tarik apabila balok mengalami pembebanan. Hal ini dikarenakan regangan tarik yang terjadi pada sisi bawah
penampang sudah melebihi regangan tarik beton. Agar lebih mudah dan lebih teliti penggambaran pola retak yang terjadi pada balok maka balok dibagi menjadi
300 segmen dengan ukuran 5x5 cm.
Universitas Sumatera Utara
96
1. Retak Balok Beton Bertulang Normal
Gambar 4.26 Pola Retak pada Balok Beton Bertulang Normal 2.
Retak Balok Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil
Gambar 4.27 Pola Retak pada Balok Beton Bertulang Substitusi 15 Kerikil
Universitas Sumatera Utara
97
3. Retak Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil
Gambar 4.28 Pola Retak pada Balok Beton Bertulang Substitusi 25 Kerikil
Universitas Sumatera Utara
98
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kuat tekan beton normal = 33.517 MPa, kuat tekan beton dengan substitusi
15 kerikil dengan slag = 36,66 Mpa, dan kuat tekan beton substitusi 25 kerikil dengan slag = 40,481 MPa. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa
dengan bertambahnya penggunaan stell slag sebagai agregat kasar dapat meningkatkan mutu beton. Besar peningkatan kuat tekan beton dari beton
normal: Substitusi 15 kerikil, peningkatan kuat tekan sebesar 3,413 MPa atau
10,18 dari kuat tekan beton normal. Substitusi 25 kerikil, peningkatan kuat tekan sebesar 6,964 MPa atau
20,78 dari kuat tekan beton normal. 2.
Lendutan yang terjadi pada balok beton bertulang normal adalah pada pembebanan P= 5998.5 kg adalah 10,86 mm, untuk balok beton bertulang
dengan 15 kerikil dengan slag pada pembebanan P = 6665 kg adalah 14,63 mm, sedangkan untuk balok beton bertulang dengan substitusi 25 kerikil
dengan slag pada pembebanan P=7998 kg adalah 17,93 mm. Sama halnya dengan kuat tekan beton, dengan bertambahnya penggunaan stell slag sebagai
agregatkasar dapat meningkatkan lendutan balok beton betulang. 3.
Perbandingan lendutan pengujian pada balok beton bertulang normal dan substitusi 15 kerikil sebesar 0,742 sedangkan perbandingan lendutan
pengujian pada balok beton bertulang normal dan substitusi 25 kerikil sebesar 0,606.
4. Perbandingan lendutan teoritis pada balok beton bertulang normal dan
substitusi 15 kerikil sebesar 0,938 sedangkan perbandingan lendutan teoritis pada balok beton bertulang normal dan substitusi 25 kerikil sebesar 0,80.
Universitas Sumatera Utara
99
5. Kapasitas lentur pada balok beton bertulang normal adalah 9,960 Nmm
2
, pada balok substitusi 15 kerikil adalah 13,704 Nmm
2
, dan pada balok substitusi 25 kerikil adalah 19,592 Nmm
2
. Jadi, dengan penggunaan steel slag sebagai agregat kasar dapat meningkatkan kapasitas lentur pada beton
bertulang.
5.2. SARAN
1. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan beton mutu tinggi dan
memakai zat additive atau admixture. 2.
Penambahan variasi untuk mendapatkan data yang lebih teliti.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. UMUM
Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus yang berarti tumbuh bersama atau menggabungkan menjadi satu. Dalam bahasa
Jepang digunakan kata kotau-zai, yang arti harafiahnya material-material seperti tulang; mungkin karena agregat mirip tulang-tulang hewan. Teknologi beton,
2007 Beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan
air, kadang-kadang dengan bahan tambahan additive yang bersifat kimiawi ataupun fisikal pada perbandiangan tertentu sampai menjadi satu kesatuan yang
homogen. Campuran tersebut akan mengeras seperti batuan. Pengerasan terjadi karena peristiwa reaksi kimia antara semen dengan air. Beton yang sudah
mengeras dapat juga dikatakan sebagai batuan tiruan dengan rongga-rongga antara butiran yang besar agregat kasar atau batu pecah dan diisi oleh batuan kecil
agregat halus atau pasir dan pori-pori antara agregat halus diisi oleh semen dan air pasta semen. Sifat-sifat dan karakteristik material penyusun beton akan
mempengaruhi kinerja dari beton yang dibuat. Kinerja dari beton tersebut berdampak pada kekuatan yang diinginkan, kemudahan dalam pengerjaannya dan
keawetannya dalam jangka waktu tertentu. Jika ingin membuat beton berkualitas baik, dalam arti memenuhi persyaratan yang lebih ketat karena tuntutan yang
lebih tinggi, maka harus diperhitungkan dengan seksama cara-cara memperoleh adukan beton beton segarfresh concrete yang baik dan beton beton
kerashardened concrete yang dihasilkan juga baik. Beton yang baik adalah beton yang kuat, tahan lamaawet, kedap air, tahan aus, dan sedikit mengalami
perubahan volume kembang susutnya kecil. Pada beton yang baik, setiap butir agregat seluruhnya terbungkus dengan mortar. Demikian pula halnya dengan
ruang antara agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar menentukan kualitas beton. Semen adalah unsur kunci dalam beton, meskipun
jumlahnya hanya 7-15 dari campuran. Beton dengan jumlah semen yang sedikit
Universitas Sumatera Utara
7
sampai 7 disebut beton kurus lean concrete, sedangkan beton dengan jumlah semen yang banyak sampai 15 disebut beton gemuk rich concrete.
Adapun parameter-parameter yang mempengaruhi kekuatan beton adalah kualitas semen, proporsi semen terhadap campuran, kekuatan dan kebersihan
agregat, interaksi atau adhesi antara semen dengan agregat, pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton, penempatan yang benar, penyelesaian
dan pemadatan beton, perawatan beton, dan kandungan klorida tidak melebihi 0,15 dalam beton yang diekspos dan 1 bagi beton yang tidak diekspos.
Nawy, 1985:24 Dalam keadaaan yang mengeras, beton bagaikan batu karang dengan
kekuatan tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam-macam bentuk, sehingga dapat digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata-
mata untuk tujuan dekoratif. Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir dilakukan dengan cara khusus, umpamanya diekspose
agregatnya. Selain tahan terhadap sernagan api, beton juga tahan terhadap serangan korosi. Secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah:
Kelebihan beton antara lain: 1.
Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi 2.
Mampu memikul beban berat 3.
Tahan terhadap temperatur tinggi 4.
Biaya pemeliharaan yang kecil Kekurangan beton antara lain:
1. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah
2. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi
3. Berat
4. Kekuatan tariknya rendah meskipun kekuatan tekannya besar
2.2. BAHAN PENYUSUN BETON
Beton tersusun atas tiga bahan penyusun utama, yaitu semen, agregat, dan air. Terkadang juga diberi bahan tambahan additive kedalam campuran beton
untuk tujuan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
8
2.2.1. Semen
Arti kata semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif, yaitu bahan pengikat. Semen merupakan bahan campuran yang secara
kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi
mineral yang dapat mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.
2.2.2. AGREGAT
Berdasarkan SK.SNI T-15-1991-03, agregat merupakan material granular misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku besi yang dipakai bersama-
sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk beton semen hidrolik atau adukan. Agregat dalam beton menempati sekitar ¾ bagian dari volume beton.
Dikarenakan proporsi agregat yang besar dalam beton, maka peran agregat sangatlah penting. Sehingga pemilihan agregat merupakan hal yang penting
karena akan berpengaruh terhadap kualitas beton. Oleh karena itu, agregat yang digunakan harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Agregat dalam keadaan bersih
2. Keras
3. Bebas dari sifat penyerapan
4. Tidak bercampur dengan tanah liat atau lumpur
5. Distribusigradasi ukuran agregat memenuhi ketentuan-ketentuan yang
berlaku
A. JENIS- JENIS AGREGAT
Penggolongan agregat terdiri dari banyak klasifikasi, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk
Secara alamiah bentuk agregat dipengaruhi oleh proses geologi batuan. Setelah dilakukan penambangan, bentuk agregat dipengaruhi oleh teknik
Universitas Sumatera Utara
9
penambangan yang dilakukan, dapat berupa dengan cara peledakan ataupun
dengan mesin pemecah batu.
Jika dikonsolidasikan butiran yang berat akan menghasilkan campuran beton yang lebih baik jika dibandingkan dengan butiran yang pipih. Penggunaan
pasata semennya akan lebih ekonomis. Bentuk –bentuk agregat ini lebih banyak
berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton secar fresh concrete. Test standar yang dapat dipergunakan dalam menentukan bentuk agregat ini
adalah ASTM D-3398. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut:
a. Agregat bulat
Agregat bulat terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau keseluruhannya terbentuk karena penggeseran. Rongga udaranya minimum 33,
sehingga rasio luas permukaannnya kecil. Beton yang dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antara agregat kurang kuat.
b. Agregat bulat sebagian atau tidak teratur
Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian terbentuk karena pergeseran sehingga permukaan atau sudut
–sudutmya berbentuk bulat. Rongga udara pada agregat ini lebih tinggi, sekitar 35
–38, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang
dihasilkan dari agregat ini belum cukup baik untuk mutu tinggi karena ikatan antara agregat belum cukup baik masih kurang kuat.
c. Agregat bersudut
Agregat ini mempumyai sudut –sudut yang tampak jelas, yang terbentuk di
tempat –tempat perpotongan bidang–bidang dengan permukaan kasar. Rongga
udara pada agregat ini berkisar antara 38 – 40, sehingga membutuhkan lebih
banyak lagi pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk
beton mutu tinggi karena ikatan antara agregatnya baik kuat.
Universitas Sumatera Utara
10
d. Agregat panjang
Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari pada lebarnya dan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya. Agregat ini disebut panjang jika ukuran terbesarnya
lebih dari 95 dari ukuran rata –rata. Ukuran rata–rata ialah ukuran ayakan yang
meloloskan dan menahan butiran agregat. Sebagai contoh, agregat dengan ukuran rata
–rata 15 mm akan lolos ayakan 19 mm dan tertahan oleh ayakan 10 mm. Agregat ini dinamakan panjang jika ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari 27
mm 95 x 15 mm. Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada mutu beton yang akan dibuat. Agregat jenis ini cenderung menghasilkan kuat tekan beton
yang buruk.
e. Agregat pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran –
ukuran lebar dan tebalnya kecil. Agregat pipih sama dengan agregat panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi. Dinamakan pipih jika ukuran
terkecilnya kurang dari 35 ukuran rata –ratanya. Menurut Galloway 1994 agregat
pipih mempunyai perbandingan antara panjang dan lebar dengan ketebalan rasio 1 : 3 yang dapat digambarkan sama dengan uang logam.
f. Agregat pipih dan panjang
Agregat ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada lebarnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.
2. Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan