Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dasar Wilayah

Menurut Nugroho dan Dahuri 2004 pengertian wilayah tidak dapat dilepaskan dengan penggunaannya dalam berbagai tujuan. Istilah wilayah dapat digunakan untuk skala sempit dalam lingkungan tetangga hingga skala luas dalam pergaulan internasional. Menurut Nugroho dan Dahuri 2004 wilayah adalah suatu area geografis yang memiliki ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Blair dalam Nugroho dan Dahuri 2004 dalam menganalisis wilayah secara umum dikenal tiga tipe. Pertama, tipe fungsional. Wilayah tipe ini dicirikan oleh adanya derajat integrasi antara komponen-komponen didalamnya yang berinteraksi kedalam wilayah alih-alih berinteraksi ke wilayah luar salah satu wujud wilayah fungsional yang paling umum adalah wilayah nodal. Wilayah nodal didasarkan pada susunan sistem yang berhirarki dari suatu hubungan diantara simpul-simpul perdagangan. Kedua, wilayah homogen. Wilayah homogen dicirikan oleh adanya kemiripan relatif dalam wilayah. Kemiripan ciri tersebut dapat dilihat dari aspek sumberdaya alam misalnya iklim dan komoditas, sosial agama, suku, kelompok ekonomi, dan ekonomi sektor ekonomi. Ketiga, wilayah administratif. Wilayah ini dibentuk untuk kepentingan pengelolaan atau organisasi oleh pemerintah maupun pihak-pihak lain, Batas wilayahnya secara geografis sangat jelas dilandasi keputusan politik dan hukum. Wilayah administratif sering diangap lebih penting dari dua tipe lainnya karena lebih sering digunakan sebagai dasar perumusan kebijakan. Pembagian wilayah berdasarkan provinsi, kota, kabupaten, kecamatan, dan perdesaan adalah untuk maksud tersebut. Menurut undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau fungsional. Batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Batasan wilayah dapat bersifat perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian dan evaluasi Rustiadi et al. 2011.

2.2 Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah

Menurut Sitorus 2015 rencana adalah kegiatan yang terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu pada suatu jangka waktu tertentu dengan kendala- kendala tertentu. Perencanaan merupakan proses apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Pembangunan menurut Sitorus 2015 adalah upaya yang terkoordinasi dan sistematik untuk menciptakan suatu keadaan dimana terdapat lebih banyak alternatif yang sah bagi setiap warga negara untuk memenuhi aspirasinya yang paling humanistic yaitu peningkatan kesejahteraan. Menurut Sitorus 2015 wilayah didefinisikan sebagai suatu unit geografis dengan batas-batas tertentu dimana komponen-komponen di dalamnya memiliki keterkaitan dan hubungan fungsional satu dengan lainnya. Dengan demikian wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana komponen-komponennya memiliki arti dalam pendeskripsian perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pembangunan. Secara singkat bidang kajian perencanan pengembangan wilayah merupakan bidang yang mengintegrasikan berbagai cabang ilmu untuk memecahkan masalah-masalah pembangunan serta aspek-aspek proses politik, manajemen dan administrasi perencanaan pembangunan yang berdimensi ruang atau wilayah. Proses perencanaan disusun berdasarkan berbagai segi kebutuhan yaitu 1 ruang lingkup 2 jangka waktu 3 tingkat keluwesan 4 arus informasi. Dalam konteks wilayah dikenal beberapa istilah yaitu 1 daerah belakanghinterland 2 daerah pelayanan 3 pusat pelayanan 4 desa, kota dan sebagainya. Dalam pendekatan konsep wilayah Sitorus 2015 memandang bahwa kerangka konsep wilayah yang lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah : 1 wilayah homogen uniform 2 wilayah sistem fungsional dan 3 wilayah perencanaan pengelolaan planning region atau programming region. Dalam pendekatan klasifikasi konsep wilayah ini, wilayah nodal dipandang sebagai salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem, sedangkan dalam konsep wilayah perencanaan, terdapat konsep wilayah administratif politis dan wilayah perencanaan fungsional. Menurut Nugroho dan Dahuri 2004 perencanaan pembangunan wilayah adalah konsep yang utuh dan menyatu dengan pembangunan wilayah. Secara luas, perencanaan pembangunan wilayah diartikan sebagai upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan. Perencanaan pembangunan wilayah menurut Hoover dan Giarratani dalam Nugroho dan Dahuri 2004 memiliki tiga pilar penting. Pertama, keunggulan komparatif. Pilar ini berhubungan dengan keadaan ditemukannya sumberdaya- sumberdaya tertentu yang secara fisik relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal bersifat khas atau endemik, misalnya iklim dan budaya yang mengikat mekanisme produksi sumberdaya tersebut sehingga wilayah memiliki keunggulan komparatif. Kedua, aglomerasi. Pilar ini merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya keuntungan-keuntungan sebagai akibat pemusatan ekonomi secara spasial. Aglomerasi terjadi karena berkurangnya biaya-biaya produksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan distribusi produk. Ketiga, biaya transportasi. Pilar ini adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian, implikasinya adalah biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses produksi dan pembangunan wilayah.

2.3 Teori Tempat Pusat