yang mempelajari apa pun yang bisa digunakan untuk menyatakan sesuatu kebohongan. Jika sesuatu tersebut tidak dapat digunakan untuk mengatakan
sesuatu kebohongan, sebaliknya tidak bisa digunakan untuk mengatakan kebenaran Sobur, 2004:18.
II. 2. 4. Semiotika Roland Barthes
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir struktualis yang tekun mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia juga
intelektual dan kritikus sastra Perancis yang ternama; eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra, dan dikenal sebagai tokoh yang
memainkan peranan sentral dalam strukturalisme tahun 1960- an dan 70- an Sobur, 2004: 63.
Semiotika, atau dalam istilah Barthers, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal- hal things.
Memaknai to signify dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan to communicate. Memaknai berarti bahwa objek- objek
tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek- objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda Sobur,
2003: 15. Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang
tanda adalah peran pembaca the reader. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes
mengulas sistem pemaknaan tataran ke- dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan
konotatif, yang didalamnya mitologinya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. Jadi, dalam konsep Barthes, tanda
konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya Sobur, 2004: 69.
Barthes menciptakan peta bagaimana tanda bekerja sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Signifier
Penanda 2.
Signified Petanda
3. Denotative Sign Tanda Denotatif
4. Connotative Signifier
Penanda Konotatif 5.
Connotative Signified Petanda Konotatif
6. Connotative Sign Tanda Konotatif
Gambar II.1. Peta Tanda Roland Barthes Sumber: Sobur, 2004: 69
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif 3 terdiri atas penanda 1 dan petanda 2. Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif 4. Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekadar memiliki makna tambahan, namun juga mengandung kedua bagian
tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika kita mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga
diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin. Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang
disebutnya dengan „mitos‟, dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai- nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu.
Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai
pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat
memiliki beberapa penanda Sobur, 2004: 71. Salah satu cara yang digunakan untuk membahas lingkup makna yang
lebih besar adalah dengan membedakan makna denotatif dengan makna konotatif. Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang
mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Ia berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi- asumsi dari suatu
masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Barthes melontarkan konsep tentang denotatif dan konotatif sebagai kunci dari analisisnya. Makna denotatif suatu kata adalah makna yang biasa kita
temukan dalam kamus, sedangkan makna konotatif adalah makna denotatif ditambah dengan segala gambaran, ingatan dan perasaan yang ditimbulkan oleh
kata dari makna denotatif tersebut. Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama sebuah kata secara bebas memegang peranan penting di
dalam ujaran. Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran
sebuah petanda. Makna konotasi adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi
karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju- tidak setuju, senang- tidak senang dan sebagainya kepada pendengar; dipihak lain kata yang dipilih itu
memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama. Pada dasarnya, konotasi timbul disebabkan masalah hubungan sosial atau hubungan
interpersonal, yang mempertalikan kita dengan orang lain, karena itu bahasa manusia tidak sekadar menyangkut masalah makna denotatif atau ideasional dan
sebagainya Sobur, 2004: 263. Roland Barthes memberi pelajaran berharga tentang bagaimana
menganalisis tanda-tanda komunikasi yang ia sebut semiologi komunikasi, yaitu mementingkan hubungan antara tanda dengan pengirim dan penerimanya. Dengan
begitu seorang Peneliti menganalisis setiap teks berdasarkan konteksnya, referensinya dan dapat menggunakan penjelasan sintaksis ketatabahasaan, dan
analisis semantik makna tanda-tanda dan teks tertulis Zamroni, 2009: 92. Semiotika membahas tentang keragaman bahasa dari tiga perspektif yakni:
a. Semantik
Semantik adalah studi tentang hubungan antara bentuk- bentuk linguistik dengan entitas di dunia; yaitu bagaimana hubungan kata- kata dengan sesuatu
secara harafiah. Analasis semantik juga berusaha membangun hubungan antara deskripsi verbal dan pernyataan- pernyataan hubungan di dunia secara akurat atau
tidak, tanpa menghiraukan siapa yang menghasilkan deskripsi tersebut Yule, 2006: 5. Semantik adalah studi mengenai relasi antara tanda dan signifikasi atau
maknanya. Semantik merupakan studi tentang makna.
Universitas Sumatera Utara
b. Sintaktik
Sintaktik adalah studi tentang hubungan antara bentuk- bentuk kebahasaan, bagaimana menyusun bentuk- bentuk kebahasaan itu dalam suatu tatanan atau
urutan dan tatanan mana yang tersusun dengan baik. Tipe studi ini biasanya terjadi tanpa mempertimbangkan dunia referensi atau pemakai bentuk- bentuk itu
Yule, 2006: 4. Sintaktik berkaitan dengan studi mengenai tanda itu sendiri secara
individual maupun kombinasinya, khususnya analisis yang bersifat deskriptif mengenai tanda dan kombinasinya Piliang, 2012: 300. Sintaktik berurusan
dengan kaidah dan struktur yang menghubungkan tanda- tanda satu sama lain misalnya tata bahasa.
c. Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk- bentuk linguistik dan pemakai bentuk- bentuk itu. Manfaat belajar bahasa melalui pragmatik ialah
bahwa seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, dan jenis- jenis tindakan yang mereka perlihatkan ketika mereka
sedang berbicara Yule, 2006: 5. Pragmatik adalah studi mengenai relasi antara tanda dan penggunanya,
khususnya yang berkaitan dengan penggunaan tanda secara konkrit dalam peristiwa serta efek atau dampaknya terhadap pengguna. Ia berkaitan dengan nilai,
maksud dan tujuan dari sebuah tanda, yang menjawab pertanyaan: untuk apa dan kenapa, serta pertanyaan mengenai pertukaran dan nilai utilitas tanda bagi
pengguna. Pragmatik merupakan analisis penggunaan dan akibat permainan kata Piliang, 2012: 300.
II. 2. 4. 1. Tanda