Antikoagulan Uji Aktivitas Koagulan Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera Lam.) Secara In Vitro Dan In Vivo

16 Obat ini merupakan analog asam aminokaproat, mempunyai indikasi dan mekanisme kerja yang sama dengan asam aminokaproat, tetapi 10 kali lebih potent dengan efek samping yang lebih ringan Dewoto, 2007. Asam traneksamat termasuk obat golongan antifibrinolitik dan hemostatik. Obat ini bekerja dengan cara menonaktifkan plasminogen dan mencegah fibrinolisis. Asam traneksamat dapat diberikan secara oral atau melalui injeksi intravena. Asam traneksamat juga digunakan untuk pengobatan berbagai kondisi yang berhubungan dengan perdarahan atau resiko perdarahan, seperti perdarahan yang terjadi setelah prostatektomi atau pencabutan gigi, menstruasi perdarahan menstruasi yang parah atau perdarahan yang dapat mengakibatkan kematian yang berkaitan dengan penggunaan obat – obat trombolitik. Asam traneksamat juga digunakan pada pasien dengan penyakit keturunan seperti angiodema Rang, 2003.

2.5 Antikoagulan

Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembekuan atau fungsi beberapa faktor pembekuan darah.

2.5.1 Antikoagulan oral

Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K. Vitamin K merupakan kofaktor yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan II, VII, IX dan X. Untuk berfungsi, vitamin K harus mengalami siklus oksidasi dan reduksi di hati. Antikoagulan oral mencegah reduksi vitamin K teroksidasi sehingga aktivasi faktor-faktor pembekuan darah terganggutidak terjadi Dewoto, 2007. Contoh antikoagulan oral adalah warfarin. Warfarin disebut antikoagulan oral karena Universitas Sumatera Utara 17 tidak seperti heparin yang diberikan secara suntikan. Warfarin secara umum diberikan sebagai garam natrium Katzung, 2014.

2.5.2 Heparin

Gambar 2.2 Rumus Kimia Heparin Heparin merupakan suatu glikosaminoglikan yang ditemukan pada granul sekresi sel-sel mast dan banyak terdapat di paru-paru. Dalam keadaan normal, heparin tidak dapat dideteksi dalam darah. Efek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya dengan AT-III Anti Trombin III. AT-III berfungsi menghambat protease faktor pembekuan termasuk faktor IIa trombin, Xa dan IXa, dengan cara membentuk kompleks yang stabil dengan protease faktor pembekuan. Heparin memiliki berat molekul 5.000 – 30.000 dan memiliki afinitas kuat dengan antitrombin dan menghambat nyata pembekuan darah. Dewoto,2007. Heparin bekerja singkat dan harus diberikan suntikan. Efek antikoagulannya membutuhkan antitrombin III, suatu inhibitor protease dalam darah yang membentuk kompleks 1:1 dengan trombin. Heparin meningkatkan kecepatan pembentukan kompleks 1:1000 kali lipat, menyebabkan inaktivasi Universitas Sumatera Utara 18 trombin yang hampir instan Neal, 2006. Pemberian secara subkutan dapat diberikan dengan dosis 5000 unit setiap 8-12 jam. Karena bahaya pembentukan hematoma pada tempat penyuntikan, heparin jangan pernah diberikan secara intramuskular. Heparin dikontraindikasikan pada pasien-pasien yang hipersensitif pada obat tersebut, pasien dengan perdarahan aktif atau dengan hemofilia dan trombositopenia. Kerja antikoagulan yang berlebihan dari heparin diatasi dengan penghentian pemakaian obat tersebut. Jika perdarahan terjadi, pemberian suatu antagonis seperti protamin sulfat diindikasikan. Protamin merupakan suatu peptida yang sangat basa yang dikombinasikan degnan heparin sebagai suatu pasangan ion untuk membentuk suatu kompleks stabil tanpa aktivitas antikoagulan Katzung, 2014.

2.5.3 Penarikan ion kalsium

Ion kalsium mutlak diperlukan diperlukan pada pembekuan darah. Dengan penarikannya, maka pembekuan darah akan dihambat. Ini dilakukan dengan pengendapan dengan natrium oksalat atau natrium fluorida atau dengan pembentukan kompleks dengan natrium sitrat. Penarikan ion kalsium hanya dapat dilakukan secara in vitro, karena secara in vivo, penurunan kadar kalsium dapat menyebabkan tetani otot kaku dan kejang. Akan tetapi, darah sitrat dapat digunakan untuk transfusi darah, selama kecepatan transfusi tidak terlalu tinggi. Ion kalsium yang tidak ada akan cepat digantikan dari cadangan kalsium dengan kerja parathormon Mutschler, 2010. Universitas Sumatera Utara 19

2.6. Faktor-Faktor Pembekuan Darah