24
Berinisiatif sendiri yaitu harus mampu menyusun dan melaksanakan kebijaksanaan sendiri.
Membuat peraturan sendiri PERDA beserta peraturan pelaksanaannya. Menggali sumber-sumber keuangan sendiri.
Memiliki alat pelaksana baik personil maupun sarana dan prasarananya.
1.5.4.2 Pengertian pemekaran wilayah
Wilayah adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu dan berbeda dengan wilayah yang lain. Istilah lain dari wilayah yang
umum digunakan dalam memahami konsep wilayah adalah region.
Berikut ini beberapa pengertian wilayah yang diungkapkan oleh para ahli
geografi:
Menurut Cressey : Wilayah region adalah keseluruhan dari lahan, air,
udara, dan manusia dalam hubungan yang saling menguntungkan. Setiap region merupakan satu keutuhan entity yang batasnya jarang ditentukan
secara tepat.
Menurut A. I. Herbertson : Wilayah adalah suatu kesatuan yang
kompleks dan tanah, air, udara, tumbuhan, hewan, dan manusia yang dipandang dari hubungan mereka yang khusus yang secara bersama-sama
membentuk suatu ciri tertentu di atas permukaan bumi.
Menurut Taylor : Wilayah dapat didefinisikan sebagai suatu satuan area
di permukaan bumi yang dapat dibedakan dengan area lain melalui sifat- sifat seragam yang terlihat padanya.
Universitas Sumatera Utara
25
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana: Tata Ruang Wilayah Nasional
: Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya, yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif danaspek fungsional.
Berbicara mengenai pemekaran wilayah, tentu saja tidak terlepas dari wacana desentralisasi khususnya, desenralisasi politik. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi ke empat 2008 desentralisasi dapat diartkan sebagai : sistem pemerntahan yang lebih banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah
daerah, penyerahan sebagian wewenang pimpinan kepada bawahan atau pusat kepada cabang, dsb. Dari sisi fungsional, pengakuan adanya hak kepada
seseorang atau golongan untuk mengurus hal-hal tertentu di daerah ; kebudayaan, pengakuan adanya hak kepada golongan kecil dalam masyarakat untuk
menyelenggarakan budaya sendiri di daerah ; politik, pengakuan adanya hak untuk mengurus kepentingan rumah tangga sendiri pada badan politik di daerah
yang dipilih oleh rakyat di daerah tertentu”. Berdasarkan sejarah perkembangannya, pemekaran wilayah di Indonesia
sesungguhnya telah terjadi sejak lama yaitu ketika munculnya zaman kerajaan- kerajaan di nusantara. Pada saat itu, wilayah kekuasaan suatu kerajaan akan
dimekarkan lebih disebabkan karena terjadi konflik ditubuh kerajaan induk atau yang biasa disebut konflik antar keluarga karajaan maupun karena kalah dalam
peperangan. Pemekaran wilayah semakin marak tatkala penjajah Belanda mulai masuk. Wilayah-wilayah di Jawa dan sekitarnya, dibagi menjadi beberapa
Universitas Sumatera Utara
26
karesidenan maupun district setingkat kabupaten1 yang ditujukan sebagai alat kontrol kekuasaan sekaligus memperkecil ruang gerak tentara Indonesia.
Pemekaran daerah berarti pengembangan dari satu daerah otonom menjadi dua atau lebih daerah otonom. Pemekaran daerah dilandasi oleh Undang-undang
nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, pada pasal 5 ayat 2 dinyatakan daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah, namun
setelah Undang - Undang Nomor 22 tahun 1999 diganti dengan Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah, maka materi pemekaran
wilayah tercantum pada pasal 4 ayat 3 dan ayat 4, namun istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah.
Tabel 1.1 Perkembangan Daerah Otonom Hasil Pemekaran DOHP setelah Berlakunya UU No. 221999
No. Tahun Provinsi
Kabupaten Kota
Provkabkota DOHP
Sebelum 1999 26
234 59
319
1. 1999 2
34 9
45
2. 2000
3 -
- 3
3. 2001 -
- 12
12
4. 2002
1 33
4 38
5. 2003 0
47 2
49
6. 2004
1 -
- 1
7. 2005 -
- -
8. 2006
- -
-
9. 2007 -
21 4
25
10.
2008 -
27 3
30
11. 2009 -
2 -
2 DOHP pasca UU
221999 7
164 34
205
Total Pemda 2009
33 398 93 524
Universitas Sumatera Utara
27
Alasan mendasar terjadi pemekaran daerah adalah peningkatan kesejahteraan rakyat lokal. Selama ini sumber daya cenderung ditarik ke daerah
induk hingga daerah yang jauh dari pusat kekuasaan tertinggal. Realitas yang terjadi seringkali karena pemekaran daerah sebab kepentingan elite untuk
mendapatkn kekuasaan karena mereka kalah dalam suatu pilkada. Ketidakpuasan terhadap kepemimpinan yang didominasi oleh etnis tertentu seringkali dijadikan
alasan. Menurut Sumodiningrat, berkaitan dengan pemberian otonomi kepada
daerah maka perlu memperhatikan unsur – unsur sebagai berikut, yakni : 1 Kemantapan lembaga, 2 Ketersediaan sumber daya manusia yang memadai,
khususnya aparat pemerintah daerah dan 3 Potensi ekonomi daerah untuk menggali sumber pendapatannya sendiri.
Pembentukan Kabupaten Batu Bara berawal dari keinginan masyarakat di wilayah eks Kewedanan Batu Bara untuk membentuk sebuah kabupaten Otonom.
Upaya dimaksud sudah dirintis sejak tahun 1957, namun akibat dinamika politik nasional hingga akhir tahun 60-an 1969 masyarakat Batu Bara kembali
mengaspirasikan bergabungnya 5 lima kecamatan yang ada dalam sebuah kabupaten Batu Bara, maka dibentuklah Panitia Pembentukan Otonom Batu Bara
PPOB yang di prakarsai oleh salah seorang tokoh masyarakat yang pernah menjadi anggota DPRD Asahan. PPOB ini berkedudukan di jalan Merdeka
Kecamatan Tanjung Tiram. Karena Undang-undang Otonom belum di keluarkan oleh Pemerintah, perjuangan ini pun tertunda.
Universitas Sumatera Utara
28
Kegiatan perekonomian di Kabupaten Batubara yang ditunjukan dengan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000, pada tahun 2002 menunjukkan
peningkatan sebesar 4,05. Angka ini menunjukkan bahwa dibandingkan tahun sebelumnya terjadi kenaikan angka PDRB sebesar 4,05 dengan menganggap
harga konstan pada tahun 2000.Kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu sebesar 4.57, tahun2004 dan 2005 pertumbuhan ekonomi cenderung melambat
dari 3,97 menurun menjadi 2,30 dipengaruhi adanya penebangankonversi tanaman perkebunan di beberapa wilayah.Namun pada berikutnya yakni 2006-
2007 kembali naik menjadi 3,73 sampai 4,01. Selanjut pada tahun2008 terus meningkat mencapai 4,55.
1.5.4.2.1 Latar Belakang terjadinya Pemekaran Wilayah
Menurut hasil kajian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Kinerja Otonomi Daerah – Lembaga Administrasi Negara 2005 terhadap 14 propinsi dan 28
kabupatenkota, ada beberapa alasan yang mendasari dilaksanakannya pemekaran daerah, diantaranya:
a Alasan pelayanan, pemekaran daerah dianggap mampu meningkatkan
pelayanan publik kepada masyarakat karena sistem birokrasi yang lebih kecil dibanding daerah induk yang memiliki cakupan pelayanan yang
lebih luas. b
Alasan ekonomi, pemekaran daerah diharapkan dapat mempercepat pembangunan ekonomi daerah melalui pemanfaatan potensi lokal yang
selama ini belum dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah induk. c
Alasan keadilan, pemekaran daerah dianggap mampu mendukung proses pemerataan pembangunan dalam hal ekonomi maupun pengisian jabatan
Universitas Sumatera Utara
29
publik sehingga suara masyarakat di daerah yang bersangkutan dapat terakomodasi dan tersampaikan dengan baik.
d Alasan anggaran, pemekaran daerah diharapkan dapat memberikan
anggaran yang besar bagi daerah otonom baru untuk melakukan pembangunan di daerahnya.
e Alasan historis dan kultural.
Secara umum, pemekaran wilayah merupakan suatu proses pembagian wilayah menjadi lebih dari satu wilayah, dengan tujuan meningkatkan pelayanan
dan mempercepat pembangunan
.
Tarigan 2005 mengatakan bahwa suatu wilayah dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuan dari pembentukan wilayah itu sendiri. Dasar dari perwilayahan
dapat dibedakan sebagai berikut : 1.
Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan, di Indonesia dikenal wilayah kekuasaan pemerintahan, seperti provinsi, KabupatenKota,
Kecamatan, desakeluarahan dan dusunlingkungan. 2.
Berdasarkan kesamaan kondisi homogenity, yang paling umum adalah kesamaan lokasi fisik. Misal, adanya klasifikasi desa berupa desa pantai,
desa pendalaman dan desa pegunungan. Bisa juga pembagian berupa wilayah pertanian dan wilayah industri, wilayah perkotaan dengan daerah
pedalaman. Cara pembagian lainnya juga berdasarkan kesamaan sosial budaya. Misalnya, daerah-daerah dibagi menurut suku mayoritas, agama,
adat istiadat, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan mayoritas masayarakat yang mendiami wilayah tersebut.
Universitas Sumatera Utara
30
3. Berdasarkan ruang lingkup pengaruh ekonomi, perlu ditetapkan terlebih
dahulu beberpa pusat pertumbuhan yang kira-kira sama besar rankingnya, kemudian ditetapkan batas-batas pengaruh dari setiap pusat pertumbuhan.
Batas pengaruh antara satu kota dengan kota lainnya hanya dapat dilakukan untuk kota-kota yang sama rankingnya, kota yang lebih kecil itu
senantiasa berada dibawah pengaruh kota yang lebih besar. 4.
Berdasarkan wilayah perencanaanprogram. Dalam hal ini ditetapkan batas-batas wilayah ataupun daerah-daerah yang terkena suatu program
atau proyek dimana wilayah tersebut termasuk kedalam suatu perencanaan untuk tujuan khusus. Suatu wilayah perencanaan dapat menebus beberapa
wilayah administrasi berdasarkan kebutuhan dari perencanaan tersebut.
1.5.4.2.2 Syarat – syarat Pemekaran Wilayah
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa dalam pembentukan daerah baru, setiap daerah harus mampu memenuhi tiga syarat
yaitu: 1.
Syarat administratif. Syarat administratif meliputi persetujuan DPRD KabupatenKota dan BupatiWalikota yang akan menjadi cakupan wilayah
provinsi, persetujuan DPRD provinsi induk dan Gubernur serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri.
2. Syarat teknis. Syarat teknis meliputi faktor yang menjadi dasar
pembentukan daerah yang mencakup kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, kemampuan
Universitas Sumatera Utara
31
keuangan, luas daerah, pertahanan, keamanan serta faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah.
3. Syarat fisik kewilayahan. Syarat ini berhubungan dengan wilayah yang
akan dimekarkan, lokasi calon ibu kota serta sarana dan prasarana pemerintahan. Dalam pembentukan Provinsi, wilayah baru harus meliputi
minimal lima kabupatenkota dan dalam pembentukan Kota, wilayah baru harus meliputi minimal empat kecamatan.
Selain syarat diatas, Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 juga mencantumkan syarat-syarat pembentukan daerah dengan aspek penilaian sebagai
berikut : Kemampuan ekonomi, merupakan cerminan hasil kegiatan usaha
perekonomian yang berlangsung di suatu Daerah Propinsi, KabupatenKota yang dapat diukur dari produk domestik regional bruto
PDRB dan penerimaan daerah. Potensi daerah, merupakan cerminan tersedianya sumber daya yang dapat
dimanfaatkan dan memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah dan kesejahteraan masyarakat yang dapat diukur dari: 1 lembaga
keuangan, 2 sarana ekonomi, 3 sarana pendidikan, 4 sarana kesehatan, 5 sarana transportasi dan komunikasi, 6 sarana pariwisata,
dan 7 ketenagakerjaan. Sosial budaya, berkaitan dengan struktur sosial dan pola budaya
masyarakat, kondisi sosial budaya masyarakat yang dapat diukur dari tempat peribadatan, tempat kegiatan institusi sosial dan budaya dan sarana
olah raga.
Universitas Sumatera Utara
32
Sosial politik, merupakan cerminan kondisis sosial politik masyarakat yang dapat diukur dari partisipasi masyarakat dalam berpolitik dan
organisasi kemasyarakatan. Jumlah penduduk, berkaitan dengan jumlah penduduk daerah yang
bersangkutan. Luas daerah, berkaitan dengan luas daerah yang bersangkutan.
Pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah
1.5.4.2.3 Indikator evaluasi pemekaran wilayah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang “Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan” dijelaskan
bahwa definisi evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan input, keluaran output, dan hasil outcome terhadap rencana dan
standard. Evaluasi dilakukan berdasarkan sumberdaya yang digunakan serta indikator dan sasaran kinerja keluaran untuk kegiatan dan atau indikatorsasaran
kinerja hasil untuk program. Dalam pelaksanaan pemekaran wilayah untuk dapat mewujudkan
terselenggaranya otonomi daerah maka dalam Bab II pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan
Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah disebutkan tujuan pemekaran daerah yakni untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui :
a. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat
b. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah
c. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi
Universitas Sumatera Utara
33
d. Percepatan pengelolahan potensi daerah
Perkembangan suatu wilayah merupakan integral pertumbuhan setiap sistem yang terdiri dari sosial, ekonomi, infrastruktur, berkurangnya kesenjangan
antar wilayah, serta terjaganya kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah Riyadi, 2002.
a. Aspek Infrastruktur
Keberhasilan pembangunan dapat diukur dari ketersediaan dan kecukupan serta kemampuan sarana dan prasarana yang mempunyai peranan
penting terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai fasilitas – fasilitas atau struktur – struktur dasar, peralatan –
peralatan, instalasi – instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat. Definisi teknik juga
memberikan spesifikasi apa yang dilakukan sistem infrastruktur dan mengatakan infrastruktur adalah aset fisik yang dirancang dalam sistem, sehingga memberikan
pelayanan publik yang penting. Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,
pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung, dan fasilitas publik lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan
ekonomi. Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
b.
Aspek Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
34
Ketercapaian tujuan pembangunan antara lain dapat dilihat dari pendapatan nasional perkapita, pengurangan jumlah penduduk miskin, dan tingkat
pengangguran. Makin tinggi tingkat pendapatan perkapita menunjukkan makin berhasil pembangunan yang dicapai. Sementara itu, makin sedikit jumlah
penduduk miskin maka makin berhasil pembangunan tersebut. Dalam praktek perhitungan pendapatan perkapita di suatu daerah sering direpresentasikan oleh
Produk Domestik Regional Bruto perkapita. Pendapatan regional adalah seluruh pendapatan yang diperoleh oleh penduduk suatu daerah dalam satu tahun tertentu.
Sedangkan pendapatan regional perkapita adalah pendapatan regional dibagi jumlah penduduk.
c.
Aspek Sosial
Keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan dapat dilihat dalam sektor pendidikan dan kesehatan. Keberhasilan pembangunan dilihat dari indikator
kinerja sektor pendidikan adalah adanya kesempatan bagi masyarakat usia didik untuk mendapat pendidikan yang layak secara kualitas dan kuantitas. Faktor
manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan ekonomi yang menekankan pada efisiensi. Para ahli ilmu ekonomi modern menyebutkan
pembentukan modal insani, yaitu proses peningkatan ilmu pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seluruh penduduk negara yang bersangkutan.
Dalam mengetahui perkembangan suatu wilayah dari aspek sosial, kemiskinan poverty merupakan indikator yang digunakan dalam menilai perkembangan
suatu wilayah.
Universitas Sumatera Utara
35
1.6 Definisi konsep
Menurut Singarimbun konsep merupakan istilah dan definisi yang dipergunakan untuk menjabarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau
individu tertentu yang menjadi pusat perhatian. Dalam sebuah penelitian diperlukan sebuah konsep untuk mempermudah dan memberikan batasan masing
– masing yang digunakan. Konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan publik adalah usaha untuk mendefenisikan dan menyusun basis
rasional untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan yang ditetapkan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada
tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat. b.
Implementasi Kebijakan adalah suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha – usaha untuk mencari apa yang
akan dapat dilakukan. c.
Evaluasi Kebijakan adalah salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan. Pada umumnya evaluasi kebijakan dilakukan setelah kebijakan
publik tersebut diimplementasikan. d.
Pemekaran wilayah Kabupaten Batu Bara, merupakan suatu proses pembagian wilayah menjadi lebih dari satu wilayah, dengan tujuan
meningkatkan pelayanan dan mempercepat pembangunan yang diharapkan dapat menciptakan kemandirian daerah. Serangkaian tindakan pemerintah
yang dilaksanakan dengan tujuan untuk pembentukan Kabupaten Batu Bara sebagai daerah otonom berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 129
Tahun 2000.
Universitas Sumatera Utara
36
1.7 Definisi Operasional
Definisi operasional menurut Singarimbun adalah unsur – unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan kata
lain, defenisi operasional adalah petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Adapun indikator yang digunakan peneliti untuk melakukan
evaluasi terhadap pemekaran wilayah yang dijadikan pedoman dalam mengukur keberhasilan daerah tersebut adalah :
a. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
b. Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian daerah.
c. Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi.
d. Percepatan pengelolahan potensi daerah.
Dalam penelitian ini pemekaran Kabupaten Batu Bara juga dapat diukur dengan indikator menurut Peraturan Pemerintah No. 129 Tahun 2000 dimana
indikatornya adalah kemampuan ekonomi, potensi daerah dan sosial.
Universitas Sumatera Utara
37
1.8 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari enam Bab, diantaranya adalah:
BAB I :
PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat dan menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Pada bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik penentuan skor, dan
teknik analisis data.
BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Pada bab ini memuat gambaran umum atau karakteristik lokasi peneliatan.
BAB VI :
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Pada bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan berupa dokumen – dokumen dan data yang akan diteliti
kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan korelasi hubungan antar variabel.
BAB V :
PENUTUP
Pada bab ini memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh dari hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
38
Universitas Sumatera Utara
39
BAB II METODE PENELTIAN
2.1 Bentuk Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Singarimbun
penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat suatu penjelasan, gambaran, atau lukisan sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta –
fakta, sifat – sifat serta fenomena yang diselidiki. Analisis dilakukan terhadap data yang diperoleh berdasarkan nalar peneliti dalam menghubungkan fakta, data dan
informasi.
2.2 Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data dan informasi dalam melakukan penelitian, maka dilakukan pada beberapa instansi terkait dengan indikator dari evaluasi pemekaran
wilayah:
No. INDIKATOR EVALUASI
LOKASI PENELITIAN 1.
Peningkatan pelayanan kepada masyarakat
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu KP2T Kabupaten Batu
Bara.
2. 3.
Percepatan pelaksanaan pembangunan perekonomian
daerah. Percepatan pertumbuhan kehidup-
an demokrasi. Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah BAPPEDA Kabupaten Batu Bara.
4. Percepatan pengelolahan potensi
daerah Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Batu Bara
Universitas Sumatera Utara
40
2.3 Informan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif diperlakukan informan penelitian agar setiap informasi didapat secara detail oleh peneliti. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan informan kunci key informan dan informan utama. Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok
yang diperlukan dalam penelitian, sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Batu Bara, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BAPPEDA Kabupaten Batu Bara, Kepala Pelayanan Perizinan Terpadu KP2T Kabupaten Batu Bara.
Informan utama adalah seluruh staf pada badan atau dinas diatas yang bertanggungjawab terkait masalah yang diteliti.
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan – keterangan dan data – data yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Teknik pengumpulan data primer, yaitu teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian sesuai dengan masalah
yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara:
a. Observasi Observation,yaitu kegiatan penelitian dengan cara
mengamati secara langsung dengan mencatat gejala – gejala yang
ditemukan dilapangan serta menjaring data yang tidak terjangkau.
Universitas Sumatera Utara
41
b. Wawancara Interview, yaitu memberikan pertanyaan langsung
kepada sejumlah pihak yang terkait dengan masalah tersebut.
2. Teknik pengumpulan data sekunder, yaitu pengumpulan data yang
diperoleh melalui catatan – catatan tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan
dengan cara: a.
Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku – buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang
berkompetensi dan memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
b. Studi Dokumentasi, yaitu teknik yang digunakan dengan menelaah
catatan – catatan tertulis, atau dalam bentuk dokumen, arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan
instansi terkait. c.
Browsing, yaitu pencarian bahan – bahan yang relevan dengan masalah yang diteliti melalui media internet.
2.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkat data sehingga mudah untuk membuat
suatu deskripsi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
data kualitatif. Teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam
satu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa
Universitas Sumatera Utara
42
keabsahan serta menafsirkannya dengan analisis kemampuan daya nalar peneliti untuk membua kesimpulan.
Universitas Sumatera Utara
43
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Batu Bara 3.1.1 Sejarah Kabupaten Batu Bara
Negeri Batu Bara bermula dari kedatangan orang – orang dalam satu rombongan berasal dari negeri pagaruyung dan negeri simalungun, dibawah
pimpinan seorang datuk berasal dari pagaruyung, sumatera barat, bernama datuk belambangan dengan istrinya putri penguasa simalungun dari marga damanik
pada tahun 1676 – 1680. Datuk belambangan adalah anak dari raja bujang yang ayahnya bernama raja gamuyang. Penguasa negeri alam melayu minangkabau
yang pusat kuasanya pada masa itu ada di pagaruyung dalam luak tanah datar. Raja Belambangan adalah bagian dari raja nan balimo penguasa negeri di
luak kaum lima puluh koto, paya kumbuh. Datuk belambangan meninggalkan negerinya menuju daerah pesisir laut selat malaka, mengambil jalan darat, melalui
ujung luak kepala rantau agam pasaman rao simalungun. Hubungan yang digunakan pada zaman itu dari minangkabau ke negeri – negeri yang terletak
dipesisir selat malaka dilakukan melalui pagaruyung ke sijangek, sungai tarap, barulak, piladang, seterusnya ke payakumbuh, tanjung patih, lubuk bangku, ulu
air, lubuk jantan, dan sampai dipinggir sungai kapuk dipangkalan. Perjalanan selanjutnya dari pangkalan menuju selat malaka dilakukan melalui beberapa aliran
Universitas Sumatera Utara
44
sungai yang ada seperti sungai kampar dan sungai kuantan yang bermuara ke selat malaka.
Dalam perjalanan rombongan datuk belambangan menuju pesisir selat malaka, mereka menatap beberapa waktu di negeri simalungun atas izin penguasa
negeri itu. Pada saat di simalungun, datuk balambangan menikah dengan adik penguasa negeri dan istrinya itu ikut bersama rombongan yang juga disertai
beberapa orang simalungun menuju pesisir selat malaka. Rombongan pasangan asal minangkabau dan simalungun in i sampai ke
wilayah pesisir selat malaka 1676 – 1680 yang sekarang disebut kabupaten Batu Bara. Sejak saat itu datuk belambangan yang berasal dari minangkabau ini
dipanggil oleh masyarakatnya datuk batubaro. Sang datuk membuat istana sebagai tempat tinggal dan pengaturan negeri disekitar bukit, tidak jauh dari pinggiran
sungai. Beberapa tahun kemudian kampong datuk batubaro bertambah luas
dengan makin banyaknya penduduk pendatang dari daerah sekitar untuk menetap dibatu bara, terutama dipinggir sungai. Datuk batubaro sebagai penguasa,
membangun tata kehidupan dan kebudayaan didaerah yang menjadi kuasanya. Berita adanya negeri baru dipesisir selat malaka yang didirikan datuk yang berasal
dari luak lima puluh minangkabau ini sampai juga ke penguasa negeri pagaruyung, membuat penguasa negeri ingin melihat dan bertemu dangan datuk
batu baro yang tiada lain keluarga mereka sendiri. Datuk jenan meninggalkan pagaruyung sakitar tahun 1707 – 1709 bersama
rombongan perahu tongkangsekunar bernama gaja ruku menuju batu bara. Dibatu
Universitas Sumatera Utara
45
bara, beliau menikah dengan puteri datuk batu bara yang ibunya berasal dari simalungun boru damanik. Putri datuk batu bara itu bernama puang gadis boru
sinaga yang dipanggil cik gadih. Pada tahun 1738 – 1740 atas kemauan datuk jenan dan dukungan penduduk tanah datar menggantikan dirinya dan diberi gelar
datuk pambosar raja kedua tanah datar. Datuk jenan yang tidak lagi memgang kuasa kerajaan kemudian mengikuti langkah para sahabat yang terlebih dahulu
pergi berlayar untuk berdagang ke negeri jiran di sekitar selat malaka. Datuk sa’amo yang bergelar datuk indra setia berkuasa tahun 1820 sampai
1876, yang pusat kekuasaannya berada di perupuk. Datuk sa’amo melakukan beberapa kali pernikahan, diantaranya dengan anak raja negeri bogak. Sayangnya
perkawinan itu hanya dikaruniai anak perempuan, tanpa adanya anak laki – laki sebagai penerusnya. Demi melanjutkan sistem penguasaan negeri, beliau terpaksa
mengambil anak saudaranya untuk dijadikan anak angkat yang akan dinobatkan sebagai putra mahkota yang diberi nama bagus, dengan panggilan wan bagus.
Wan bagus dinobatkan menjadi raja kerajaan lima puluh oleh sultan siak pada tahun 1876.
Pada tahun 1865 kesultanan asahan dikuasai oleh Belanda yang dipimpin oleh seorang kontroler dan membagi wilayah pemerintahan menjadi 3 yaitu :
1. Onder afdeling batu bara
2. Onder afdeling asahan
3. Onder afdeling labuhan batu
Pada saat itu kerajaan sultan asahan dan pemerintahan datuk – datuk diwilayah batu bara tetap diakui oleh pemerintah Belanda namun tidak berkuasa
Universitas Sumatera Utara
46
penuh. Wilayah pemerintahan kesultanan dibagi atas distrik dan onder distrik. Sedangkan wilayah pemerintahan datuk – datuk di batu bara dibagi menjadi self
bestuur batu bara, yaitu: 1.
Self bestuur indrapura 2.
Self bestuur lima puluh 3.
Self bestuur pesisir 4.
Self bestuur suku dua bogak dan lima laras Kemudian di masa pendudukan Jepang pada tahun 1942 struktur
pemerintahan dibagi menjadi wilayah asahan bunsyu dan bawahannya fuku bunsyu batu bara. Pada tanggal 5 maret 1946 kewedanaan yaitu :
Kewedanaan tanjung balai
Kewedanaan kisaran
Kewedanaan bandar pulau
Kewedanaan batu bara utara
Kewedanaan batu bara selatan
1. Kewedanaan batu bara, dibagi atas :
Kecamatan Medang deras ibukotanya pagurawan
Kecamatan Air Putih ibukotanya indrapura 2. Kewedanaan batu bara selatan, dibagi atas :
Kecamatan Talawi ibukotanya labuhan ruku
Kecamatan Lima Puluh ibukotanya simpang dolok
Universitas Sumatera Utara
47
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 821.26-432 tanggal 27 Januari 1986 dibentuk wilayah kerja pembantu bupati asahan menjadi 3 wilayah,
pembantu bupati wilayah berkedudukan di lima puluh meliputi kecamatan medang deras, air putih, lima puluh, talawi dan tanjung tiram. Berdasarkan
Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 138814K1993 tanggal 5 Maret 1993 di bentuk perwakilan kecamatan sebagai berikut :
1. Perwakilan kecamatan sei suka pemekaran dari air putih.
2. Perwakilan kecamatan sei balai pemekaran dari tanjung tiram.
Dalam sejarah pembentukan kabupaten batu bara mengalami perjuangan panjang dan melelahkan ini dibuktikan dengan banyaknya perjuangan dan
dukungan dari eleman masyarakat baik itu di tingkat desalurah, kecamatan, kabupaten, dan provinsi bahkan sampai ketingkat nasional dan tidak dapat
dipungkiri sebagai pelopor dan lokomotif perjuangannya adalah gemkara yang ketua umumnya OK Arya Zulkarnain, SH, MM dan didukung oleh hampir seluruh
elemen masyarakat yang menginginkan perwujudan Kabupaten Batu Bara. Akhirnya pada tanggal 8 Desember 2006 dengan persetujuan DPR RI
diterbitkan rancangan Undang – Undang pembentukan Kabupaten Batu Bara yang selanjutnya pada tanggal 02 Januari 2007 berdasarkan Undang – Undang nomor 5
Tahun 2007 Batu Bara resmi menjadi salah satu kabupaten di provinsi sumatera utara yang terdiri dari 7 kecamatan dengan ibukota di kecamatan Lima Puluh.
Berdasarkan Peraturan Bupati Batu Bara Nomor 3 Tahun 2007 ditetapkanlah bahwa hari jadi kabupaten batu bara pada tanggal 8 desember 2006
sesuai dengan persetujuan bersama DPR RI dengan presiden RI yang memutuskan
Universitas Sumatera Utara
48
Undang – Undang tentang pembentukan kabupaten batu bara di provinsi sumatera utara. Tetapi perjuangan itu tidak cukup sampai disitu, masyarakat dan berbagai
elemennya juga ingin mengantarkan tokoh pemekaran kabupaten batu bara berlanjut memimpin batu bara yaitu OK Arya Zulkarnain, SH,MM. Melalui
pemilukada tahun 2008, pada tanggal 16 oktober 2008, dilaksanakan pilkada di batu bara diikuti oleh 8 pasang kandidat calon bupati dan wakil bupati, 5 pasang
calon diusung melalui partai politik dan 3 pasangan calon melalui jalur independen. Pilkada ini dimenangkan oleh pasangan OK Arya Zulkarnain,
SH,MM dari calon independen. Pada tanggal 23 Desember 2008 dilantiklah bupati batu bara defenitif dalri
jalur independen pertama di Indonesia. Luapan kegembiraan itu disambut dengan rasa syukur karena telah terbayar dengan terpilihnya putera terbaik batu bara
menjadi bupati batu bara. Struktur pemerintahan kabupaten batu bara pada saat ini terdiri dari :
a. Sekretaris Daerah Kabupaten Batu Bara
b. Sekretaris DPRD Kabupaten Batu Bara
c. 13 Dinas Daerah
d. 7 Lembaga Teknis Daerah berbentuk badan dan 5 berbentuk kantor
e. 7 Kecamatan
f. 151 Desa
g. 6 Kelurahan
Universitas Sumatera Utara
49
Dari mulai terbentuknya Kabupaten Batu Bara yaitu pada tanggal 15 Juni 2007 sampai dengan sekarang, Kabupaten Batu Bara dipimpin oleh Bupati Batu
Bara yaitu : 1.
DRS. SOFYAN NASUTION, MM sebagai pelaksana Bupati 15 Juni 2007 sd 22 Juni 2008
2. DRS. SYAIFUL SYAFRI, MM sebagai pelaksana Bupati 23 Juni 2008
3. OK ARYA ZULKARNAIN, SH,MM 2008 – 2013
4. OK ARYA ZILKARNAIN, SH,MM 2013 – 2018
Sedangkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Batu Bara adalah :
1. H. SURYA, BSc 2008 – 2009
2. SELAMAT ARIFIN, SE 2009 – sekarang
VISI “Kabupaten Batu Bara sejahtera berjaya”
MISI Bersama rakyat batu bara berjuang untuk :
1. Meningkatkan mutu pendidikan
2. Meningkatkan derajat kesehatan
3. Meningkatkan taraf perekononomian
Universitas Sumatera Utara
50
3.1.2 Keadaan Geografis