Konsep Experiential Learning Experiential Learning

2.3 Experiential Learning

Salah satu aspek penting dalam poses belajar mengajar adalah metode yang dipakai oleh guru. Pemilihan metode pengajaran yang sesuai akan memberikan kontribusi yang penting bagi keberhasilan sebuah kegiatan pengajaran pendidikan. Proses pembelajaran seperti apa yang dapat menciptakan suatu proses belajar yang dapat mengeksplorasi wawasan pengetahuan siswa dan dapat mengembangkan makna sehingga akan memberikan kesan yang mendalam terhadap apa yang telah dipelajarinya. Pendekatan model experiential learning merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Melalui model ini, siswa belajar tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka, siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran untuk dijadikan sebagai suatu pengalaman. Untuk memperoleh pemahaman yang luas dan jelas mengenai pendekatan model experiential learning, maka perlu mengkajinya. Dalam kajian ini dijelaskan mengenai konsep dasar experiential learning, tujuan model experiential learning, proses experiential learning, gaya belajar experiential learning.

2.3.1 Konsep Experiential Learning

Dalam teorinya, Kolb dalam Baharudin dan Wahyuni 2012:165 mendefinisikan belajar sebagai proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman experience. Belajar dalam experiential learning merupakan suatu proses bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman yang diakibatkan oleh kombinasi antara memahami dan mentransformasi pengalaman. Menurut Piaget dalam Santrock 2003:105 menyebutkan bahwa remaja membangun dunia kognitifnya sendiri, informasi tidak hanya tercurah ke dalam benak mereka dari lingkungan. Untuk memahami dunianya, remaja mengorganisasikan pengalaman mereka. Model pembelajaran experiential learning merupakan model pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Menurut Baharudin dan Wahyuni 2012:165 experiential learning dapat didefinisikan sebagai tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman yang secara terus-menerus mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu sendiri. Hal tersebut diperkuat oleh Bulter dalam Wena 2009:125 menyatakan bahwa praktik yang dilakukan secara kontinu akan menghasilkan kesempurnaan keterampilan motorik dalam periode lama. Model experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung. Melalui experiential learning, proses belajar mengajar yang menggabungkan pengalaman langsung yang bermakna kepada seseorang dipandu dengan refleksi dan analisis, sehingga siswa tidak hanya belajar tentang konsep materi belaka. Kualitas belajar experiential learning mencakup: keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri dan adanya efek yang membekas pada siswa. Experiential learning merupakan pendekatan dari pengalaman konkrit yang dapat dilakukan dengan cara, bermain, bermain peran, simulasi, diskusi kelompok yang diharapkan agar terjadi suatu kombinasi antara mendengar, melihat dan mengalami. Berdasarkan pengertian experiential learning di atas, dapat dilihat bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam experiential learning adalah: 1 keterlibatan siswa secara personal, 2 mengalami apa yang dipelajari 3, membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung, 4 Pengetahuan perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman Dengan memperhatikan unsur-unsur experiential learning di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa experiential learning adalah keterlibatan siswa secara personal dalam proses belajar sehingga siswa mengalami apa yang mereka pelajari yang diharapkan dapat membangun pengetahuan yang diperoleh dari perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman.

2.3.2 Tujuan Model Experiential learning

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA SMP NEGERI KOTA SEMARANG

0 7 32

MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 13 SEMARANG TAHUN AJARAN 2012 2013

1 18 176

MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PERBAUNGAN T.A 2015/2016.

1 3 28

MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN PADA SISWA KELAS VII F SMP NEGERI 13 SEMARANG TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 176

Upaya Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Kelas X-D MA Al Asror Semarang Melalui Layanan Penguasaan konten Dengan Teknik Sosiodrama.

1 1 1

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI TEKNIK KONSELING KELOMPOK PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 PAKEM.

0 1 266

UPAYA MENINGKATKAN TOLERANSI ANTAR SISWA MELALUI LAYANAN INFORMASI DENGAN METODE OUTBOUND KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 KUDUS TAHUN AJARAN 20132014

0 0 23

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VIII E SMP N 2 JAKEN

0 1 26

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PUISI DENGAN TEKNIK DICTOGLOSS PADA SISWA KELAS VII G DI SMP NEGERI 1 AJIBARANG

0 1 13