Pengertian Discovery Learning Hakikat Discovery Learning

2.2.2 Hakikat Discovery Learning

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengertian discovery learning, langkah-langkah penerapan, kelebihan dan kekurangan discovery learning.

2.2.2.1 Pengertian Discovery Learning

Model discovery learning bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai kemampuan yang dimilikinya. Proses perkembangan harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Model discovery-inquiry atau discovery learning menurut Suryosubroto 2002 diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Discovery adalah proses mental yang membuat siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Model discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan Budiningsih, 2005:43. Discovery terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind Robert B. Sund dalam Malik 2001:219. Sebagai strategi belajar, discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri inquiry dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang dihadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan- temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan problem solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Menurut Sutrisno 2008 inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Menurut Bruner dalam Arends 2008:48 discovery learning merupakan sebuah model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery penemuan pribadi. Menurut Suprijono 2010:69 discovery learning merupakan pembelajaran beraksentuasi ada masalah-masalah kontekstual. Proses belajar model ini meliputi proses informasi, transformasi, dan evaluasi. Proses informasi, pada tahap ini siswa memperoleh informasi mengenai materi yang sedang dipelajari. Pada tahap ini siswa melakukan penyandian atau encoding atas informasi yang diterimanya. Berbagai respon diberikan siswa atas informasi yang diperolehnya. Ada yang menganggap informasi yang diterimanya sebagai sesuatu yang baru. Ada pula yang menyikapi informasi yang diperolehnya lebih mendalam dan luas dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Tahap transformasi, pada tahap ini siswa melakukan identifikasi, analisis, mengubah, mentransformasikan informasi yang telah diperolehnya menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Dalam tahap ini siswa mengembangkan inferensi logikannya. Tahap ini dirasakan sesuatu sulit dalam belajar penemuan. Dalam keadaan seperti ini guru diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat. Tahap evaluasi, pada tahap ini siswa menilai sendiri informasi yang telah ditransformasikan itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut Kemendikbud dalam materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013: 31, discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi apabila siswa tidak disajikan materi pelajaran dalam bentuk final, melainkan diharapkan mengorganisasi sendiri. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa discovery learning merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada proses pemecahan masalah, sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai informasi agar dapat menentukan konsep mentalnya sendiri dengan mengikuti petunjuk guru berupa pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.

2.2.2.2 Langkah-Langkah Implementasi dalam Proses Pembelajaran

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TEKS HASIL OBSERVASI YANG BERMUATAN BUDAYA LOKAL DALAM MODEL DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK SMP MTs

1 9 40

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERPEN SECARA TERTULIS MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN TERBIMBING DENGAN MEDIA FILM PENDEK BERMUATAN NASIONALISME PADA SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 KENDAL

0 20 258

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENCERITAKAN KEMBALI CERITA ANAK BERMUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN METODE SQ3R PADA PESERTA DIDIK KELAS VII H SMP NEGERI 16 SEMARANG

0 15 311

Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Model Quantum Teaching Berbantuan Media Puzzle Pada Siswa Kelas IVB SD Negeri Ngaliyan 01 Semarang

0 5 257

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MODELPEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK MELALUI MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 3 SUKOREJO

2 33 239

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENANGKAP MAKNA TERTULIS TEKS EKSPLANASI SOSIOKULTURAL BERMUATAN PENDIDIKAN MORAL DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC METODE SQ4R PADA SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 5 SEMARANG

3 66 349

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYUSUN TEKS HASIL OBSERVASI DALAM BENTUK PUISI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) BERBANTUAN MEDIA AMPLOP BERGAMBAR PADA PESERTA DIDIK KELAS VII A S

1 10 204

ANALISIS VARIASI STRUKTUR KALIMAT PADA TEKS LAPORANHASIL OBSERVASI KARANGAN SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 Analisis Variasi Struktur Kalimat Pada Teks Laporan Hasil Observasi Karangan Siswa Kelas Vii Di Smp Negeri 2 Boyolali.

0 4 19

ANALISIS VARIASI STRUKTUR KALIMAT PADA TEKS LAPORANHASIL OBSERVASI KARANGAN SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 Analisis Variasi Struktur Kalimat Pada Teks Laporan Hasil Observasi Karangan Siswa Kelas Vii Di Smp Negeri 2 Boyolali.

0 3 12

PENDAHULUAN Analisis Variasi Struktur Kalimat Pada Teks Laporan Hasil Observasi Karangan Siswa Kelas Vii Di Smp Negeri 2 Boyolali.

0 2 5