Tindakan InvasifPembedahan Perawatan Nyeri

2.5.2.8 Stimulasi Kutaneus Teknik ini bekerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol nyeri. Hal ini berkaitan dengan teori gate control. Stimulasi kutaneus akan merangsang serabut-serabut saraf perifer untuk mengirimkan impuls yang dibawa oleh serabut A-Beta mendominasi maka mekanisme gerbang akan menutup sehingga impuls nyeri tidak dihantarkan ke otak. Stimulasi kulit dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin, balsem analgetika dan stimulasi kontralateral. 9,16 2.5.2.9 Akupresur Akupresurdikembangkan dari ilmu pengobatan kuno Cina dengan menggunakan sistem akupungtur. Terdapat beberapa teknik akupresur yang dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri untuk membebaskan rasa nyeri.Pasien dapat menggunakan ibu jari atau jari untuk memberikan tekanan pada titik akupresur untuk membebaskan ketegangan pada otot kepala bahu atau leher.Seperti halnya akupungtur, akupresur kemungkinan bekerja dengan melepaskan endorphin dalam membebaskan nyeri. 9,15 2.5.2.10 Psikoterapi Psikoterapi dapat menurunkan perpsesi nyeri pada beberapa pasien, terutama pada pasien yang sangat sulit sekali untuk mengontrol nyeri, pada pasien yang mengalami depresi, atau pada pasien yang pernah mempunyai riwayat masalah psikiatri. Salah satu model pendekatan psikiatri adalah dengan membangun kerangka pikiran yang positif pada pasien, sebuah pendekatan yang mengajarkan pasien untuk membingkai kembali masalah yang dihadapi dengan meningkatkan kesadaran sehingga menggunakan teknik hipnotis dalam mengontrol nyeri, terbukti cara ini cukup efektif dalam memodifikasi respon nyeri, akan tetapi hanya beberapa orang saja yang mempunyai keahlian dalam bidang ini. 9

2.5.3 Tindakan InvasifPembedahan

Tindakan invasif merupakan komplemen dari tindakan-tindakan lainnya hanya dalam upaya membebaskan nyeri seperti tindakan perilaku-kongnitif, fisik maupun terapi farmakologis, dimana pasien tidak mendapatkan kebebasan nyeri melalui cara-cara tersebut. Tindakan invasif dapat diindikasikan pada keadaan pasien dengan nyeri kanker kronis atau dalam beberapa kasus nyeri benign kronis. Tindakan Universitas Sumatera Utara ini dilakukan apabila tindakan dengan tindakan-tindakan non-invasif tidak dapat untuk membebaskan nyeri. Pasien perlu diberikan pengetahuan tentang implikasi setelah tindakan pembedahaan untuk mengontrol nyeri. Sebagai contoh hilangnya fungsi motorik pada pasien akan membuat rasa nyaman beberapa kasus pembedahan. 1. Cordotomy Cordotomymerupakan tindakan menginsisi traktus anterolateral dari spinal cord untuk mengintrupsi transmisi nyeri. Dikarenakan sulit untuk mengisolasi saraf yang berespon terhadap nyeri bagian tubuh atas, pembedahan ini sering dilakukan untuk mengatasi nyeri pada bagian abdomen atau kaki, termasuk didalamnya nyeri parah yang diakibatkan oleh kanker stadium terminal. 2. Neurectomy Neurectomy adalah tindakan pembedahan dengan menghilangkan sebuah saraf. Hal ini terkadang dilakukan untuk membebaskan nyeri. Neurectomy perifer merupakan tindakan pemotongan saraf pada bagian distal spinal cord. 3. Symphatectomy Saraf simpatis mempunyai peran penting didalam memproduksi dan mentransmisi sensasi nyeri.Symphatectomy termasuk didalamnya adalah merusak dengan melakukan injeksi atau insisi pada ganglia dalam saraf simpatis biasanya dilakukan pada daerah lumbar atau pada bagian dorsal servik di dasar leher. 4. Rhizotomy Rhizotomy merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan pemotongan pada dorsal spinal root.Tindakan ini biasanya dilakukan untuk menghilangkan nyeri kanker pada bagian kepala, leher atau paru-paru, rhizotomy dilakukan tidak hanya dengan melakukan pemotongan pada serabut saraf akan tetapi juga bisa dilakukan dengan menginjeksikan alkohol atau phenol ke dalam ruang subarachnoid. 9 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 TRAUMATIK NEUROMA

3.1 Traumatik

Traumatik dapat didefinisikan sebagai cedera pada tubuh akibat paparan akut tubuh ke suatu bentuk energi atau akibat ketiadaan suatu bahan esensial misalnya oksigen dan panas. Walaupun jaringan memiliki elastisitas untuk menyerap energi, namun apabila kemampuan tersebut terlampaui maka akan terjadi cedera. 17

3.2 Neuroma

Setelah pemutusan saraf perifer, bagian proksimal saraf umunya membentuk tunas dalam upaya menjalin kembali hubungan dengan komponen distal yang terputus disebut neuroma yang terbentuk dari sel Schwann dan elemen saraf lainnya. 18

3.3 Definisi Traumatik Neuroma

Traumatik neuroma bukanlah neoplasma sebenarnya melainkan keadaan hiperplastik, respon reparatif dari cedera saraf, proliferasi reaksi jaringan saraf setelah kerusakan saraf perifer dan biasanya muncul sebagai nodul yang bisa teraba. Traumatik neuroma adalah lesi jinak yang jarang terjadi, terutama menjadi konsekuensi dari prosedur bedah. 5,6,17,18 Traumatik neuromat idak berkapsul, bukan massa neoplastik yang rusak dari akson, sel endoneurial, sel Schwann, dan proliferasi sel perinerural dalam matriks kolagen yang padat. Dalam beberapal esi, inflamasi sel dapat ditemukan dalam matriks neuroma. 17 Traumatik neuroma sering ditemui setelah cedera saraf perifer somatik, otonom dan saraf kranial. Istilah ‘traumatik neuroma’ dipakai untuk menggambarkan massa nodul dari pertumbuhan akson dan sel Scwhann yang berkembang di akhir tunggul saraf proksimal diikuti pemutusan secara parsial atau keseluruhan saraf. 19 Setelah pemutusan saraf perifer, bagian proksimal saraf umumnya membentuk tunas sebagai upaya menyambung kembali hubungan dengan komponen distal yang terputus. Saraf yang rusak dan terputus diperbaiki dari bagian distal oleh pertumbuhan akson melalui pembuluh dari proliferasi sel Schwann. Traumatik Universitas Sumatera Utara