Skrining Fitokimia .1 Pemeriksaan alkaloida

32 3.8 Skrining Fitokimia 3.8.1 Pemeriksaan alkaloida Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut: a. filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Mayer akan terbentuk endapan berwarna putih atau kuning b. filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Bouchardat akan terbentuk endapan berwarna coklat-hitam c. filtrat sebanyak 3 tetes ditambahkan 2 tetes larutan pereksi Dragendorff akan terbentuk endapan berwarna merah atau jingga Alkaloida dinyatakan positif jika terjadi endapan atau paling sedikit dua atau tiga dari percobaan di atas Ditjen POM, 1995.

3.8.2 Pemeriksaan flavonoida

Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml metanol lalu direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas melalui kertas saring berlipat, filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling. Setelah dingin ditambah 5 ml eter minyak tanah, dikocok hati-hati, didiamkan. Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperatur 40 o C. Sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Cara Percobaan: a. satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1-2 ml etanol 96, ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml asam klorida 2 N, didiamkan selama satu menit. Ditambahkan 10 ml asama klorida pekat, jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna merah intensif menunjukkan adanya Universitas Sumatera Utara 33 flavonoida glikosida-3-flavonol. b. satu ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml etanol 96, ditambahkan 0,1 g magnesium dan 10 ml asam klorida pekat, terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan adanya flavonoida Ditjen POM, 1995.

3.8.3 Pemeriksaan glikosida

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 3 g kemudian disari dengan 30 ml campuran 7 bagian volume etanol 96 dan 3 bagian volume air suling, selanjutnya ditambahkan 10 ml HCl 2 N, direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Pada 30 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal II asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran 3 bagian volume kloroform dan 2 bagian volume isopropanol. Diambil lapisan air kemudian ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch, ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat terbentuk cincin warna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya ikatan gula Ditjen POM, 1995.

3.8.4 Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi III klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin Ditjen POM, 1995.

3.8.5 Pemeriksaan saponin

Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat Universitas Sumatera Utara 34 selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1- 10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin Ditjen POM, 1995.

3.8.6 Pemeriksaan steroidatriterpenoida

Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa dalam cawan penguap ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru menunjukkan adanya steroidatriterpenoida Harborne, 1987. 3.9 Pembuatan Larutan dan Suspensi Bahan Uji Pembuatan pereaksi mencakup pembuatan suspensi CMC-Na 0,5 , pembuatan larutan EDTA 15, larutan heparin 100 IUml, Penentuan konsentrasi ekstrak etanol daun kelor EEDK secara titrasi, pembuatan suspensi asam traneksamat 10, pembuatan suspensi EEDK 1 dosis 100 mgkgBB, 150 mgkg BB, dan 200 mgkgBB.

3.9.1 Pembuatan suspensi CMC-Na 0,5

Sebanyak 0,5 g CMC-Na ditaburkan dalam lumpang yang berisi ±20 mL air suling panas. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh massa yang transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan air suling, dihomogenkan dan dimasukkan ke labu tentukur 100 mL, dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 100 mL.

3.9.2 Pembuatan larutan EDTA 15

Sebanyak 15 gram EDTA dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian dicukupkan volumenya dengan aquadest hingga 100 ml. Universitas Sumatera Utara 35

3.9.3 Pembuatan larutan heparin 100 IUml

Sebanyak 2 ml heparin injeksi konsentrasi 5000 IUml dimasukkan ke dalam labu 100 ml, kemudian dicukupkan volumenya dengan aqua proinjeksi hingga 100 ml.

3.9.4 Pembuatan suspensi asam traneksamat 10

Sebanyak 20 tablet asam traneksamat generik 500 mg ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lumpang, kemudian ditambahkan dengan CMC-Na secukupnya dan dihomogenkan hingga terbentuk suspensi. Lalu dituangkan ke dalam labu tentukur, dan dicukupkan dengan CMC-Na hingga 100 ml. Suspensi dihomogenkan kembali dengan cara dikocok ringan.

3.9.5 Pembuatan suspensi ekstrak etanol daun kelor EEDK 1

Dalam pengujian akan digunakan 3 variasi dosis yakni dosis 100 mgkgBB, 150 mgkgBB, dan 200 mgkgBB. Ditimbang 1 gram ekstrak etanol daun kelor, kemudian dimasukkan ke dalam lumpang. Ditambahkan tween 80 secukupnya lalu homogenkan. Kemudian tuang sedikit demi sedikit CMC-Na sambil digerus sampai homogen. Setelah homogen, dituangkan ke dalam labu tentukur dan dicukupkan dengan CMC-Na hingga 100 mL.

3.9.6 Penentuan konsentrasi ekstrak etanol daun kelor EEDK dengan prinsip titrasi dosis

Ekstrak kasar daun kelor Moringa oleifera Lam. yang diperoleh sebelum diujikan pada sampel darah, terlebih dahulu dilakukan titrasi. Kegiatan ini merupakan penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui konsentrasi minimum ekstrak yang akan digunakan ke dalam 0,5 ml darah. Ekstrak etanol daun kelor sebanyak 1 g dimasukkan ke dalam labu dan dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml konsentrasi 1, kemudian titrasi dilakukan dengan cara Universitas Sumatera Utara 36 menaikkan volume ekstrak pada 0,5 ml darah, mulai dari 10 μl, 20 μl, 30 μl, 40 μl, 50 μl, 60 μl, 70 μl, 80 μl, 90 μl, 100 μl, 110 μl, 120 μl dan seterusnya hingga diperoleh konsentrasi di mana terjadi proses koagulasi darah, di mana volume ekstrak etanol daun kelor yang akan digunakan dalam 0,5 ml darah adalah jumlah di mana darah telah membeku terbentuk gumpalan di bawah waktu normal.

3.10 Uji Aktivitas Koagulan