materi yang diberikan pada Pelatihan UpgradingQualifying Calon SinderSinder TUK sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh responden dan
responden mudah memahami materi yang disampaikan. Hal ini juga diperkuat oleh Rivai 2006 bahwa materi program disusun dari estimasi kebutuhan dan
tujuan pelatihan. Kebutuhan di sini mungkin dalam bentuk pengajaran keahlian khusus, menyajikan pengetahuan yang diperlukan, atau berusaha
untuk mempengaruhi sikap.
d. Metode pelatihan X4
Indikator metode pelatihan memiliki bobot faktor sebesar 0.592. Hasil perhitungan memberikan nilai R
2
0.351 yang berarti bahwa metode pelatihan berpengaruh sebesar 35.1 terhadap pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa
metode pelatihan yang diterapkan tidak berpengaruh signifikan terhadap proses pelatihan. Metode yang digunakan adalah pemberian materi dengan
cara presentasi dari pelatih. Ujian berupa pre test dan post test diadakan di dalam pelatihan ini. Metode
ini digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana materi pelatihan dapat dipahami oleh peserta.
e. Lingkungan perusahaan X5
Indikator lingkungan memiliki bobot faktor sebesar 0.523. Bobot faktor ini paling kecil di antara indikator yang lain. Hasil perhitungan memberikan nilai
R
2
0.274 yang berarti bahwa lingkungan perusahaan berpengaruh sebesar 27.4 terhadap pelatihan karyawan. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa responden merasa bahwa lingkungan perusahaan belum seutuhnya mendukung pelaksanaan kegiatan pelatihan.
Lingkungan perusahaan di sini mengacu pada kondisi tempat pelatihan. Tempat pelaksanaan pelatihan jauh dari pusat keramaian. Kondisi seperti ini
akan membuat peserta pelatihan lebih berkonsentrasi terhadap proses pelatihan.
f. Fasilitas X6
Indikator fasilitas memiliki bobot faktor sebesar 0.542. Hasil perhitungan memberikan nilai R
2
0.294. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa fasilitas berpengaruh sebesar 29.4 terhadap pelatihan karyawan. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat diketahui fasilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap pelatihan.
Fasilitas yang digunakan langsung dalam proses pelatihan antara lain ruang belajar, AC, LCD, dan sebagainya sudah dapat dikatakan baik dan
menunjang proses pelatihan. Fasilitas lainnya adalah penginapan peserta selama proses pelatihan berlangsung.
2. Variabel Laten Endogen Prestasi Kerja
Variabel laten prestasi kerja dapat diukur dengan tujuh indikator antara lain: kualitas kerja Y1, kuantitas kerja Y2, ketepatan waktu Y3, tanggung
jawab Y4, kerja sama Y5 dan sikap Y6. Keenam indikator tersebut berpengaruh dalam membentuk prestasi kerja karyawan karena memiliki nilai t-
value lebih besar dari 1.96 tingkat signifikansi 5.
Dari keenam indikator tersebut, tanggung jawab Y5 memiliki bobot faktor paling besar dalam membentuk prestasi kerja sedangkan ketepatan waktu
Y3 memberikan bobot faktor paling kecil dalam membentuk prestasi kerja.
a. Kualitas kerja Y1
Hasil analisis estimasi LISREL 8.30 menunjukkan bahwa kualitas kerja memiliki bobot faktor sebesar 0.647 dan nilai R
2
0.419 yang berarti bahwa kualitas kerja berpengaruh sebesar 41.9 dalam membentuk prestasi kerja.
Kualitas kerja dalam hal ini mengacu pada akurasi dan marjin kesalahan Schuler dan Jackson, 1996. Berdasarkan hasil tersebut, dapat kita ketahui
bahwa kualitas kerja karyawan memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap prestasi kerja.
b. Kuantitas kerja Y2
Indikator kuantitas kerja memiliki bobot faktor sebesar 0.578. Hasil analisis estimasi LISREL 8.30 memberikan nilai R
2
0.334 yang berarti bahwa kuantitas kerja memberikan pengaruh sebesar 33.4 dalam membentuk
prestasi kerja. Kuantitas kerja menggambarkan bagaimana karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan target jumlah produksi atau hasil
yang sudah ditetapkan. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi prestasi kerja karyawan.
c. Ketepatan waktu Y3