Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan disampaikan konsep-konsep teoritis yang mendasari pelakasanaan penelitian, yang di dalamnya membahas mengenai penelitian terdahulu, interaksi sosial yang meliputi: pengertian interaksi sosial, ciri-ciri interaksi sosial, syarat-syarat terjadinya interaksi sosial, proses terjadinya interaksi sosial, faktor-faktor yang berpengaruh dalam interaksi sosial, bentuk-bentuk interaksi sosial, macam-macam interaksi sosial, kriteria kemampuan interaksi soial yang baik. Experiential learning yang meliputi: experiential learning terdiri dari konsep experiential learning, tujuan model experiential learning, proses experiential learning dan gaya experiential learning. Teknik outbound terdiri dari pengertian outbound, manfaat dan tujuan outbound, tahapan kegiatan outbound. Upaya meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa melalui experiential learning dengan teknik outbound dan hipotesis.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah penelitian yang sudah dilakukan sebelum- sebelumnya oleh peneliti lain. Tujuan adalah sebagai bahan masukan bagi pemula dan untuk membandingkan antara penelitian yang satu dengan yang lain. Dalam penelitian terdahulu akan diuraikan pokok bahasan sebagai berikut : Dalam jurnal penelitian Richardson 1994:1 menyatakan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa belajar melalui pengalaman 9 adalah belajar cara terbaik karena memberikan kesempatan siswa untuk melakukan dan mengalami sendiri proses belajarnya. Sebuah kuesioner wawancara digunakan untuk mengetahui cara belajar dan ditargetkan untuk daerah yang mengembangkan program pendidikan yaitu 11 kabupaten di Carolina Utara. Analisis menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilih metode pembelajan dengan cara mengalamimelakukan dan hanya 37 responden memilih metode pembelajaran dengan cara mendengarkan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peningkatan proses belajar dengan memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk juga melakukan dan mengalami proses belajar. Jurnal penelitian Estes 2004:141 menunjukkan bahwa guru sebagai fasilitator harus memastikan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa karena guru hanya fasilitator program di lapangan dan guru juga harus memastikan jika siswa mempunyai pengalaman dan pemahaman belajar setelah mengalami praktek experiential learning. Tujuan jurnal ini adalah untuk mengingkatkan kesadaran tentang inkonsistensi antara pengetahuan yang dianut, pengetahuan yang diperolah dalam praktek, mempengaruhi hubungan guru dan siswa selama proses belajar dari pengalaman. Penelitian ini menghasilkan temuan sebagai berikut: 1 menetapkan fasilitas praktik yang berpusat pada siswa. 2 menggabungkan semua siswa untuk praktek dan memfasilitasinya. 3 mempertimbangakan materi pembelajaran yang berpusat pada siswa selama kegiatan belajar. Sedangkan jurnal penelitian Clark 2010:46 menyebutkan bahwa potensi model experiential learning sebagai metodologi pembelajaran yang tepat bagi siswa untuk memperoleh keterampilan pengalaman kerja. Jurnal ini mengeksplorasi prinsip-prinsip pengalaman belajar dan menganggap penerapan pengalaman belajar. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa jika konsep pengalaman belajar instruksional pedagogi adalah untuk memberikan konteks otentik di mana siswa bisa mendapatkan keuntungan yaitu mendapat pemahaman belajar dari pengalaman, pendidik harus memperluas pengetahuan tentang pelaksanaan experiential learning ke dalam program pembelajaran Beberapa penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa belajar melalui pengalaman adalah belajar cara terbaik karena memberikan kesempatan siswa untuk melakukan dan mengalami sendiri proses belajarnya. Guru sebagai fasilitator harus memastikan bahwa pembelajaran berpusat pada siswa dan memastikan jika siswa mempunyai pengalaman belajar setelah mengalami praktek experiential learning. Demikian juga dengan kemapuan interaksi sosial siswa yang diharapkan dapat ditingakatkan dengan experiential learning yaitu siswa belajar dari pengalaman sosial yang mereka lakukan. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat dijadikan acuan untuk mengadakan penelitian dengan asumsi bahwa interaksi sosial dapat ditingkatkan melalui experiential learning dengan menggunakan teknik outbound.

2.2 Interaksi Sosial

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA SMP NEGERI KOTA SEMARANG

0 7 32

MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 13 SEMARANG TAHUN AJARAN 2012 2013

1 18 176

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PERBAUNGAN T.A 2015/2016.

1 3 28

MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 13 SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 176

Upaya Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Kelas X-D MA Al Asror Semarang Melalui Layanan Penguasaan konten Dengan Teknik Sosiodrama.

1 1 1

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI TEKNIK KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 PAKEM.

0 1 266

UPAYA MENINGKATKAN TOLERANSI ANTAR SISWA MELALUI LAYANAN INFORMASI DENGAN METODE OUTBOUND KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 KUDUS TAHUN AJARAN 20132014

0 0 23

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII E SMP N 2 JAKEN

0 1 26

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PUISI DENGAN TEKNIK DICTOGLOSS PADA SISWA KELAS VII G DI SMP NEGERI 1 AJIBARANG

0 1 13