Sektor Basis dan Non Basis
mempunyai berbagai jenis kegiatan jasa dengan skala besar dan makin kecil kotanya makin sedikit pula jenis dan kecil pula skalanya. Sejalan dengan hirarki
jasa yang dimiliki, maka dapat pula diperoleh susunan hirarki berbagai kota pusat di suatu daerah Djojodipuro, 1992.
Tarigan dalam Sugiyanto 2010 menjelaskan konsep teori tempat pusat dalam dua cara pendekatan yaitu konsep pusat pertumbuhan secara fungsional dan
secara geografis. Secara fungsional pusat pertumbuhan dapat dijelaskan sebagai suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat
hubungannnya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun keluar daerah belakangnya. Secara
geografis pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik yang menyebabkan berbagai
macam usaha tertarik untuk melakukan kegiatan ekonomi ditempat tersebut dan masyarakat senang datang untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut.
Konsentrasi tempat pusat atau kegiatan ekonomi dapat dianggap sebagai pusat pertumbuhan apabila konsentrasi itu dapat mempercepat pertumbuhan
ekonomi baik ke dalam diantara berbagai sektor di dalam kota maupun keluar ke wilayah belakangnya Ameriyani, 2014. Teori tempat pusat menganggap
terdapat hirarki wilayah yang didukung oleh sejumlah tempat yang menyediakan sumber daya yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang
mendukungnya Restiatun, 2009.
Untuk mendapatkan distribusi aktivitas jasa di suatu daerah, teori tempat pusat menyederhanakan keadaan melalui berbagai asumsi. Asumsi tersebut adalah
1 daerah yang bersangkutan merupakan daerah yang sama datar dengan penyebaran sumber alam dan penduduk yang merata. 2 penduduk tersebut
mempunyai mata pencaharian yang sama pula, seperti bertani Djojodipuro, 1992.