Cara hubungan seksual yang tidak aman Kelompok resiko tinggi tertular HIVAIDS Upaya pencegahan HIVAIDS

4.4. Cara hubungan seksual yang tidak aman

Menurut Noviana, 2013 cara berhubungan seksual yang paling rawan bagi penularan HIV dan AIDS adalah sebagai berikut: a. Anogenital pasif. Penis mitra seksual pengidap HIV masuk ke lubang dubur pasangan b. Anogenital aktif. Penis masuk ke lubang dubur mitra seksual pengidap HIV c. Genetia-genetia pasif. Penis mitra seksual pengidap HIV masuk ke vagina d. Genetia-genetia aktif. Penis masuk ke vagina mitra seksual pengidap HIV e. Senggama terputus dengan mitra pengidap HIV dan AIDS.

4.5. Kelompok resiko tinggi tertular HIVAIDS

Berdasarkan cara penularan virus HIV, maka kelompok resiko tinggi tertular HIVAIDS menurut Zein, 2006 adalah : a. Pasangan seksual pengidap HIV b. Pecandu narkoba suntik dan pasangan seksualnya c. Wanita Pekerja Seksual WPS dan pelanggannya, serta pasangan pelanggannya d. Waria sebagai pekerja seks dan pelanggannya, serta pasangan pelanggannya e. Petugas kesehatan yang berhubungan dengan darah dan sekret panderita infeksi HIV f. Penerima transfusi darah dan produk darah g. Janin yang dikandung oleh ibu pengidap HIV Universitas Sumatera Utara

4.6. Upaya pencegahan HIVAIDS

a. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual Agar terhindar dari tertularnya HIVAIDS seseorang harus berprilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yaitu hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangan sendiri suamiistri sendiri. Apabila salah seorang pasangan sudah terinveksi HIV maka dalam melakukan hubungan seksual harus menggunakan kondom secara benar. Melakukan tindakan seks yang aman dengan pendekatan “ABC” Abstinent, Be faithful, Condom, yaitu tidak melakukan hubungan seksual secara bebas dan berganti-ganti pasangan Abstinent, bersikap setia dengan pasangan dalam hubungan perkawinan ataupun dalam hubungan jangka panjang tetap be faithful, dan cegah dengan memakai kondom yang benar serta konsisten untuk orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B use condom. b. Pencegahan penularan melalui darah 1. Transfusi darah. Memastikan bahwa darah yang dipakai untuk transfusi tidak tercemar HIV. 2. Alat suntik dan alat lain yang dapat melukai kulit. Desinfeksi atau membersihkan alat-alat seperti jarum, alat cukur, alat tusuk untuk tindik dan lain-lain dengan pemanasan atau larutan desinfektan. 3. Pencegahan penularan dari ibu ke anak : Pengobatan : pengobatan pencegahan dapat mengurangi resiko infeksi anak. Nevirapine diberikan dalam 1 dosis kepada ibu saat proses persalinan, dan 1 dosis kepada anak dalam waktu 72 jam setelah Universitas Sumatera Utara kelahiran. Zidovudine diketahui dapat menurunkan resiko penularan ketika diberikan pada ibu dalam 6 bulan terakhir masa kehamilan, dan melalui infus selama proses persalinan, dan pada sang bayi selama 6 minggu setelah kalahiran. Operasi caesar : proses persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan resiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi caesar telah menunjukan kemungkinan terjadinya penurunan resiko. Serta dengan menghindari pemberian ASI c. Melakukan skrining adanya antibodi HIV untuk mencegah penyebaran melalui darah, produk darah, dan donor darah Noviana, 2013.

4.7. Konseling HIVAIDS