2. 6. Teks Erotisme 2. 7. Musik atau Lagu Dangdut

berhubungan dengan bagaimana kultur lokal mengakomodasikan masalah- masalah porno sebagai bagian dari kearifan lokal, termasuk bagaimana budaya lokal memberi konstribusi terhadap sikap dan perilaku porno itu sendiri. Dalam konteks sosiologis, disini muncul persoalan kreativitas, persoalan seni, ekonomi dan mata pencarian, perilaku dan sikap keagamaan, sampai dengan persoalan politik dan kekuasaan, serta hubungan antara warga negara dan negara termasuk juga hubungan dengan Tuhan Bungin, 2008: 343. Erotisme dan pornografi terdapat batasan- batasan yang samar. Hal ini terjadi karena dalam pornografi selalu ada erotisme, tetapi tidak semua yang erotis itu disebut pornografi.

II. 2. 6. Teks Erotisme

Erotisme dalam sebuah teks adalah penggambaran secara kebahasaan tindakan, keadaan, atau suasana yang berkaitan dengan hasrat seksual. Jadi, tindakan seksual itu bukanlah tindakan yang digambarkan secara visual melainkan secara verbal. Namun, erotisme yang dilukiskan itu tidak ditujukan untuk mengakibatkan timbulnya hasrat berahi atau nafsu seksual pembacanya. Timbulnya nafsu seksual pada pembaca adalah karena pembaca menafsirkan teks yang bersangkutan sehingga menimbulkan dampak erotis padanya Hoed, 2011: 194. Teks yang berdampak erotis pada pembaca adalah teks tentang berkaitan dengan tindakan, keadaan, atau suasana erotis atau teks lain yang memberikan kemungkinan itu. Teks erotis adalah teks yang menggambarkan kegiatan erotis atau situasi atau suasana erotis. Disamping itu, ada pula teks yang disebut “berdampak erotis”, yaitu yang menimbulkan hasrat seksual pada pembacanya. Teks erotis dibedakan dengan teks pornografis dari segi tujuannya. Teks erotis tidak ditujukan untuk menimbulkan dampak erotis, sedangkan teks pornografis memang bertujuan memberikan dampak erotis Hoed, 2011: 211. Karya pornografis yang ditulis sebagai naskah cerita, testimonial, atau pengalaman pribadi secara detail dan vulgar, sehingga pembaca merasa seakan- akan ia menyaksikan sendiri, mengalami atau melakukan sendiri peristiwa hubungan seks itu. Penggambaran yang detail secara narasi terhadap hubungan Universitas Sumatera Utara seks ini menyebabkan pembaca sedang mengalaminya sendiri, sehingga fantasi seksual pembaca menjadi menggebu- gebu terhadap objek hubungan seks yang digambarkan itu. Teks erotis mempunyai tujuan- tujuan yang lebih luas.

II. 2. 7. Musik atau Lagu Dangdut

Dangdut adalah musik yang lahir dari perpaduan musik populer India, Arab, Barat, dan Melayu. Pada masa awal perkembangannya, musik dangdut disebut Orkes Melayu disingkat OM. Dalam periode awal itu, yaitu tahun 1960- an, muncul beberapa penyanyi dan pencipta lagu terkenal. Diantaranya, Emma Gangga, Hasnah Tahar, Said Effendi, Munif Bahaswan, Elly Khadam dan sebagainya. Penyebutan nama „dangdut‟ sendiri merupakan peniruan bunyi tabla dalam dunia dangdut disebut gendang, yaitu dang dan ndut. Pada awalnya nama ini dianggap merendahkan musik tersebut. Selanjutnya perkembangan musik dangdut sudah banyak dipengaruhi oleh aliran musik lainnya, antara lain musik Pop, House Music, dan Rock. Pada awal tahun 1970- an, mantan pemusik rock Rhoma Irama sebelumnya bernama Oma Irama, bersama kelompok OM Soneta kemudian Soneta Group dan pasangan duet Elvie Sukaesih, masuk dalam blantika musik dangdut. Rhoma Irama mengurangi warna India dalam dangdut dan meningkatkan warna Timur Tengah serta warna rock. Dengan perubahan ini dangdut menjadi sangat populer, dan Rhoma Irama kemudian dinobatkan menjadi “Raja Dangdut” Purba Pasaribu, 2006: 78. Dangdut adalah musik yang digemari oleh kaum marginal baik secara ekonomis maupun geografis. Secara ekonomis, dangdut merupakan musik yang digemari oleh masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah, misalnya para buruh, sopir angkot, dan tukang beca. Sedangkan, dari segi geografis, dangdut merupakan musik yang digemari oleh masyarakat yang tinggal di kota tetapi bukan di bagian elit gedongan tetapi yang tinggal di kampung- kampung pinggiran kota besar, yang tidak terdidik dan sedikit terdidik. Musik dangdut mengalami pasang naik, dari segi penjualan rekaman, pertunjukan dan produksi film. Kemudian semakin marak, seiring munculnya penyanyi- penyanyi baru yang memiliki gaya tersendiri, diantaranya, A. Rafiq, Universitas Sumatera Utara Mansyur S, Muchsin Alatas, Rita Sugiarto, Meggi Z, Rama Aiphama, Itje Tresnawati, Inul Daratista, Evie Tamala, Camelia Malik dan lain- lain. Hingga akhirnya memasuki dasawarsa 90- an ke tahun 2000, dangdut dapat diterima sebagai salah satu milik budaya bangsa. Bahkan di kalangan generasi muda yang sebelumnya menganggap dangdut adalah musik kurang bermutu dan norak. Namun, musik dangdut mulai mendapat sentuhan alat- alat musik modern seperti gitar elektrik, organ elektrik, perkusi, terompet dan lain- lain untuk meningkatkan kreativitas para musisi. Hingga akhirnya musik dangdut terus berkembang dari tahun ke tahun. Musik dangdut kini terdengar lebih modern. Kini akhirnya musik dangdut telah menjangkau semua kalangan masyarakat mulai dari kalangan kelas bawah, kalangan menengah hingga kelas ataspun sudah mulai menikmati seni musik dangdut. Popularitas dangdut juga banyak ditolong oleh telah berkembangnya industri kaset, peranan radio- radio swasta, surat kabar, dan majalah hiburan populer, iklan, dan akhirnya menjangkau dunia film. Kalau masalah popularitas mau diukur dengan jumlah pendukung, penggemar, dan peminat boleh jadi dangdut jaman kini dapat diartikan mass- music musik yang digemari orang banyak, sehingga disebut sebagai musik rakyat. Untuk memperoleh sebutan “musik rakyat” tentu akan diperlukan rentang waktu yang panjang disamping aspek dukungan yang mapan yang terdapat dalam dangdut. Sekarang kita mengenal berbagai corak dangdut. Ada dangdut model Rhoma Irama; dangdut gaya India dari Mansyur S, dangdut gaya Arab dari A.Rafiq. Ada juga yang memasukkan unsur musik populer lainnya misalnya: dangdut rock, keroncong dangdut, dan dangdut house music. Disamping itu, dangdut pada umumnya menggunakan banyak liukan dalam gaya bernyanyinya, serta warna suaranya yang khas, sehingga dimanapun musik ini disajikan, semua orang pasti dapat mengidentifikasinya. Universitas Sumatera Utara

II. 3. Model Teoritis

Dokumen yang terkait

Pemaknaan Lirik Lagu Judas (Studi Analisis Semiotika Lagu Lady Gaga yang berjudul Judas)

22 172 89

ANALISIS ISI UNSUR EROTISME PADA LIRIK LAGU DANGDUT KOPLO

7 33 47

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda).

1 9 99

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 13

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 2

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 9

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 1 26

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 4

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 5

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda)

0 0 22