Modal Sosial dalam Pengembangan Wilayah

berjuang untuk menuntut ilmu tanpa mengenal kata berhenti. Hal tersebut merupakan cikal bakal terbangunnya semangat toleransi, keinginan untuk saling berbagi reciprosity dan semangat kemanusiaan altruism untuk membangun keselamatan, muncul perasaan berharga sense of efficacy, merangsang keinginan untuk menjalin hubungan dengan orang lain networking dan saling mempercayai trust.

2.8. Modal Sosial dalam Pengembangan Wilayah

Kualitas masyarakat perlu untuk mewujudkan kemampuan dan prestasi bersama. Hal ini mencakup ciri-ciri yang berhubungan dengan kelangsungan masyarakat itu sendiri. Dahlan, 2003 kualitas masyarakat ditelaah atas beberapa kelompok dengan detail sebagai berikut: 1. Perihal kehidupan bermasyarakat yang dilihat dari keserasian sosial, kesetiakawanan sosial, disiplin sosial dan kualitas komunikasi sosial. 2. Kehidupan sosial politik melalui level demokrasi, keterbukaan akses untuk partisipasi politik, kepemimpinan yang terbuka, ketersediaan sarana dan prasarana komunikasi politik, serta keberadaan media massa. 3. Kehidupan kelompok 4. Kualitas lembaga dan pranata kemasyarakatan dengan mempelajari kemutakhiran institusi dan kualitas, kemampuan institusi menumbuhkan kemandirian masyarakat dan menjalankan fungsi yang baik, kualitas pemahaman terhadap hak dan kewajiban tiap orang, struktur institusi yang terbuka dan mekanisme sumber- Universitas Sumatera Utara sumber yang potensial dalam membangkitkan daya kemasyarakatan secara berkelanjutan. Satu konsep yang dekat dengan modal sosial yang sejak dulu menjadi salah satu perhatian ilmuwan khususnya untuk masyarakat pertanian adalah konsep ‘hubungan patron-klien’ patron-client relationship. Ini merupakan hubungan dua pihak, antara dua orang secara individual yang bersifat asimetris. Pihak patron tuan atau majikan menyediakan perlindungan dan jaminan sosial, sedangkan klien memberikan tenaganya baik di pertanian maupun di rumah. Pembangunan atau pengembangan dalam arti development, bukan suatu kondisi atau keadaan yang ditentukan oleh apa yang dimiliki manusia, dalam hal ini masyarakat lokal. Sebaliknya, pengembangan itu adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat mereka lakukan dengan apa yang mereka miliki, guna meningkatkan kualitas hidupnya dan juga masyarakat sekitarnya. Jadi pembangunan harus diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan serta kemampuan untuk merealisasikannya. Artinya, pengembangan lebih kepada motivasi dan pengetahuan. Dalam pengembangan wilayah, hal yang sebenarnya dibicarakan adalah pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan dengan means yang dimiliki atau dikuasai, yaitu teknologi.”Empower” adalah proses di mana orang memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan keinginan willingness untuk mengkritisi dan menganalisa situasi yang mereka hadapi dan mengambil tindakan yang tepat untuk merubah kondisi tersebut. Disini terjadi proses di mana Universitas Sumatera Utara orang-orang didorong dan dibesarkan hatinya encouraged untuk memperoleh penuh ketrampilan, kemampuan dan kreativitas. Dari banyak batasan, ada yang memfokuskan kepada pemberdayaan individu, yaitu suatu proses untuk meningkatkan kemampuan individu. Seseorang dikatakan telah empowered ketika misalnya ia telah dapat memimpin dirinya sendiri. Pemberdayaan juga dapat dilakukan terhadap komunitas. Pada langkah awal, perlu dibangun visi personal komunitas terhadap greatness kejayaan dan kebesaran. Namun, perhatikan keseimbangan antara authonomy dengan dependence. Dengan memahami dependency, orang menjadi paham struktur, membantu untuk merasa terkoneksi dengan orang lain, serta membantu kita belajar dari orang lain. Dari sisi pembangunan ekonomi, pendekatan empowerment memfokuskan kepada upaya untuk memobilitasi kemampuan sendiri dalam masyarakat, dibandingkan dengan menyediakan program kesejahteraan untuk mereka. Empowerment adalah proses untuk meningkatkan asset dan kemampuan secara individual maupun kelompok. Masyarakat yang telah berdaya empowered memiliki kebebasan dalam membuat pilihan dan tindakan sendiri. Modal sosial dipahami sebagai sumberdaya yang dapat digunakan untuk memfasilitasi bagi pencapaian tujuan-tujuan masyarakat, yang ditunjukkan oleh kualitas dari tingkat kepercayaan dan kerjasama. Inkeles 2001 mencoba mengukur modal sosial dalam skala yang lebih besar, yaitu dalam populasi nasional atau negara. Bukti-bukti yang ia temukan dari sebanyak 40 negara sebagai sampelnya menunjukkan bahwa negara dengan tingkat individualisme yang tinggi, Universitas Sumatera Utara pendapatannya yang rendah dan kebebasan yang tertekan, sedangkan negara-negara dengan nilai-nilai sosial yang positif memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan pemerintahan demokratis yang stabil. Nilai-nilai sosial yang positif dalam sebuah negara yang ia maksudkan dapat dilihat dari besarnya tingkat kepercayaan dalam masyarakat dan organisasi-organisasi sosial yang eksis. Dari apa yang dikemukakan oleh Inkeles 2001 terlihat bahwa negara dengan tingkat modal sosial yang tinggi mampu mendorong ke arah tingginya tingkat pertumbuhan ekonominya dan kestabilan demokrasinya. Modal sosial tersebut banyak ditemukan dalam komunitas yang antar masyarakatnya terjalin komunikasi dan interaksi, baik melalui organisasi maupun asosiasi-asosiasi. Sedangkan di dalam masyarakat individualistis, dengan interaksi sosial yang jarang, modal sosial tidak optimal, kecuali melalui institusi-institusi formal yang memang secara resmi sudah diikat oleh aturan-atuaran baku. Tanda bahwa modal sosial ini menarik adalah bukti empiris yang menunjukkan modal sosial ini memiliki kontribusi terhadap pembangunan ekonomi. Torsvik Simarmata, 2009 mengatakan, siapapun yang menulis tentang modal sosial pasti setuju bahwa modal sosial harus dibedakan dari pengukuran ekonomi yang standar, seperti modal fisik dan modal manusia. Modal sosial sebagai missing link dalam pembangunan ekonomi, karena antara modal sosial dan produktivitas, terdapat jaringan. Modal sosial memberikan sebuah potensi besar bagi produktivitas, karena modal sosial memiliki kegunaan efisiensi dalam setiap tindakan, yang terjalin oleh adanya kepercayaan, niat baik dan kerjasama dalam masyarakat. Kepercayaan Universitas Sumatera Utara merupakan sebuah variable ekonomi yang penting. Alasannya adalah kepercayaan memainkan peranan penting dalam produksi, karena hal itu dapat mengurangi biaya transaksi dalam aktivitas ekonomi. Sedangkan Fukuyama 2002 mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka. Nilai dan norma informal tertentu yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tersebut memberikan dorongan bagi mereka untuk membuat sebuah kerjasama yang akan menguntungkan mereka dalam bidang-bidang kehidupan tertentu, bisa saja bidang kehidupan sosial, budaya bahkan ekonomi. Modal sosial memberikan sebuah kekuatan baru yang dapat mendukung modal fisik dan modal ekonomi yang telah ada sebelumnya, yang mutlak diperlukan dalam pembangunan kelompok masyarakat bersangkutan dalam arti luas. 2.9. Penelitian Sebelumnya Nasution 2006 dalam penelitiannya “Pendayagunaan Modal Sosial dalam Pengelolaan Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah Sorik”, menyimpulkan bahwa eksistensi suatu institusi dipengaruhi oleh adanya pemanfaatan elemen modal sosial. Elemen tersebut antara lain: 1 Saling percaya kejujuran, sikap egaliter, kemurahan hati; 2 Jaringan sosial partisipasi, solidaritas, kerjasama dan 3 Pranata Sosial nilai-nilai bersama, aturan dan adat istiadat. Universitas Sumatera Utara Partisipasi dalam kehidupan masyarakat ditunjukkan oleh nilai-nilai budaya lokal. Aktivitas yang dilakukan terjadi karena adanya partisipasi dari kerabat, tetangga untuk saling membantu, artinya tanpa adanya partisipasi tentunya nilai-nilai kerjasama tersebut akan tumpul dan bahkan hilang. Tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam aktivitas sosial ditentukan oleh akar budaya yang terisolasi dan bonding, yaitu saling memberi dan peka terhadap kerabat. Kedua sikap tersebut merupakan nilai yang paling berjasa dalam membentuk karakter masyarakat yang partisipatif, solider dan memiliki banyak nilai budaya kerjasama dalam kehidupan sosial masyarakat. Sukardi 2002 dalam penelitiannya “Modal sosial dan reorientasi kebijakan publik studi utilisasi modal sosial dalam proses reorientasi kebijakan agrarian lokal pada kasus sengketa property tanah petani melawan PTPN XII di kawasan Malang Selatan” menyimpulkan bahwa, genesis modal sosial sebenarnya bermula dari sebuah interaksi dalam sebuah komunitas yang ada dalam satuan-satuan geografis. Bangunan interaksional sekenanya dan tidak sengaja, saling menyapa sekedar ingin mengucapkan dan bertanya karena merasa perlu memperhatikan tatkala saling jumpa. Tingginya intensitas interaksi ini akhirnya antar mereka menjadi saling mendekat dan tidak enggan berkomunikasi. Universitas Sumatera Utara

2.10. Kerangka Penelitian