Teori Tempat Pusat PENDAHULUAN
tertentu dimana komponen-komponennya memiliki arti dalam pendeskripsian perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pembangunan. Secara singkat bidang
kajian perencanan
pengembangan wilayah
merupakan bidang
yang mengintegrasikan berbagai cabang ilmu untuk memecahkan masalah-masalah
pembangunan serta aspek-aspek proses politik, manajemen dan administrasi perencanaan pembangunan yang berdimensi ruang atau wilayah.
Proses perencanaan disusun berdasarkan berbagai segi kebutuhan yaitu 1 ruang lingkup 2 jangka waktu 3 tingkat keluwesan 4 arus informasi. Dalam
konteks wilayah dikenal beberapa istilah yaitu 1 daerah belakanghinterland 2 daerah pelayanan 3 pusat pelayanan 4 desa, kota dan sebagainya. Dalam
pendekatan konsep wilayah Sitorus 2015 memandang bahwa kerangka konsep wilayah yang lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal
selama ini adalah : 1 wilayah homogen uniform 2 wilayah sistem fungsional dan 3 wilayah perencanaan pengelolaan planning region atau programming
region. Dalam pendekatan klasifikasi konsep wilayah ini, wilayah nodal dipandang sebagai salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem, sedangkan dalam
konsep wilayah perencanaan, terdapat konsep wilayah administratif politis dan wilayah perencanaan fungsional.
Menurut Nugroho dan Dahuri 2004 perencanaan pembangunan wilayah adalah konsep yang utuh dan menyatu dengan pembangunan wilayah. Secara luas,
perencanaan pembangunan wilayah diartikan sebagai upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program
pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan
yang optimal dan berkelanjutan.
Perencanaan pembangunan wilayah menurut Hoover dan Giarratani dalam Nugroho dan Dahuri 2004 memiliki tiga pilar penting. Pertama, keunggulan
komparatif. Pilar ini berhubungan dengan keadaan ditemukannya sumberdaya- sumberdaya tertentu yang secara fisik relatif sulit atau memiliki hambatan untuk
digerakkan antar wilayah. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal bersifat khas atau endemik, misalnya iklim dan budaya yang mengikat mekanisme
produksi sumberdaya tersebut sehingga wilayah memiliki keunggulan komparatif. Kedua, aglomerasi. Pilar ini merupakan faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya keuntungan-keuntungan sebagai akibat pemusatan ekonomi secara spasial. Aglomerasi terjadi karena berkurangnya
biaya-biaya produksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan distribusi produk. Ketiga, biaya transportasi. Pilar ini adalah yang paling kasat
mata mempengaruhi aktivitas perekonomian, implikasinya adalah biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses produksi
dan pembangunan wilayah.