1
BAB 3 METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian
yang dilakukan yaitu dengan teknik dan prosedur bagaimana suatu penelitian akan dilakukan. Hal terpenting yang perlu diperhatikan bagi seorang peneliti adalah
pada ketepatan penggunaan metode yang sesuai dengan objek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan penguasaan metode penelitian yang mantap
diharapkan penelitian dapat berjalan dengan baik, terarah dan sistematis. Metode penelitian sebagaimana dikenal memberikan garis-garis yang cermat dan
mengajukan syarat yang benar, artinya menjaga agar pengetahuan yang dicapai dari suatu penelitian dapat mempunyai harga ilmiah yang setinggi-tingginya.
Uraian dalam metode penelitian diantaranya: jenis dan desain penelitian, variable penelitian, populasi, sampel dan teknik sampling, metode pengumpulan data, uji
instrmen dan metode analisis data.
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
3.1.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono 2008: 72 penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Menurut Latipun 2010:5 menyatakan bahwa
42
penelitian eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Sedangkan menurut
Arikunto 2006:3 eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat hubungan kausalitas antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh
peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat
akibat dari suatu perlakuan sehingga diperoleh informasi mengenai efek variabel suatu dengan variabel yang lain. Penelitian eksperimen dilakukan untuk meneliti
pengaruh dari perlakuan yang diberikan, dalam hal ini hanya menggunakan satu kelas eksperimen. Dengan kata lain, suatu penelitian yang dilakukan dengan
memberikan perlakuan terhadap individu yang diamati.
3.1.2. Desain Penelitian
Menurut Nazir 2005:84 “desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan pene
litian”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan one group pre-test and post-test design. Metode one group
pre-test and post-test design adalah suatu kelompok test diberikan suatu perlakuan yang sama sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan tertentu. Desain ini,
subjek ini dikenakan 2 kali pengukuran. Pengukuran yang pertama dilakukan untuk mengukur kemampuan interaksi sosial siswa sebelum diberikan experiential
learning dengan teknik outbound melalui pre-test dan pengukuran yang kedua untuk mengukur kemampuan interaksi sosial siswa setelah diberikan experiential
learning dengan teknik outbound melalui post-test. Desain digambarkan sebagai berikut :
Pre Test Perlakuan
Post Tes
Gambar 3.1 Desain penelitian one group pretest-posttest design
Keterangan: O
1
= Pengukuran pertama, perlakuan interaksi sosial siswa sebelum diberikan experiential learning dengan teknik outbound dengan
menggunakan skala psikologi interaksi sosial x =
pelaksananan experiential learning dengan teknik outbound pada siswa kelas VII A di SMP Negeri 13 Semarangyang interaksi sosialnya
rendah O
2
= Pengukuran kedua, perlakuan interaksi sosial siswa setelah diberikan experiential learning dengan teknik outbound dengan menggunakan
skala psikologi interaksi sosial yang sama dengan pengukuran yang pertama.
Dengan demikian, pengukuran dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah eksperimen dengan menggunakan instrumen yang sama yakni skala
interaksi sosial. Dalam Penelitian ini digunakan tahap-tahap rancangan eksperimen untuk mengetahui perubahan kemampuan interaksi sosial siswa
sebelum dan setelah diberikan experiential learning dengan teknik outbound. Beberapa hal yang dilakukan dalam pelaksanaan eksperimen adalah sebagai
berikut : 3.1.2.1
Memberikan pre-test Pre-test dilakukan dengan menggunakan skala psikologi interaksi
sosial. Tujuan dari pre-test adalah untuk mengetahui tingkat interaksi sosial O
1
X O
2
siswa sebelum diberikan experiential learning dengan teknik outbound. Hasil dari pre-test ini akan menjadi data pembanding pada post-test.
3.1.2.2 Materi Treatment
Materi experiential learning dengan teknik outbound disesuaikan dengan karakteristik individu yang memiliki interaksi sosial dan faktor yang
mempengaruhinya. Berikut materi treatment experiential learning dengan teknik outbound dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rancangan Materi
Experiential learning dengan Teknik Outbound
No Pertemuan
Materi Waktu
Tempat
1 I
Tahap pengamalan konkrit atau nyata Concrete Experience
“Permainan rangkaian kata dan Permainan holahop berpindah”
40 menit
Lapangan sekolah
2 II
Tahap pengamalan konkrit atau nyata Concrete Experience
“Permainan tebak gerak dan Permainan birthday line up
” 40
menit Lapangan
sekolah
3 III
Tahap pengalaman aktif dan reflektif Reflection Observation
“Permainan menjaga balon” 40
menit Lapangan
sekolah 4
IV Tahap pengalaman aktif dan reflektif
Reflection Observation “Permainan berita berantai dan
permainan kapal karam ”
40 menit
Lapangan sekolah
5 V
Tahap Konseptualisasi Abstract Conseptualization
“Permainan berkarya tanpa bicara” 40
menit Lapangan
sekolah 6
VI Tahap Konseptualisasi
Abstract Conseptualization “Permainan All stand up dan
Permainan kapal karam” 40
menit Lapangan
sekolah
7 VII
Tahap Eksperimentasi Aktif Active Experimentation
“Permainan Stepping carpets” 40
menit Lapangan
sekolah 8
VIII Tahap Eksperimentasi Aktif
Active Experimentation “Permainan toxic waste memindahkan botol”
40 menit
Lapangan sekolah
Materi yang diberikan dalam pelaksaan experiential learning dengan teknik outbound ini sebelumnya telah ditetapkan peneliti. Yaitu materi yang
mendukung kearah peningkatan interaksi sosial. Rancangan materi experiential learning dengan teknik outbound yang terdapat dalam tabel di atas merupakan
pengembangan dari komponen variabel interaksi sosial. 3.1.2.3
Perlakuan Treatment Perlakuan atau treatment yang diberikan adalah experiential learning
dengan teknik outbound. Metode ini diberikan untuk meningkatkan interaksi sosial siswa. Frekuensi dan lamanya pertemuan experiential learning dengan
teknik outbound rencananya akan dilaksanakan sebanyak 8 kali dengan 40 menit untuk setiap pertemuannya. Metode yang digunakan yaitu menggunakan format
kegiatan lapangan. Format kegiatan lapangan adalah suatu format kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan melalui kegiatan di luar kelas
atau lapangan. Tahapan yang dilakukan yaitu : 1
Berdo’a 2
Membangun rapport 3
Menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan 4
Menetapkan kesepakatan waktu kegiatan 5
Memastikan kesiapan anggota untuk megikuti kegiatan 6
Team building membangun tim dalam kegiatan. 7
Perenunga refleksi yang dilakukan untuk memproses pengalaman dari kegiatan yang telah berlangsung
8 Menyimpulkan dari kegiatan yang sudah dilaksanakan
9 Mengajukan beberapa pertanyaan kepada anggota mengenai pemahaman
baru yang diperoleh, perasaan, sikap, atau tindakan yang akan dilakukan
understanding, comfortable and action, pesan dan kesan setelah mengikuti kegiatan
10 Menutup kegiatan dengan do’a dan mengucapkan terima kasih dengan
anggota Penelitian ini bersifat eksperimen dilaksanakan di lapangan sekolah serta
sesuai dengan memperhatikan tahapan proses outbound tersebut dalam experiential learning.
3.1.2.4 Melakukan Post-test
Post-test disini adalah mengadakan pengukuran kembali pada responden setelah diberikan perlakuan experiential learning dengan teknik outbound. Post-
test bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dari treatment dan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemampuan interaksi sosial siswa.
3.2. Variabel Penelitian