91
BAB IV ASPEK  KEISTIMEWAAN  DAN KEKEBALAN
A. Keistimewaan  dan  Kekebalan Perwakilan  Konsuler
Titik  tolak  pemberian  kekebalan  dan  keistimewaan  pada  perwakilan konsuler  adalah  kebiasaan  internasional,  sebagaimana  halnya  dengan  perwakilan
diplomatik.  Perbedaan  yang  signifikan  antara  keistimewaan  dan  kekebalan diplomatik  dengan  kekebalan  dan  keistimewaan  konsuler  hanya  terletak  pada
kualitas  dan  keuniversalannya.  Kekebalan  dan  keistimewaan  diplomatik  lebih  luas dibanding  dengan  kekebalan  dan  keistimewaan  konsuler.  Konvensi  Wina  1961
dan  Konvensi  Wina  1963  memang  telah  mengatur  mengenai  kekebalan  dan keistimewaan  bagi  pewakilan  diplomatik  dan  perwakilan  konsuler  secara  umum.
Namun  konvensi-konvensi  tersebut  bukan  satu-satunya  pengatur  hubungan diplomatik  dan  konsuler,  terutama  mengenai  keistimewaan  pada  khususnya  dapat
juga  ditentukan  oleh  perjanjian  bilateral  antara  negara  pengirim  dan  negara penerima,  sepanjang  perjanjian  tersebut  hanya  merupakan  penegasan  atau
penjabaran  kaidah  Konvensi  Wina  serta  tidak  bertentangan  dengan  hukum  dan kebiasaan  internasional.
Pada  dasarnya  pemberian  kekebalan  dan  keistimewaan  kepada  perwakilan konsuler  dan  pejabat-pejabat  konsuler  bertujuan  agar  para  pejabat  konsuler  dapat
melaksanakan  tugas  dan  fungsinya  di negara  penerima  secara efisisen. Kekebalan  dan  keistimewaan  diberikan  kepada  kantor  konsuler  dan  kepada
anggota  kantor  konsuler.  Negara  penerima  berkewajiban  memberi  kemudahan-
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
92
kemudahan  secara  penuh  pada  perwakilan  konsuler  agar  mereka  dapat melaksanakan  fungsi-fungsi  kekonsulerannya  secara  optimal.  Dalam  kebiasaan
internasional,  pemberian  kemudahan  oleh  negara  penerima  kepada  perwakilan konsuler  dilakukan  secara  timbal  balik.  Pasal  28  Konvensi  Wina  1963  mengatur
tentang  kewajiban  pemberian  kemudahan- kemudahan  oleh  negara  penerima,  “The
receiving  State  shall accord full facilities for the performance of the functions of the consular post.”
Salah  satu  keistimewaan  bagi  perwakilan  konsuler  yaitu  diberikannya  hak bagi  perwakilan  konsuler  untuk  mengibarkan  bendera  kebangsaan  negaranya  dan
memasang  lambang  negaranya  di  kantor  konsuler  termasuk  pada  kenderaan  dinas konsuler.  Lambang  negara  lencana  dari  negara  pengirim  boleh  dikenakan  oleh
pegawai-pegawai  konsuler  pada  seragam  dinasnya.  Pelaksanaan  pemakaian lambang  dan  bendera  tersebut  disesuaikan  dengan  ketentuan  peraturan  dan  hukum
negara  penerima.  Pasal  29  Konvensi  Wina  1963  menegaskan  mengenai penggunaan  bendera  dan lambang  negara  ini;
1 The sending State shall have the right to the use of its national flag and
coat-of-arms  in  the  receiving  State  in  accordance  with  the  provisions  of this article.
2 The national flag of the sending State may be flown and its coat-of-arms
displayed  on  the  building  occupied  by  the  consular  post  and  at  the entrance  door  thereof,  on  the  residence  of  the  head  of  the consular post
and on his means of transport when used on official business.
3 In the exercise of the right accorded by this article regard shall be had to
the laws, regulations and usages of the receiving State.
Terhadap  kantor  konsuler  juga  diberikan  keistimewaan  dan  kekebalan  yang diatur  dalam  Konvensi  Wina  1963.  Dalam  memperoleh  gedung  konsuler  termasuk
akomodasi  dan  lainnya  di  wilayah  negara  penerima,  diwajibkan  kepada  negara
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
93
penerima  untuk  memberikan  kemudahan  dan  bantuan  yang  diperlukan  kepada negara  pengirim.  Hal  ini  ditegaskan  dalam  Pasal  30 Konvensi  Wina  1963.
Gedung  perwakilan  konsuler  menikmati  inviolabilitas  diatur  dalam  Pasal  31 Konvensi  Wina  1963  dimana  aparat  negara  penerima  tidak  boleh  memasuki
gedung  tersebut  tanpa  persetujuan  kepala  kantor  konsuler  atau  kepala  perwakilan diplomatik  negara  pengirim.  Dalam  hal-hal  darurat  yang  memerlukan  tindakan
cepat,  seperti  terjadi  bencana  alam  ataupun  kebakaran,  izin  kepala  kantor  konsuler dianggap  telah  diberikan.  Hal  ini  sehubungan  dengan  kewajiban  negara  penerima
untuk  mengambil  langkah-langkah  yang  dianggap  perlu  untuk  melindungi  kantor konsuler  dari  serangan  atau  pengrusakan  serta  mencegah  setiap  gangguan  yang
mengakibatkan  ketidaktentraman  kantor  konsuler  atas  segala  tindakan  dari  luar gedung  yang  berakibat  pada pelecehan  martabat  kantor  perwakilan  konsuler.
Gedung-gedung  perwakilan  konsuler,  perabot,  dan  barang-barang  lainnya termasuk  transportasi,  kebal  dari  pemeriksaan  yang  terkait  dengan  tujuan-tujuan
pertahanan  nasional  dan  fasilitas  umum  negara  penerima.  Bila  pengambilalihan atas  gedung-gedung  konsuler,  perabot  kantor  dan  semua  barang  di  dalamnya
termasuk  kenderaan  konsuler    dianngap  sangat  perlu,  maka  secepatnya  negara penerima  mengambil  tindakan  secepatnya  agar  pengambilalihan  tersebut  tidak
mengganggu  pelaksanaan  fungsi-fungsi  konsuler  disertai  dengan  pemberian kompensasi  yang  memadai.
Pengecualian  dari  pajak  diberikan  kepada  gedung-gedung  konsuler  beserta rumah  kediaman  Kepala  Kantor  Konsuler  Karir,  baik  yang  dimiliki  atau  disewa
atas  nama  negara  pengirim  dibebaskan  dari  semua  pungutan  dan  pajak  yang
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
94
bersifat  nasional  pusat  maupun  regional  daerah.  Namun  pengecualian  tidak untuk  pembayaran  atas  jasa-jasa  pelayanan  tertentu  yang  diberikan  negara
pengirim,  seperti  biaya  air,  listrik,  pemungutan  sampah  dan  lainnya. Pengecualian  ini  tidak  berlaku  apabila  aturan  hukum  negara  penerima  secara
tegas  menyebutkan  bahwa  pajak  atau  pungutan  tersebut  harus  dibayar  oleh  orang- orang  yang  mengadakan  kontrak  dengan  negara  pengirim  atau  orang-orang  yang
bertindak  atas  nama  negara  pengirim.  Pengaturan  mengenai  pengecualian  pajak bagi  gedung-gedung  konsuler  ini  terdapat  dala  Pasal  32  Konvensi  Wina    sebagai
berikut; 1
Consular premises and the residence of the career head of consular post of which the sending State or any person acting on its behalf is the owner
or  lessee  shall  be  exempt  from  all  national,  regional  or  municipal  dues and  taxes  whatsoever,  other  than  such  as  represent payment for specific
services rendered.
2 The exemption from taxation referred to paragraph 1 of this article shall
not  apply  to  such  dues and taxes if, under the law of the receiving State, they  are  payable  by  the  person who contracted with the sending State or
with the person acting on its behalf.
Selain  gedung  konsuler,yang  menikmati  inviolabilitas  adalah  arsip-arsip  dan dokumen-dokumen  konsuler  kapanpun  dan  dimanapun  arsip  dan  dokumen
tersebut  berada.  Seperti  dinyatakan  Pasal  33  Konvensi  Wina  1963, “The consular
archives  and  documents  shall  be  inviolable  at  all  times  and  wherever  they  may be.”
Dokumen  dan  arsip  konsuler  menikmati  inviolabilitas  bahkan  sebelum exequatur
ataupun  pengesahan  lainnya  diberikan  kepada  konsul,  karena inviolabilitas  merupakan  kekebalan  yang  diberikan  kepada  negara  pengirim  dan
bukan  kepada Pejabat  Konsul  secara pribadi.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
95
Konvensi  Wina  1963  memberikan  kewajiban  bagi  negara  penerima perwakilan  konsuler  untuk  memberikan  kebebasan  bergerak  dan  melakukan
perjalanan  di  wilayahnya  bagi  para  Pejabat  Konsul,  kecuali  ke  wilayah-wilayah yang  dilarang  oleh  hukum  dan  peraturan  negara  penerima  demi  alasan  keamanan.
Pasal  34  konvensi  menyatakan, “Subject  to  its  laws  and  regulations  concerning
zones entry into which is prohibited or regulated for reasons of national security, the receiving State shall ensure freedom of movement and travel in its territory to
all members of the consular post.” Untuk    menjalankan  tugas  dan  fungsinya,perwakilan  konsuler  diberikan  izin
dan  proteksi  atas  kebebasan  komunikasi.  Komunikasi  dengan  pemerintah  negara pengirim,  perwakilan  diplomatik  dan  dengan  perwakilan-perwakilan  konsuler
lainnya  dengan  syarat  kedua  kantor  tersebut  sama-sama  berasal  dari  negara pengirim  atau  juga  antara  kantor  konsuler  dengan  kantor  konsuler  lainnya  yang
dikirim  oleh  negara  pengirim  tetapi  berkedudukan  di  negara  ketiga. Kantor  konsuler  diperbolehkan  menggunakan  segala  cara  yang  pantas  untuk
berkomunikasi,  termasuk  menggunakan  kurir  diplomatik  atau  konsular,  kantong diplomatik  atau  konsular,  maupun  pesan-pesan  dalam  bentuk  kode  dan  sandi.
Komunikasi yang
menggunakan sarana
radio khusus,
pengadaan dan
pelaksanaanya  harus  disetujui  oleh  negara  penerima. Surat-menyurat  resmi  yang  berhubungan  dengan  kantor  konsuler  dan
pelaksanaan  fungsi-fungsi  kekonsuleran  menikmati  inviolabilitas.  Surat  menyurat yang  dianggap  sah  dapat  berupa  kartu  pos,  warkat  pos,  surat  bersampul,  telegram,
faximile,dan  berbagai  macam  surat  lainnya  termasuk  surat  elektronik.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
96
Kantong  konsuler  atau  tas  konsuler  consulair  bag  tidak  boleh  dibuka  atau ditahan  atau  bahkan  disita.  Kantong  konsuler  ini  bisa  berupa  amplop,  kotak,
karung  atau  bentuk  paket  lainnya  yang  berisi  surat-surat,  maupun  dokumen  dan barang  khusus  yang  berhubungan  dengan  tugas-tugas  resmi  kekonsuleran.
Kantong  konsuler  ini  diberi  tanda  khusus  yang  menunjukkan  sifat  dan  isinya.  Jika aparat  negara  penerima  mempunyai  alasan  kuat    berkaitan  dengan  dugaan  tertentu
bahwa  kantong  konsuler  tidak  hanya  berisi  koresponden  resmi,  maka  aparat negara  penerima  dapat  membuka  dan  memeriksa  tas  tersebut  dengan  didampingi
wakil  yang  berwenang  dari  kantor  konsuler.  Jika  permohonan  pemeriksaan  atas kantong  konsuler  yang  dicurigai  tersebut  ditolak  oleh  negara  pengirim,  maka
aparat  negara  penerima  dapat  mewajibkan  agar  tas  tersebut  dikembalikan  ke tempat  asalnya.
Seorang  kurir  konsuler  yang  membawa  tas  konsuler  harus  dilengkapi dengan  dokumen  mengenai  keterangan  yang  dapat  menunjukkan  status  dan
fungsinya  serta  dapat  menunjukkan  jumlah  atau  isi  paket  yang  ada  dalam  tas tersebut.  Warga  negara  penerima  atau  warga  yang  menetap  di  negara  penerima
tetapi  bukan  berstatus  warga  negara  penerima  tidak  boleh  menjadi  kurir  konsuler, kecuali  disetujui  oleh  negara  penerima.  Kurir  konsuler  tidak  boleh  ditahan  atau
ditangkap  oleh  aparat  negara  penerima,  bahkan  aparat  negara  penerima  harus melindunginya.  Kurir  konsuler  ad  hoc  juga  menerima  perlakuan  yang  sama
seperti  kurir  konsuler  permanen,  namun  statusnya  sebagai  karir  konsuler  berakhir setelah  tas konsuler  diserahkan  kepada pejabat yang  berwenang  menerimanya.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
97
Kantong  konsuler  juga  dapat  dikirimkan  melalui  kapten  kapal  laut  komersial atau  pilot  pesawat  komersial  yang  dijadwalkan  berlabuh  di  pelabuhan  resmi
negara  penerima  atau  mendarat  di  bandar  udara  resmi  negara  penerima.  Dalam  hal ini,  kantong  konsuler  harus  dilengkapi  dengan  dokumen  resmi  yang  menunjukkan
jumlah  dan  isi  paket  dalam  kantong  tersebut.  Kapten  kapal  atau  pilot  tersebut tidak  dianggap  sebagai  kurir  konsuler  sehingga  mereka  tidak  diberi  kekebalan  dan
keistimewaan  layaknya  kurir  konsuler.  Ketika  kantong  konsuler  yang  dikirim melalui  kapten  kapalpilot  pesawat    itu  tiba  di  pelabuhan  atau  bandara  negara
penerima,kepala  kantor  konsuler  setelah  menghubungi  penguasa  daerah  setempat, dapat  menugaskan  anggota  perwakilan  konsuler  untuk  mengambil  kantong
konsuler  tersebut  langsung  dari  kapten  kapal  pilot  pesawat  tersebut.  Pasal  35 Konvensi
Wina 1963
mengatur mengenai
kebebasan dalam
cara-cara berkomunikasi  bagi  perwakilan  konsuler;
1 The receiving State shall permit and protect freedom of communication on
the  part  of  the  consular  post  for  all  official  purposes.  In  communicating with  the  Government,  the  diplomatic  missions  and  other  consular  posts,
wherever  situated, of the sending State, the consular post may employ all appropriate  means,  including  diplomatic  or  consular couriers, diplomatic
or  consular  bags  and  messages  in  code or cipher. However, the consular post may install and use a wireless transmitter only with the consent of the
receiving State.
2 The  official  correspondence  of  the  consular  post  shall  be  inviolable.
Official  correspondence  means  all  correspondence  relating  to  the consular post and its functions.
3 The  consular  bag  shall  be  neither  opened nor detained. Nevertheless, if
the  competent  authorities  of  the  receiving  State  have  serious  reason  to believe  that  the  bag  contains  something  other  than  the  correspondence,
documents  or  articles  referred to in paragraph 4 of this article, they may request  that  the  bag  be  opened  in  their  presence  by  an  authorized
representative  of  the  sending  State.  If  this  request  is  refused  by  the authorities  of  the  sending  State,  the  bag  shall  be  returned to its place of
origin.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
98
4 The  packages  constituting  the  consular  bag  shall  bear  visible  external
marks  of  their  character  and  may  contain  only  official  correspondence and documents or articles intended exclusively for official use.
5 The  consular  courier  shall  be  provided  with  an  official  document
indicating his status and the number of packages constituting the consular bag.  Except  with  the  consent  of  the  receiving  State he shall be neither a
national  of the receiving State, nor, unless he is a national of the sending State,  a  permanent  resident  of the receiving State. In the performance of
his  functions  he  shall  be  protected  by  the  receiving  State. He shall enjoy personal  inviolability  and  shall  not  be  liable  to  any  form  of  arrest  or
detention.
6 The  sending  State,  its  diplomatic  missions  and  its  consular  posts  may
designate  consular  couriers  ad  hoc.  In  such  cases  the  provisions  of paragraph  5  of  this  article  shall  also  apply  except  that  the  immunities
therein  mentioned  shall  cease to apply when such a courier has delivered to the consignee the consular bag in his charge.
7 A  consular  bag  may  be  entrusted  to  the  captain  of  a  ship  or  of  a
commercial  aircraft  scheduled  to  land  at  an authorized port of entry. He shall  be  provided  with  an  official  document  indicating  the  number  of
packages  constituting  the  bag,  but  he  shall  not  be  considered  to  be  a consular  courier.  By  arrangement  with  the  appropriate  local  authorities,
the  consular  post  may  send  one  of  its  members to take possession of the bag directly and freely from the captain of the ship or of the aircraft.
Dalam  pelaksanaan  fungsi  kekonsuleran  terutama  dalam  fungsi-fungsi  yang
berkenaan dengan
warga negaranya,
perwakilan konsuler
memerlukan komunikasi  yang  tidak  terhambat  dan  tanpa  halangan.  Pejabat  konsuler  harus
diberi  kebebasan  untuk  berkomunikasi  dan  mengunjungi  warga  negaranya  di negara  penerima.  Hak-  hak  pewakilan  konsuler  untuk  berkomunikasi  dengan
warganya  harus  dilaksanakan  secara  harmonis  dengan  peraturan  dan  hukum negara  penerima,  peraturan  dan  hukum  negara  penerima  juga  harus  memudahkan
komunikasi  yang  diperlukan  oleh  kedua  pihak  secara  timbal  balik.  Warga  negara pengirim  di  negara  penerima  juga  diberi  kebebasan  untuk  berkomunikasi  dan
mengunjungi  perwakilan  konsuler  di negaranya.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
99
Apabila  perwakilan  konsuler  meminta,  pejabat  berwenang  di  negara penerima  harus  memberikan  informasi  kepada  perwakilan  konsuler  negara
pengirim  bahwa  di  sekitar  wilayah  konsulernya  telah  terjadi  penangkapan  atau penahanan  atau  penahanan  khusus  untuk  menunggu  keputusan  pengadilan  negara
penerima  atau  penahanan  dengan  dalihcara  lainnya  atas  warga  negara  pengirim. Setiap  permohonan  komunikasi  yang  diajukan  oleh  warga  negara  pengirim  yang
ditangkap  atau  ditahan  di  negara  penerima  tersebut  agar  dia  dapat  berkomunikasi dengan  perwakilan  konsuler  yang  berwenang  harus  segera  dikabulkan  oleh  negara
penerima  tanpa  ada  penundaan.  Pihak  berwenang  negara  penerima  harus  segera memberitahukan  kepada  warga  negara  pengirim  yang  ditahan  atau  ditangkap  di
negara  penerima  itu  mengenai  hak-haknya  tanpa  ditunda  lagi. Pejabat-pejabat  konsuler  yang  berwenang  dapat  melakukan  kunjungan  pada
warga  negara  pengirim  di  negara  penerima  yang  ditahan  atau  dipenjara. Kunjungan  tersebut  dimaksudkan  agar  antara  pejabat  konsuler  dengan  warga
negara  tersebut  dapat  berkomunikasi  langsung  atau  melalui  surat  ataupun menyusun  representasi  hukum  bagi  orang  tersebut.  Pejabat  konsuler  memiliki  hak
mengunjungi  setiap  warga  negara  pengirim  di  negara  penerima  yang  dipidana  di penjara  atau  ditahan  karena  adanya  putusan  pengadilan  negara  penerima
sepanjang  warga  negara  tersebut  berada  di  wilayah  konsuler  yang  bersangkutan. Walaupun  demikian,  pejabat  konsuler  yang  bersangkutan  harus  menahan  diri  agar
tidak  melakukan  tindangan  penentangan  tegas  atas  perlakuan  aparat  negara pengirim  pada orang  yang  dikunjungi.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
100
Pasal  36  Konvensi  Wina  1963  mengatur  mengenai  komunikasi  bagi perwakilan  konsuler  dan warga  negaranya;
1.With  a  view  to  facilitating  the  exercise  of  consular  functions  relating  to nationals of the sending State:
a consular  officers  shall  be  free  to  communicate  with  nationals  of  the
sending  State  and  to  have access to them. Nationals of the sending State shall  have  the  same  freedom  with  respect  to  communication  with  and
access to consular officers of the sending State;
b if  he  so  requests,  the  competent authorities of the receiving State shall,
without  delay,  inform  the  consular  post  of the sending State if, within its consular  district,  a  national  of  that  State  is  arrested  or  committed  to
prison or to custody pending trial or is detained in any other manner. Any communication  addressed  to  the  consular  post  by the person arrested, in
prison,  custody  or  detention  shall  be  forwarded  by  the  said  authorities without  delay.  The  said  authorities  shall  inform  the  person  concerned
without delay of his rights under this subparagraph;
c consular  officers  shall  have  the  right  to  visit  a  national  of  the sending
State  who  is  in  prison,  custody  or  detention, to converse and correspond with him and to arrange for his legal representation. They shall also have
the right to visit any national of the sending State who is in prison, custody or  detention  in  their  district  in  pursuance  of  a  judgement.  Nevertheless,
consular  officers  shall  refrain  from  taking  action  on behalf of a national who is in prison, custody or detention if he expressly opposes such action.
2.The  rights  referred  to  in  paragraph  1  of  this  article  shall  be  exercised  in conformity  with  the  laws  and  regulations  of  the  receiving  State,  subject  to  the
proviso,  however,  that  the said laws andregulations must enable full effect to be given  to  the  purposes  for  which  the  rights  accorded  under  this  article  are
intended.
Pasal  37  Konvensi  Wina  1963  memberikan  kewajiban  bagi  negara  penerima untuk  memberikan  informasi  bagi  perwakilan  konsuler  apabila  terjadi  hal-hal
tertentu.  Tujuan  dari  pasal  ini  sebenarnya  untuk  mempertegas  kerja  sama  antara penguasa  lokal  pemerintah  daerah    negara  penerima  dengan  perwakilan  konsuler
dalam hal-hal  yang  berkenaan  dengan  pelaksanaan  fungsi  kekonsuleran.
Informasi-informasi yang
diwajibkan bagi
negara penerima
untuk memberitahukan  kepada perwakilan  konsuler  adalah  yang  berkaitan  dengan:
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
101
a Kematian  warga  negara  pengirim  di  negara  penerima  yang  berada  di  dalam
wilayah  konsuler.  Kewajiban  negara  penerima  untuk  memberitahukan perwakilan
konsuler tentang
kematian tersebut
hanya bila  pihak
berwenang  negara  penerima  benar-benar  mengetahui  pasti  bahwa  yang meninggal
tersebut merupakan
warga negara
pengirim perwakilan
konsuler. b
Pengangkatan  pelindung  atau  wali  untuk  melindungi  kepentingan  anak  di bawah  umur  atau  orang  lainnya  yang  tidak  cakap  melakukan  perbuatan
hukum,  tetapi  merupakan  warga  negara  pengirim  yang  berada  di  daerah konsulernya.
c Kerusakan  atau  tenggelamnya  kapal  di  wilayah  perairan  atau  perairan
pedalaman  negara  penerima.  Selain  itu  kecelakaan  pesawat  udara  yang terdaftar  di  negara  pengirim  di  wilayah  negara  penerima.
Untuk  melaksanakan  fungsi-fungsi  kekonsulerannya,  perwakilan  konsuler dibolehkan  untuk  mengadakan  komunikasi  dengan  penguasa  lokal  pemerintah
daerah  negara  penerima  yang  berada  dalam  wilayah  konsulernya  maupun  kepada pemerintah  pusat  negara  penerima  yang  berwenang  sepanjang  komunikasi
tersebut  dibenarkan  oleh  hukum  dan  peraturan  negara  penerima  atau  perjanjian internasional  terkait.  Hal  ini  ditegaskan  dalam  Pasal  38  Konvensi  Wina  sebagai
berikut; In the exercise of their functions, consular officers may address:
a the competent local authorities of their consular district;
b the competent central authorities of the receiving State if and to the extent
that  this  is  allowed  by  the  laws,  regulations  and  usages  of  the  receiving State or by the relevant international agreements.
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
102
Perwakilan  konsuler  di  negara  penerima  dibolehkan  untuk  mengutip bayaran    dari  pelayanan  yang  dilakukan  kepada  warga  negaranya  ataupun  dalam
pelayanan  mereka  terkait  dengan  fungsi-fungsi  kekonsuleran  yang  diatur  oleh hukum  negara  pengirim  yang  berkaitan  dengan  fungsi-fungsi  konsuler.  Uang  yang
berasal  dari  pembayaran  tersebut  serta  kuitansinya  dibebaskan  dari  segala  pajak  di negara  penerima.  Hal  ini  diatur  dalam  Pasal 39 Konvensi  Wina  1963;
a The consular post may levy in the territory of the receiving State the fees
and charges provided by the laws and regulations of the sending State for consular acts.
b The  sums  collected  in  the  form  of  the  fees  and  charges  referred  to  in
paragraph  1  of  this  article,  and  the  receipts  for  such  fees  and  charges, shall be exempt from all dues and taxes in the receiving State.
B. Keistimewaan  dan Kekebalan Anggota  Perwakilan  Konsuler