Mulai dan Berakhirnya Keistimewaan dan Kekebalan Pejabat Konsuler

113 semata-mata karena menjadi anggota keluarga yang membentuk rumah tangga pejabat konsuler.

C. Mulai dan Berakhirnya Keistimewaan dan Kekebalan Pejabat Konsuler

Dalam praktek hubungan konsuler selama ini,pemberian keistimewaan dan kekebalan kepada perwakilan konsuler dilakukan secara timbal balik reciprocity memang mutlak diperlukan dalam rangka meningkatkan hubungan persahabatan antara negara-negara, tidak memandang sistem politik maupun sosial budaya mereka yang berbeda-beda, Di samping itu, pemberian kekebalan dan keistimewaan kepada perwakilan konsuler itu bukan untuk kepentingan dan keuntungan pribadi, melainkan untuk memastikan terjaminnya pelaksanaan fungsi-fungsi perwakilan konsuler secara efisien, terutama tugas-tugas dari negara yang diwakilinya. 72 Mengenai kapan diperolehnya keistimewaan dan kekebalan tersebut, Pasal 53 Konvensi Wina 1963 mengaturnya dengan tegas sebagai berikut; 1 Every member of the consular post shall enjoy the privileges and immunities provided in the present Convention from the moment he enters the territory of the receiving State on proceeding to take up his post or, if already in its territory, from the moment when he enters on his duties with the consular post. 2 Members of the family of a member of the consular post forming part of his household and members of his private staff shall receive the privileges and immunities provided in the present Convention from the date from which he enjoys privileges and immunities in accordance with paragraph 1 of this article or from the date of their entry into the territory of the receiving State or from the date of their becoming a member of such family or private staff, whichever is the latest. 3 When the functions of a member of the consular post have come to an end, his privileges and immunities and those of a member of his family forming 72 Syahmin,A.K,op.cit.hal.208-209. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 114 part of his household or a member of his private staff shall normally cease at the moment when the person concerned leaves the receiving State or on the expiry of a reasonable period in which to do so, whichever is the sooner, but shall subsist until that time, even in case of armed conflict. In the case of the persons referred to in paragraph 2 of this article, their privileges and immunities shall come to an end when they cease to belong to the household or to be in the service of a member of the consular post provided, however, that if such persons intend leaving the receiving State within a reasonable period thereafter, their privileges and immunities shall subsist until the time of their departure. 4 However, with respect to acts performed by a consular officer or a consular employee in the exercise of his functions, immunity from jurisdiction shall continue to subsist without limitation of time. 5 In the event of the death of a member of the consular post, the members of his family forming part of his household shall continue to enjoy the privileges and immunities accorded to them until they leave the receiving State or until the expiry of a reasonable period enabling them to do so, whichever is the sooner. Dari Pasal 53 di atas kita dapat mengetahui bahwa keistimewaan dan kekebalan dapat dinikmati oleh setiap anggota perwakilan konsuler sejak saat ia memasuki wilayah negara penerima untuk melaksanakan fungsi resminya. Apabila sebelum diangkat sebagai anggota perwakilan konsuler ia telah berada di negara penerima,maka kekebalan dan keistimewaan diperolehnya sejak ia memulai fungsin- fungsi resminya di kantor konsuler. Terhadap keluarga dari anggota perwakilan konsuler yang membentuk rumah tangganya dan staf pribadinya, memperoleh kekebalan dan keistimewaan di negara penerima sejak mereka memasuki wilayah negara penerima untuk mengikuti kepala keluarganya anggota perwakilan konsuler dalam rangka melaksanakan tugas kedinasannya, atau sejak tanggal yang menyatakan bahwa mereka menjadi anggota keluarga dari pegawai-pegawai kantor konsuler. Dalam hal berakhirnya tugas dan fungsi dari seorang anggota perwakilan konsuler, maka secara otomatis keistimewaan dan kekebalan terhadapnya maupun 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 115 anggota keluarga yang membentuk rumah tangganya dan staf pribadinya, akan berakhir pada saat mereka meninggalkan wilayah negara penerima atau pada saat habisnya suatu periode waktu yang dianggap pantas untuk meninggalkan wilayah negara penerima. Hal ini tetap berlaku bahkan pada saat terjadi perang. Hak-hak istimewa dan kekebalan hukum dari para anggota keluarga konsuler yang membentuk rumah tangganya dan anggota staf pribadi akan berakhir bila mereka telah berakhir menjadi anggota keluarga pegawai konsuler atau tidak lagi bekerja pada anggota perwakilan konsuler tersebut. Meskipun demikian, kekebalan dan keistimewaan anggota keluarga dan staf pribadi tersebut masih dianggap tetap berlaku sampai mereka berangkat meninggalkan wilayah negara penerima. Anggota perwakilan konsuler akan terus menikmati kekebalannya terhadap yurisdiksi negara penerima tanpa batas waktu,asalkan berhubungan dengan tindakan-tindakannya untuk melaksanakan fungsi kekonsuleran. Apabila seorang anggota perwakilan konsuler meninggal, kelaurga yang membentuk rumah tangganya dan sta pribadinya tetap memperoleh keistimewaan dan kekebalan sampai mereka meninggalkan wilayah negara penerima,atau sampai berakhirnya suatu periode tertentu yang dianggap pantas dalam rangka memudahkan para anggota keluarga tersebut untuk meninggalkan wilayah negara penerima. Meskipun demikian, anggota keluarga tersebut harus secepatnya meninggalkan wilayah negara penerima. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 116 D. Perbedaan Keistimewaan dan Kekebalan antara Pejabat Konsuler Karir dan Konsuler Kehormatan Pada dasarnya Pejabat Konsul Karir dan Pejabat Konsul Kehormatan memiliki perbedaan yang jelas, terutama bila dilihat dari kekebalan dan keistimewaan yang diberikan. Konvensi Wina 1963 juga mengatur secara terpisah mengenai pemberian kekebalan dan keistimewaan tersebut bagi Pejabat Konsul Karir dan Pejabat Konsul Kehormatan. Karena sifatnya yang bukan merupakan pegawai tetap negara pengirim, maka kekebalan dan keistimewaan yang diberikan kepada Pejabat Konsul Kehormatan lebih ‘sempit’ dibanding Pejabat Konsul Karir. Chapter III yang berjudul Regime Relating to Honorary Consular Officers and Consular Post Headed by such Officers dalam Konvensi Wina 1963 mengatur tentang segala hal mengenai Pejabat Konsul Kehormatan dan kantor konsuler yang dikepalainya. Beberapa pasal mengenai kekebalan dan keistimewaan kantor konsuler yang dikepalai Pejabat Konsul Karir juga berlaku bagi kantor yang dikepalai Pejabat Konsul Kehormatan. Pasal-pasal tersebut antara lain Pasal 28, 29, 30, 34, 35, 36, 37,38,39,54 ayat 3 dan 55 ayat 2 dan ayat 3. Selain itu terdapat pengaturan tambahan bagi kantor konsuler yang dikepalai konsul kehormatan. Apabila kita cermati dari beberapa pasal di atas, tidak banyak perbedaan kekebalan dan keistimewaan antara kantor konsuler yang dikepalai pejabat konsul karir dengan yang dikepalai konsul kehormatan. Kantor konsuler yang dikepalai Pejabat Konsul Kehormatan memang tidak mendapatkan inviolabilitas seperti 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 117 yang terdapat dalam Pasal 31 konvensi. Namun Pasal 59 tetap memberikan kewajiban bagi negara penerima untuk melindungi kantor konsuler yang dikepalai pejabat konsul kehormatan dari segala serangan, kerusakan, dan mencegah terjadinya gangguan keamanan dan pelecehan terhadap martabatnya. Pasal menegaskan bahwa terhadap arsip-arsip dan dokumen konsuler tetap mendapatkan inviolabilitas dimanapun dan kapanpun. Akan tetapi arsip dan dokumen konsuler tersebut harus dipisahkan dari dokumen,berkas ataupun surat- surat pribadi kepala kantor konsuler atau orang yang bekerja padanya serta barang-barang, buku atau dokumen menyangkut perdagangan atau profesinya di luar sebagai pejabat konsul kehormatan. Barang-barang yang akan digunakan untuk fungsi-fungsi resmi kekonsuleran dibebaskan dari bea masuk, pajak, dan sejenisnya kecuali biaya untuk penyimpanan,pengangkutan dan sejenisnya. Asalkan barang-barang tersebut terbukti memang untuk keperluan fungsi konsuler,misalnya; lambang negara, bendera,papan penanda, cap,stempel,buku-buku, cetakan resmi, perabot kantor, peralatan kantor dan barang lainnya yang disediakan negara pengiirim untuk kantor konsulat Pasal 62. Mengenai kekebalan bagi Pejabat Konsul Kehormatan, berlaku juga padanya kekebalan menurut Pasal 42,43,44 ayat 3,45,dan 53 ayat 1. Namun perlu diingat bahwa bagi Pejabat Konsul Kehormatan yang merupakan warga negara penerima, kekebalan dari yurisdiksi yang diterimanya hanya sebatas dalam rangka untuk melaksanakan fungsi resmi kekonsulerannya dan hak untuk tidak menjadi saksi menyangkut masalah-masalah yang berkaitan dengan tugas 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 118 konsulernya dan hak untuk menolak untuk menjadi saksi ahli atas hukum negara pengirim dalam Pasal 44 ayat 3. Apabila penuntutan kriminal diajukan kepada pejabat konsul kehormatan, ia harus datang menghadap pengadilan yang berwenang. Namun ia harus tetap dihormati karena jabatannya, dan pemeriksaan harus sebisa mungkin tidak mengganggu fungsi konsuler, kecuali apabila ia ditahan. Meskipun ia ditahan, proses pemeriksaannya di pengadilan harus dipersingkat tanpa banyak penundaan Pasal 63. Pembebasan terhadap kewajiban untuk mendaftar sebagai orang asing dan mendapat izin tinggal diberikan juga kepada Pejabat Konsul Kehormatan oleh Pasal 65 Konvensi Wina 1963. Pembebasan tersebut tidak berlaku bagi pejabat konsul kehormatan yang memiliki profesi lain di luar sebagai konsul kehormatan atau ia memiliki kegiatan perdagangan di negara penerima. Honorarium atau insentif lain yang diterima Pejabat Konsul Kehormatan atas pelaksanaan tugas dan fungsi konsulernya dari negara pengirim dibebaskan dari semua iuran dan pajak negara penerima Pasal 66. Selain itu negara penerima juga harus membebaskan pejabat konsul kehormatan dari semua pelayanan pribadi dan dari semua pelayanan umum apapun jenisnya termasuk berbagai hal yang tergolong dalam pengambilalihan, sumbangan militer dan pemberian penginapan pada militer. Namun pembebasan ini tidak berlaku bagi pejabat konsul kehormatan yang merupakan warga negara penerima. Berbeda dengan kekebalan dan keistimewaan bagi pejabat konsul karir yang juga dapat dinikmati oleh pegawai konsuler, pelayan pribadi dan anggota-anggota 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 119 keluarga mereka. Yang dapat menikmati kekebalan dan keistimewaan hanyalah pejabat konsul kehormatan saja,sedangkan pegawai konsuler kehormatan dan anggota keluarga pejabat konsuler kehormatan tersebut tidak dapat menikmatinya. Pertukaran kantong konsuler antara dua kantor konsuler yang dikepalai pejabat konsul kehormatan tidak dibolehkan tanpa persetujuan kedua negara yang bersangkutan,seperti ditegaskan Pasal 58 ayat 4, “The exchange of consular bags between two consular posts headed by honorary consular officers in different States shall not be allowed without the consent of the two receiving States concerned.” Pada umumnya antara negara yang mengangkat dan memberikan pengakuan kepada konsul kehormatan memiliki perjanjian yang menyangkut pemberian kekebakan dan keistimewaan terhadap pejabat konsul kehormatan. Biasanya perjanjian tersebut meliputi: 1 Pembedaan antara kekebalan dan keistimewaan konsul karir dengan konsul kehormatan dalam pelaksanaan fungsinya; 2 Ketentuan-ketentuan yang mengatur pembebasan dari yurisdiksi pidana dan perdata bagi konsul kehormatan; 3 Penegasan mengenai berbagai macam arsip konsuler yang menikmati inviolabilitas di negara penerima; 4 Kewenangan atau hak konsul karir maupun konsul kehormatan untuk mengatur pasukan tentara yang diangkat oleh negara penerima untuk 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 120 menjaga keamanan gedung konsuler,serta tentang kebebasan perwakilan konsuler untuk mengiarkan bendera negara pengirimnya. 73 E. Kekebalan dan Keistimewaan yang Diperoleh Konsul Kehormatan Jerman di Medan dalam Menjalankan Tugas dan Fungsinya Indonesia dan Jerman tidak memiliki pengaturan tersendiri dalam hukum nasional mereka mengenai pemberian kekebalan dan keistimewaan terhadap konsul kehormatan. Selain itu antara Indonesia dan Jerman juga tidak memiliki perjanjian khusus tentang kekebalan dan keistimewaan tersebut. Oleh karena itu dasar pemberian kekebalan dan keistimewaan bagi pejabat konsul kehormatan berasal dari Konvensi Wina 1963 dan kebiasaan-kebiasaan internasional. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kekebalan dan keistimewaan yang diterima oleh pejabat konsul kehormatan tidak seluas seperti yang diterima pejabat konsul karir, terutama bila pejabat konsul kehormatan tersebut merupakan warga negara penerima. Namun dalam hal untuk menjalankan tugas dan fungsi kekonsulerannya pejabat konsul kehormatan tetap tidak bisa dituntut dan diganggugugat. Selain itu pejabat konsul kehormatan juga tidak dapat dijadikan saksi ahli mengenai hal-hal yang berhubungan dengan hukum negara pengirimnya. Karena tidak adanya pengaturan tersendiri mengenai pemberian kekebalan dan keistimewaan bagi konsul kehormatan dalam hukum nasional Indonesia dan Jerman ataupun perjanjian mengenai hal tersebut antara kedua negara,dapat 73 Widodo,op.cit.,hal. 246 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 121 dikatakan kekebalan dan kehormatan yang diperoleh oleh konsul kehormatan sangatlah terbatas apalagi seperti telah disebutkan di bab-bab sebelumnya Konsul Kehormatan Jerman di Medan adalah warga negara Indonesia warga negara penerima. Pejabat Konsul Kehormatan Jerman di Medan bebas untuk berkomunikasi dengan warga negaranya yang berada di daerah yurisdiksi konsuler. Hal ini penting berkaitan dengan fungsi proteksinya bagi warga negara Jerman yang berada di daerah konsulernya. Terutama apabila ada warga negara Jerman yang mendapat kesulitan di sekitar daerah konsuler,Konsul Kehormatan bebas untuk mengunjungi warganya tersebut dan memberikan bantuan-bantuan yang masih dalam batasan yang diperbolehkan menurut hukum Indonesia. Apabila ia meminta informasi terkait untuk melaksanakan tugas konsulernya, aparat-aparat daerah setempat akan segera memberikan informasi yang dibutuhkannya. Misalnya pada saat Gunung Sinabung meletus di Brastagi pada tahun 2010 lalu, Konsul Kehormatan langsung menghubungi Kapolsek Brastagi untuk menanyakan apakah ada warga negara Jerman yang menjadi korban, dan Kapolsek Brastagi dengan sigap merespon dengan memberikan informasi yang diperlukannya tersebut. Biaya yang dipungut oleh Konsulat Kehormatan Jerman di Medan terhadap pelayanan kekonsulerannya ditentukan oleh Kedutaan Besar Republik Federal Jerman yang akan menginformasikan konsulat kehormatan seminggu sekali mengenai biaya tersebut. Pembayaran atas pelayanan kekonsuleran berdasarkan 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 122 kurs US dollar namun tetap memakai Rupiah. Terhadap biaya tersebut tidak dikenai pajak oleh pemerintah Indonesia. Bangunan yang digunakan sebagai kantor Konsulat Kehormatan Jerman di Medan tetap dikenai pajak. Hal ini karena bangunan tersebut disewa oleh konsul kehormatan dari warga negara Indonesia. Oleh karena itu tetap dikenai kewajiban membayar pajak. Akan tetapi biaya sewa dan pembayaran pajak gedung kantor konsulat tersebut nantinya akan diganti oleh Kedutaan Jerman. Konsul Kehormatan Jerman di Medan diberikan kartu identitas khusus oleh Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia setelah eksekuaturnya dikeluarkan oleh presiden. Pemberian kartu identitas khusus ini merupakan praktek kebiasaan internasional yang bertujuan sebagai bukti status seseorang sebagai konsul kehormatan, sehingga ia dapat menikmati kekebalan dan keistimewaannya dalam menjalankan tugas. Namun Konsul Kehormatan Jerman di Medan belum mendapatkan plat khusus untuk kenderaannya, meskipun telah ada rencana dari Asosiasi Konsul Kehormatan di Medan untuk meminta plat khusus untuk para konsul kehormatan namun hal ini belum terealisasi. 74 74 Liliek Darmadi,Wawancara,loc.cit. 8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD 123

BAB V PENUTUP