Selain tujuan yang diadakan outbound bagi anak didik, outbound juga mempunyai manfaat yang sangat besar, Menurut Indriana 2011:182 berbagai
manfaat outbound adalah sebagai berikut: 1.
Bisa menjalin komunikasi yang efektif effective communication 2.
Bisa melakukan pengembangan tim team building 3.
Belajar untuk melakukan pemecahan masalah problem solving 4.
Memupuk rasa percaya diri self confidence 5.
Belajar kepemimpinan leadership 6.
Menjalin kerjasama dalam tim sinergi 7.
Melakukan permainan yang menghibur fun games 8.
Belajar untuk berkonsentrasi atau memfokuskan perhatian 9.
Melatih kejujuran dan sportivitas. Berbagai manfaat dan tujuan tersebut diharapkan mampu menghasilkan
anak didik yang berkepribadian baik, cerdas, tangkas, berdaya tahan baik, serta mampu menjalin hubungan sosial yang baik dan berkarakter.Sukses atau tidaknya
seseorang dalam sekolah dan kehidupan bermasyarakat tergantung pada kemampuan dirinya dalam mengontrol emosi, berinteraksi dengan orang lain,
serta mempunyai harga diri dan rasa percaya diri yang baik.
2.4.3 Tahapan Kegiatan Outbound
Sebelum memulai kegiatan outbound, intruktur outbound harus terlebih dahulu menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan dalam pelaksanaan
outbound. Indriana 2011:189 menyebutkan urutan kegiatan outbound yang baik, yaitu :
1 Do’a bersama untuk memohon keselamatan pada pencipta alam
semesta. 2
Olah raga kecil, kegiatan olahraga ini sangat bermanfaat agar tidak terjadi kejang otot cidera.
3 Ice breaking yang bertujuan memberikan pemanasan kepada para
peserta agar terbentuk rasa persahabatan dan suasana yang menyenangkan.
4 Team building membangun tim.
5 Perenungan refleksi yang dilakukan untuk memproses
pengalaman dari kegiatan yang telah berlangsung 6
Penutupan dan do’a. Cremer Siregar 1993:6 menyebutkan urutan permainan meliputi tahap
permulaan, tahap bermain, tahap evaluasi dan refleksi. Secara rinci penjabarannya adalah sebagai berikut :
1 Tahap permulaan yaitu fasilitator mengusulkan permainan yang akan
dimainkan dan menjelaskan cara bermain serta peraturan-peraturan bermain. Memastikan semua peserta mengerti permainan yang akan
dijalani. 2
Tahap Bermain yaitu fasilitator tidak aktif berperan. Hasil permainan yang sedang dijalankan berupa tangging jawab kelompok dan masing-masing
anggota kelompok. fasilitator mengamati proses bermain dan membahas hasil permainan setelah bermain.
3 Tahap Evaluasi dan Refleksi yaitu permainan dievaluasi, arti dan makna
dari seluruh proses kegiatan. Fasilitator mendorong para peserta untuk memikirkan pengalaman-pengalaman baru dan memberikan motivasi
kepada peserta untuk mengungkapkan perasaan setelah melakukan proses kegiatan. Kemudian fasilitator menyimpulkan proses kegiatan.
Melihat penjabaran teori di atas, dapat kita simpulkan bahwa tahapan kegiatan oubound
yang baik misalnya, berdo’a sebelum memulai kegiatan, membangun rapport agar terjalin keakraban, menjelaskan maksud dan tujuan
diadakan outbound, membangun tim dalam kegiatan, perenunganrefleksi yang
dilakkan untuk memproses pengalaman dari kegiatan yang telah berlangsung dan diakhiri dengan do’a dan penutup kegiatan.
Desain outbound akan teraplikasikan dengan maksimal jika instruktur mampu merancangnya dengan baik dalam suatu permainan yang dapat
mensimulasikan kerjasama antar anggota tim, serta menerapkannya dengan cara yang kreatif dan menyenangkan.
2.5
Upaya Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa melalui Experiential learning dengan Teknik Outbound
Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia baik secara individu maupun kelompok dengan adanya hubungan saling timbal balik di mana
perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu yang lain atau sebaliknya. Begitu pula dengan siswa, mereka juga
membutuhkan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, siswa selalu berinteraksi dengan kelompok sosialnya untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
sosialnya. Dengan adanya interaksi sosial yang baik, siswa dapat bersosialisasi
dengan baik sehingga dapat mencapai perkembangan diri yang optimal dalam lingkungan sosialnya. Namun tidak semua siswa dapat berinteraksi sosial dengan
baik, hal tersebut dikarenakan siswa mengalami banyak hambatan dalam proses perkembangan diri di lingkungan sosialnya. Sebagaimana yang diungkapkan
Hurlock 1980:213 menyebutkan bahwa salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial.
Dengan demikian interaksi sosial merupakan kebutuhan setiap individu dan hubungan interaksi sosial yang baik sangat diperlukan dalam
mengembangkan karakter siswa .
Hal tersebut senada dengan pendapat Santrock 2003:225 yang menyatakan bahwa dari pandangan kognisi sosial, anak dan
remaja mungkin memiliki kesulitan dalam hubungan antar teman sebaya karena mereka kurang memiliki kemampuan kognisi sosial yang tepat.
Dalam bimbingan dan konseling kemampuan interaksi sosial dapat dikembangan melalui format kegiatan layanan lapangan yaitu dengan metode
experiential learning melalui teknik outbound. Dengan menggunakan experiential learning melalui teknik outbound, keterampilan sosial dapat dipelajari dan
dikembangkan melalui latihan sosial yang menyangkut perkembangan pribadi dan hubungan antar manusia.
Pendekatan model experiential learning merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana
siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Baharudin dan Wahyuni 2012: 165 menyatakan bahwa model experiential learning adalah suatu model proses belajar
mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Model experiential
learning memberi kesempatan kepada siswa untuk memutuskan pengalaman apa yang menjadi fokus mereka, keterampilan-keterampilan apa yang mereka ingin
kembangkan, dan bagaimana cara mereka membuat konsep dari pengalaman yang mereka alami tersebut. Hal ini berbeda dengan pendekatan belajar tradisional di
mana siswa menjadi pendengar pasif dan hanya guru yang mengendalikan proses belajar tanpa melibatkan siswa.
Pada penelitian terhadap suatu pelatihan, siswa dengan jumlah teman yang sedikit diseleksi dan dilatih dengan cara tertentu agar dapat menikmati waktu
bersama dengan teman sebaya Oden dan Asher dalam Santrock, 2003:226. Suatu kelompok dapat disimulasikan melalui sebuah permainan yang secara
langsung dirasakan oleh setiap peserta latihan. Dalam kegiatan ini, siswa ditugaskan melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan interaksi sosial dalam
kelompok satu kelas tersebut. Peserta langsung merasakan sukses atau gagal di dalam pelaksanaan suatu tugas. Melalui teknik outbound sebagai media pelatihan,
orang akan tampil begitu spontan tanpa basa-basi. Permainan ini menjadi sebuah permainan yang dapat merangsang dan mengubah cara pikir dan perilaku siswa.
Outbound adalah permainan yang di dasarkan pada konsep, tujuan dan materi tertentu. Outbound juga akan mempengaruhi segenap paradigma kehidupan
kita dari biasa-biasa saja mejadi kehidupan yang lebih baik dan solid. Permainan tersebut telah menjadi satu hal yang paling esensial dalam upaya mengembangkan
kepribadian. Outbound bertujuan agar siswa dapat belajar dari pengalaman, memperbaiki hubungan antar manusia dan mengenal kehidupan sosial siswa
dengan lebih baik. Dengan melakukan outbound dalam suasana yang santai, siswa mendapat suatu pengalaman.kemudian mereka diajak untuk menghayati
pengalaman itu dan merefleksikannya untuk menyadari perasaan dan reaksi-reaksi fisik mereka.
Berdasarkan tujuan experiential learning diatas, diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan interaksinya dengan menggunakan teknik outbound.
Pelaksanaan metode experiential learning dengan menggunakan teknik outbound yang tepat dapat meningkatkan interaksi sosial, karena dengan experiential
learning dengan menggunakan teknik outbound diharapkan siswa mampu membentuk sikap yang baik, cara berfikir serta persepsi kreatif dan positif guna
membentuk rasa kebersamaan, keterbukaan, dapat bekerjasama dalam kelompok, mempunyai kepedulian terhadap orang lain serta mempunyai empati yang tinggi.
2.6 Hipotesis