kelahiran. Zidovudine diketahui dapat menurunkan resiko penularan ketika diberikan pada ibu dalam 6 bulan terakhir masa kehamilan, dan
melalui infus selama proses persalinan, dan pada sang bayi selama 6 minggu setelah kalahiran.
Operasi caesar : proses persalinan melalui vagina dianggap lebih meningkatkan resiko penularan dari ibu ke anak, sementara operasi
caesar telah menunjukan kemungkinan terjadinya penurunan resiko. Serta dengan menghindari pemberian ASI
c. Melakukan skrining adanya antibodi HIV untuk mencegah penyebaran melalui darah, produk darah, dan donor darah Noviana, 2013.
4.7. Konseling HIVAIDS
Konseling HIVAIDS adalah suatu komunikasi bersifat rahasia antara klien dan konselor. Bertujuan meningkatkan kemampuan menghadapi stres dan
mengambil keputusan berkaitan dengan HIVAIDS. Dalam proses konseling termasuk evaluasi resiko personal penularan HIV, fasilitas pencegahan perilaku
dan evaluasi penyesuaian diri ketika klien menghadapi hasil test HIV yang positif. Manfaat konseling HIV :
a. Konseling pencegahan dan perubahan perilaku dapat mencegah penularan HIVAIDS
b. Diangnosa HIV mempunyai implikasi psikologis, sosial, fisik dan spiritual c. HIV merupakan penyakit yang mengancam kehidupan dan terapinya seumur
hidup, maka akan sangat dibutuhkan konseling. Tujuan konseling pada klien yang mempunyai resiko tertular HIV :
Universitas Sumatera Utara
a. Dengan konseling, maka konselor dan timnya akan memberikan dukungan psikologis yang sangat berarti bagi ODHA maupun pasangan dan
keluarganya, sehingga sikap yang tidak mendukung akan hilang, berganti sikap yang mendukung serta memberikan semangat untuk menghadapi
kehidupan ke depan. b. Dengan memahami seluk beluk HIVAIDS dengan benar, pencegahan
penularan akan diketahui dengan baik. c. Klien akan dapat memastikan efektifitas dari rujukan kesehatan dan perawatan
yang diberikan Zein, 2006.
4.8 Penularan HIV dari Ibu ke Anak
Penularan dari ibu hamil positif HIV dapat terjadi ketika bayi dalam kandungan, bisa juga ketika melahirkan atau bisa juga ditularkan ketika menyusui
bayi tersebut. Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi karena infeksi melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber infeksi ini bisa
dari darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI. Kemungkinan bayi tertular HIV dari ibunya pada masa kehamilan adalah 15-20 persen. Sedangkan pada saat
kelahiran 10-15 persen dan pada saat menyusui adalah 15-20 persen. Menurut Dr. Jean R. Anderson, HIV juga ditemukan dalam ASI dan
penelitian dalam tabung laboratorium menunjukkan HIV mampu untuk menginfeksi sel epitel normal payudara manusia, HIV dapat dideteksi pada lebih
dari 50 contoh ASI yang diteliti. Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi ini sebesar 35 yang artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu yang positif terinfeksi
HIV ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif.
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa ibu-ibu yang mengikuti program pencegahan penularan HIV diperbolehkan memberikan ASI kepada bayi yang
dilahirkannya dengan cara pemberiannya secara eksklusif dan dilindungi dengan pemberian ARV selama jangka waktu menyusui. Negara maju menelaah
rekomendasi ini dan dampaknya terhadap praktik pencegahan transmisi HIV dari ibu ke anak yang selama ini mereka lakukan. Untuk Inggris, pada pertemuan
terakhir bulan April 2010, BHIVA British HIV Association sedang membuat panduan seandainya ada ibu HIV positif yang berencana memberi ASI pada
bayinya. Masalah penting yang harus diawasi untuk keselamatan bayinya adalah dengan melakukan pemberian ARV pada ibu selama periode menyusui,
pengawasan lebih ketat untuk pemberian ASI eksklusif dan efek samping obat dan diusahakan sesingkat mungkin serta pemeriksaan kadar virus setiap bulan. Oleh
karena itu syarat tambahan untuk ibu yang diijinkan memberikan ASI adalah kepatuhan mengikuti program yang diberikan oleh dokter.
Cara apapun yang dipilih selalu ada konsekuensinya. Memberi ASI artinya tetap memaparkan bayi pada kemungkinan tertular infeksi HIV. Tidak memberi
ASI menyebabkan tujuan menurunkan angka mortalitas tidak tercapai karena anak-anak yang lahir dari program pencegahan justru meninggal karena berbagai
sebab akibat tidak memperoleh ASI. Meskipun belum terbukti bahwa ASI yang ditanam di media tertentu mampu
memproduksi koloni virus HIV, akan tetapi DNA proviral pada ASI dapat dideteksi dengan pemeriksaan PCR polymerase chain reaction. Prevalens
terdeteksinya partikel DNA HIV pada ASI dari kelompok ibu hamil pengidap
Universitas Sumatera Utara
HIV dalam 4 penelitian di Afrika berkisar antara 44 – 58. Pada penelitian lain di Kenya sel yang terinfeksi HIV memiliki kisaran 110.000 – 13 sel. Mereka yang
kadar sel terinfeksi HIV pada ASI sangat tinggi adalah ibu-ibu yang sudah pada tahap stadium klinis HIV lanjut ditandai dengan kadar sel CD4 sangat rendah
dan defisiensi vitamin A Kurniati, 2013.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian