pemikiran- pemikiran yang berorientasi paradigmatik mengandung konsekuensi terhadap objektivitas, sistematika, dan juga metodologi dari suatu disiplin ilmu.
II. 1. 1. Paradigma Konstruktivisme
Paradigma ini berpendapat bahwa alam semesta, secara epistemologis adalah sebagai hasil konstruksi sosial. Di samping itu, paham ini hampir
merupakan antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau pengetahuan Anwar Adang, 2008: 59.
Konstruktivisme menegaskan bahwa pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar mengerti. Konstruktivisme merupakan salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi bentukan kita sendiri. Para konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada
dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain.
Penerima pesan sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman mereka. Konsep penting perspektif
ini adalah bahwa pengetahuan bukanlah tertentu dan deterministik, tetapi suatu proses menjadi tahu Ardianto, 2020: 154. Proses konstruktivisme harus
mempunyai kemampuan mengingat dan mengungkap kembali pengalaman; kemampuan membandingkan; mengambil keputusan mengenai persamaan dan
perbedaan; dan kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu daripada yang lain Anwar Adang, 2008: 60 .
Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak
menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut Ardianto, 2010: 158.
Dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktivis, realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian kebenaran suatu
realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial Bungin, 2008: 187.
Von Glaserrsfeld membedakan adanya tiga macam tahap konstruktivisme: 1.
Konstruktivisme radikal, yaitu yang mengesampingkan hubungan pengetahuan
Universitas Sumatera Utara
sebagai suatu kriteria kebenaran. Bagi konstruktivisme radikal, pengetahuan tidak merefleksikan suatu kenyataan ontologis subjektif tetapi merupakan suatu
pengaturan dan organisasi dari suatu dunia yang dibentuk oleh pengalaman seseorang.
2. Realisme hipotesis, yaitu suatu aliran yang menyatakan bahwa pengetahuan
ilmiah kita pandang sebagai suatu hipotesis dari struktur kenyataan dan berkembang menuju suatu pengetahuan yang sejati, yang dekat dengan realitas.
3. Konstruktivisme yang biasa, yaitu filsafat yang menyatakan pengetahuan kita
merupakan suatu gambaran dari relaitas itu, pengethuan kita dipandang sebagai suatu gambaran yang dibentuk dari kenyataan suatu objek dari dalam dirinya
sendiri. Terdapat kesamaan dari ketiga macam konstruktivisme di atas. Hal
tersebut terjadi karena terdapat relasi sosial antara individu dengan lingkungan atau orang sekitarnya. Kemudian individu membangun sendiri pengetahuannya
atas realitas yang dilihatnya tersebut Anwar Adang, 2008: 60.
II. 2. Uraian Teoritis II. 2. 1. Komunikasi Massa