pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya pembinaan manusia
seutuhnya. Sedangkan menurut Rusli Lutan 1986:7 kegiatan ekstrakulikuler adalah aktivitas di sekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan diluar
jam pelajaran wajib bagi setiap anak dan aktivitas itu termasuk dalam kurikulum yang telah tersusun bagi suatu tingkat kelas atau sekolah. Dengan kata lain
ekstrakulikuler merupakan aktivitas tambahan, pelengkap bagi pelajaran wajib. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakulikuler adalah
kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaranintrakulikuler dan wajib diikuti siswa, sebagai upaya untuk mengembangkan salah satu bidang yang diminati
oleh siswa untuk mengasah potensiketerampilan yang ada pada dirinya dan merupakan pelengkap bagi pelajaran wajib.
2.1.7.2 Kegiatan Ekstrakulikuler Olahraga
Kegiatan ekstrakulikuler olahraga sangat menunjang sekali dalam kegiatan intrakulikulerproses belajar mengajar khususnya dalam pendidikan jasmani.
Karena apa yang dipelajari dalam ekstrakulikuler olahraga adalah bagian dalam pedidikan jasmani yang merupakan penerapan pendidikan jasmani. Menurut
Rusli Lutan 1986:8 kegiatan ekstrakulikuler yang berintikan kegiatan olahraga pada dasarnya merupakan pengajaran gerak, dimana terjadi relasi antara
pembina dan para anak didik. Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang penting disemua sekolah kita. Olahraga, sebagai bagian daripadanya,
termasuk kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler yang paling populer. Berbagai macam olahraga disediakan bagi murid-murid sejak di sekolah dasar hingga sekolah
lanjutan tingkat atas.
2.2 Kerangka Berpikir
Sesuai dengan prinsip-prinsip dan asas latihan, siswa dalam usaha mencapai peningkatan kemampuan fisik maupun teknik dalam suatu cabang
olahraga, diperlukan suatu proses dan waktu. Pada kenyataanya dalam proses latihan juga dibutuhkan program latihan yang baik, bervariasi dan menarik yang
dapat menunjang peningkatan kemampuan setiap siswa. Dari pelaksanaan latihan sebelumnya dijumpai siswa yang kurang aktif bergerak, tidak senang, dan
bosan dalam mengikuti kegiatan latiahan.
Pengembangan latihan dribble bolabasket merupakan salah satu upaya yang harus diwujudkan. Model latihan dribble
menggunakan metode “DELTA JAMBU” pada ekstrakulikuler bolabasket diharapkan mampu membuat siswa
lebih aktif dalam berbagai situasi dan kondisi yang menyenangkan, ketika
mengikuti latihan dribble bolabasket. Latihan dribble menggunakan metode “DELTA JAMBU” adalah pengembangan latihan dribble yang dilakukan dengan
media Jambu bola tenis yang nantinya digunakan untuk lempar tangkap saat
melakukan dribble bola sendiri. Keuntungan dari latihan ini adalah siswa dapat membiasakan untuk tidak melihat ke arah bola basket saat melakukan dribble.
Hal tersebut juga dapat lebih cepat untuk meningkatkan kemampuan dribble siswa, sehingga pelatih dapat diuntungkan terhadap lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk melakkukan latiahan dasar dribble.
15
BAB III METODE PENGEMBANGAN
3.1 Model Pengembangan
Dalam pengembangan ini peneliti menggunakan model pengembangan Borg dan Gall 1983:775 sebagai acuan, adapun model-modelnya yaitu: 1
Riset dan pengumpulan informasi termasuk kajian pustaka dan observasi lapangan, 2 perencanaan termasuk definisi keahlian mulai menentukan objek-
objek masalah dalam satu lingkup masalah dan skala tes kecil yang mungkin terjadi, 3 mengembangkan produk awal meliputi persiapan-persiapan materi
pembelajaran, buku pedoman, dan alat evaluasi, 4 persiapan area pengujian diadakan 1-3 sekolah dengan menggunakan 6-12 subjek yang diteliti wawancara,
observasi dan data kuisioner dikumpulkan dan dianalisis, 5 revisi produk utama, revisi produk seperti yang telah dihasilkan oleh hasil tes persiapan lapangan, 6
tes lapangan utama diadakan di 5-15 sekolah dengan 30-100 subjek sebelum dan sesudah tes dikumpulkan. Hasilnya di evaluasi dengan memperhatikan objek
penelitian yang dibandingkan dengan data kontrol kelompok yang tepat, 7 revisi produk operasional, revisi produk yang telah disarankan oleh hasil tes lapangan
utama, 8 tes lapangan operasional diadakan 10-30 sekolah dengan melibatkan 40-200 subjek yang diteliti, wawancara, observasi dan kuisioner dikumpulkan dan
dianalisis, 9 revisi produk final seperti yang telah disarankan oleh hasil tes lapangan operasional, dan 10 penyebaran dan pelaksanaan laporan pada
produk pada saat pertemuan professional dalam jurnal bekerja dengan bertanggungjawab kepada distribusi komersial memonitor distribusi untuk
menyediakan kualitas kontrol. Karena keterbatasan biaya dan waktu maka peneliti menyusun 9 langkah
dari model Borg dan Gall 1983 sebagai acuan dalam mengembangkan produk, adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian
pendahuluan dan
pengumpulan informasi,
termasuk observasi lapangan dan kajian pustaka. 2. Mengembangkan bentuk produk awal berupa variasi latihan dribble dengan
metode dribble dan lempar tangkap jambu.