dan SSA menggambarkan keunggulan kompetitif Rustiadi et al. 2011. Keunggulan komparatif comparative advantage merupakan keunggulan suatu
sektorkomoditi dalam suatu wilayah relatif terhadap sektorkomoditi pada wilayah lainnya dalam suatu wilayah lebih luas. Keunggulan kompetitif
competitive advantage merupakan keunggulan suatu sektorkomoditi relatif terhadap sektorkomoditi lainnya dalam suatu wilayah.
LQ adalah rasio dari peranan sektor lokal tertentu terhadap sektor yang sama di tingkat ekonomi acuan yang lebih luas. Jika nilai LQ untuk suatu sektor
di perekonomian lokal lebih besar dari satu maka dianggap produksi lokal pada sektor yang bersangkutan relatif lebih tinggi daripada produksi rata-rata wilayah
acuan. Oleh Sebab itu, wilayah lokal memiliki potensi untuk mengekspor produk sektor
bersangkutan. Differential shift DS merupakan komponen dari SSA yang menunjukkan daya saing yang dimiliki suatu sektor di suatu wilayah
dibandingkan dengan sektor yang sama pada wilayah acuan.
Kelemahan metode LQ mengasumsikan homogenitas suatu kegiatan dalam suatu perhitungannya sangat kuat. Perhitungannya didasarkan pada pola
kegiatan basis ekonomi yang pada kenyataannya kegiatan ekonomi sering juga dipengaruhi oleh mekanisme perdaganganpemasaran, aspek politik dan
keamanan Djakapermana, 2013.
Keunggulan SSA yaitu dapat memotret tingkat keunggulan kompetitif secara tepat dan memetakan sejauh mana pengaruh pergeseran sektor tertentu di
wilayah agregat terhadap kinerja sektor tertentu di wilayah tertentu. Keterbatasan analisis ini yaitu tidak mempertimbangkan perbedaan tingkat sektor antar wilayah
dan hanya mengidentifikasi keunggulan kompetitif wilayah berdasarkan kinerja sektor dalam dua titik waktu sehingga tidak mempertimbangkan keunggulan
komparatif aktual wilayah Pribadi et al. 2011. Analisis SSA dalam hal ini differential shift digunakan untuk melengkapi analisis LQ dalam melihat
keunggulan suatu sub sektor atau komoditi.
Selain menggunakan metode LQ dan SSA untuk mengetahui komoditas unggulan, juga dapat dilakukan dengan analisis potensi ekonomi. Komoditas yang
dihasilkan dari analisis ekonomi akan disesuaikan dengan syarat tumbuh komoditas untuk mendapatkan komoditas unggulan yang sesuai dengan
agroklimat kawasan Manik et al. 2013.
2.6 Analisis Kelayakan Usahatani
Analisis kelayakan usahatani dilakukan untuk menilai kelayakan usahatani komoditas unggulan terpilih. Analisis kelayakan usahatani dilakukan melalui dua
metode yaitu analisis finansial dan analisis usahatani. Analisis finansial dilakukan bila petani melakukan pinjaman modal baik itu kepada bank, koperasi ataupun
lembaga keuangan lainnya. Analisis usahatani dilakukan bila petani menggunakan modal sendiri dalam pembiayaan usahataninya.
Analisis usahatani merupakan metode yang digunakan ketika petani melakukan usaha tanpa pinjaman modal. Metode yang digunakan adalah RC
ratio revenue cost ratio. Sundari 2011 melakukan analisis usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar, Umikalsum 2013 melakukan analisis usahatani Padi di
9
daerah agropolitan dan Bardani et al. 2014 melakukan kelayakan usahatani Karet di Kecamatan Marangkayu kabupaten Kutai Kartanegara menggunakan
analisis RC ratio. Maryadi et al. 2016 melakukan analisis RC ratio pada analisis usahatani lada di Kabupaten Bangka Tengah. RC ratio suatu usahatani
menunjukkan perbandingan antara nilai produksi penerimaan dengan Jumlah biaya usahatani Soekartawi, 2005. Penghasilan petani tergantung dari dua faktor
utama yaitu harga jual dan biaya usahatani.
2.7 Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Rencana Penggunaan Lahan
Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan karakteristik lahankualitas lahan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk
komoditas unggulan Sitorus, 2004. Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai
penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan
tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan tersebut. Lahan yang berpotensi pengembangan dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan
lahan, kesesuaian lahan, landuse eksisting dan pola ruang untuk pengembangan komoditas pertanian unggulan.
Nowar et al. 2016 dalam penelitiannya analisis kesesuaian lahan dapat dilakukan secara cepat dan murah dengan pendekatan ilmu sistem informasi
geografis SIG dengan melakukan overlay satuan peta tanah, erosi, suhu, curah hujan dan kelas lereng. Wirosoedarmo et al. 2011 dalam penelitiannya mengenai
kesesuain lahan Jagung di Blitar menggunakan sistem informasi geografis untuk melakukan evaluasi kesesuaian lahan. Kriteria-kriteria kesesuaian lahan jagung di
overlay untuk mendapatkan kelas kesesuaian lahan sehingga didapatkan kelas kesesuaian S1 sangat sesuai, S2 cukup sesuai, S3 sesuai marginal dan N
tidak sesuai. Widiatmaka et al. 2014 dalam perancangan tata guna lahan dan tata ruang kawasan perkotaan berbasis pertanian melakukan analisis aspek
kewilayahan kesesuaian lahan komoditas,unggulan, tutupan lahan, karakteristik lahan, geologi, hierarkhi wilayah, dan mengintegrasikannya untuk perancangan
tataguna lahan dan tata ruang. Identifikasi kondisi eksisting dilakukan, menggunakan data sekunder maupun survei lapangan, meliputi survei peta dan
data sumberdaya fisik geologi, tanah, sistem lahan,liputan lahan, dan survei sosial-ekonomi wilayah. Data diintegrasikan dalam sistem tataguna lahan dan tata
ruang menggunakan sistem informasi geografis.
Yanis et al. 2014 dalam melakukan evaluasi kesesuaian lahan parameter yang digunakan adalah parameter fisik dan kimia. Parameter fisik yang digunakan
diantaranya adalah kedalaman tanah, drainase, kemiringan lereng, tingkat bahaya erosi, bahaya banjir, batuan permukaan. Parameter kimia yang digunakan adalah
ph tanah, kapasitas tukar kation tanah, kejenuhan basa, C-organik dan salinitas. Kriteria kesesuaian lahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kriteria Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Kementerian Pertanian BBPPSDLP, 2011.
Dalam menyusun rencana penggunaan lahan, informasi ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan serta penggunaan lahan eksisting sangat dibutuhkan. Lahan
yang direncanakan untuk suatu penggunaan yang sedang dipertimbangkan adalah 10
lahan yang sesuai dan tersedia serta tidak terkendala dengan penggunaan lahan eksisting, rencana penggunaan lahan biasanya diarahkan pada lahan-lahan yang
saat ini kurang produktif Sitorus, 2016.
2.8 Analisis A’WOT