Bahan Pengambilan dan Pengolahan Tumbuhan .1 Pengumpulan tumbuhan

27

3.4 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun kelor Moringa oleifera. Bahan kimia yang digunakan adalah α-naftol, amil alkohol, asam asetat anhidrida, asam klorida pekat, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, besi III klorida, bismut III nitrat, ekstrak etanol daun kelor EEDK, etanol 96, heparin injeksi, iodium, isopropanol, kalium iodida, kloroform, metanol, CMC-Na Carboxy Methyl Cellulose-Natrium, Na-EDTA Etilen Diamin Tetra Acid - Natrium, natrium hidroksida, natrium sulfat anhidrat, raksa II klorida, serbuk magnesium, tablet asam traneksamat, timbal II asetat, toluena. 3.5 Hewan Percobaan Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus 200-300 g dengan usia sekitar 2-3 bulan untuk metode Lee-White dan Eustrek secara in vitro, dan metode Duke secara in vivo.. Hewan percobaan ini sebelumnya telah diaklimatisasi selama satu minggu. Hewan dipelihara dalam kandang, diberi sekam, diberi pakan standar. Hewan percobaan harus dipelihara dan dirawat dengan sebaik-baiknya pada kandang yang mempunyai ventilasi baik dan selalu dijaga kebersihannya. Hewan yang sehat ditandai dengan pertumbuhan normal dan suhu badan normal Depkes RI, 1979. 3.6 Pengambilan dan Pengolahan Tumbuhan 3.6.1 Pengumpulan tumbuhan Pengumpulan tumbuhan dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian Universitas Sumatera Utara 28 ini adalah daun kelor yang diperoleh dari Jl. Lestari, Desa Kualanamu, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. 3.6.2 Identifikasi tumbuhan Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi-LIPI Bogor.

3.6.3 Pembuatan simplisia

Tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun kelor yang masih segar. Daun dipisahkan dari pengotor lain lalu dicuci hingga bersih kemudian ditiriskan dan ditimbang. Selanjutnya, daun tersebut dikeringkan selama 3 hari dalam lemari pengering dengan temperatur 40 o C sampai daun kering ditandai bila diremas rapuh. Simplisia yang telah kering diblender menjadi serbuk lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik bertutup dan di simpan pada suhu kamar. Kemudian serbuk ditimbang diperoleh berat kering sebanyak 712,1 gram.

3.6.4 Pembuatan ekstrak etanol daun kelor

Serbuk simplisia diperkolasi dengan etanol, dilakukan dengan cara: Dibasahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati – hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang- ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di Universitas Sumatera Utara 29 atas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras massa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Enap tuangkan atau saring. Hasil perkolat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak etanol Depkes RI, 1979.

3.7 Karakterisasi Simplisia