131
penerapan sehingga waktu yang digunakan oleh guru model untuk aktivitas tersebut lebih banyak dibanding guru mitra masing-masing, yaitu untuk guru
model menyita waktu belajar 22,59 sedangkan guru mitra hanya 10,00. Ada dua kemungkinan yang menjadi motivasi siswa untuk melakukan aktivitas
bertanya kepada guru model tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, adanya motivasi ekstrinsik yaitu siswa tertarik dengan penampilan guru model sebagai
guru baru sehingga siswa yang kritis ingin mencoba berkomunikasi dengan menanyakan materi yang baru diajarkan.
Kedua, adanya motivasi instrinsik yaitu siswa sangat ingin memperoleh prestasi yang lebih tinggi sehingga selalu berusaha untuk meningkatkan
pemahamannya dengan bertanya, karena guru model memang kurang jelas dalam melakaukan aktivitas tersebut jika dibandingkan dengan guru mitra yang sudah
biasa mengajar.
4.3.2 Keterampilan Kooperatif Siswa
Keterampilan kooperatif siswa yang paling banyak muncul baik siswa kelas guru model maupun siswa kelas guru mitra adalah tetap dalam berada dalam
tugas. Hal yang menyebabkan adalah karena keterampilan tersebut sudah dilakukan sejak pembelajaran kelompok tradisional, guru pada awal pembelajaran
kelompok selalu menekankan agar tidak meninggalkan tempat duduknya sebelum tugasnya selesai. Dengan demikian siswa sudah terbiasa menggunakan
keterampilan tersebut. Sedangkan untuk keterampilan-keterampilan kooperatif yang lain, rata-rata relative rendah, ternyata sulit untuk menumbuhkan
keterampilan-keterampilan tersebut pada siswa, tidak cukup kalau hanya beberapa
132
kali pertemuan saja tetapi perlu waktu yang lebih lama lagi, mungkin dua atau tiga tahun baru dapat berhasil.
Hasil analisis dengan uji kesamaan proporsi menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara keterampilan kooperatif siswa pada kelas guru
model dengan kelas guru mitra. Hal ini disebabkan karena kedua kelas tersebut diajarkan dengan waktu, materi, dan perangkat pembelajaran yang sama. Kelas
yang satu diajar oleh peneliti sebagai guru model, sedangkan kelas yang satunya diajar oleh guru kelas sebagai guru mitra yang sebelumnya telah belajar modeling
dengan guru model dalam mengajar dan mengoperasionalkan perangkat pembelajaran.
Selama KBM berlangsung dikembangkan keterampilan kooperatif siswa yang sama dan dilakukan pengamatan dengan menggunakan instrument yang
sama oleh pengamat yang sama pula. Mengingat keterampilan kooperatif adalah baru dilatihkan dan berangkat dari kondisi awal siswa yang diasumsikan sama,
maka sekiranya adalah fajar jika keterampilan kooperatif siswa antara kelas guru model dengan kelas guru mitra tidak ada perbedaan yang signifikan, dan sama-
sama masih relatif rendah keterampilannya.
4.3.3 Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Instrumen 4a