Hubungan antara manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka diciptakanlah norma-norma yang mempunyai kekuatan mengikat
yang berbeda-beda. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut dikenal ada empat pengertiannya, yaitu: Cara, kebiasaan, tata kelakuan dan
adat Soekanto, 2003. Masing-masing pengertian tersebut mempunyai dasar yang lama, yakni merupakan norma-norma kemasyarakatan yang memberikan petunjuk
bagi tingkah laku seseorang di dalam kehidupannya dengan masyarakat. Dalam masyarakat Batak, onan merupakan pranata yang sudah mapan. Selain
sebagai fungsi perdagangan tempat transaksi jual beli, juga berfungsi sebagai wadah pergaulan sosial di antara anggota kelompok suku dan di antara wilayah yang saling
bermusuhan dan bahkan yang secara formal berperang, ditegakkan dan dipertahankan melalui “kedamaian pasar onan”.
2.5. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan dari asal kata “daya”. Daya artinya “kekuatan”. Jadi pemberdayaan adalah “penguatan”, yaitu penguatan yang lemah. Pemberdayaan
masyarakat menurut versi Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa adalah: a penguatan masyarakat yang lemah, dan b pengembangan aspek
pengetahuan, sikap mental dan ketrampilan masyarakat melalui pemberdayaan, bagaimana masyarakat secara bertahap dapat bergerak dari kondisi tidak tahu, tidak
mau dan tidak mampu menjadi tahu, mau dan mampu. Menurut Kartasasmita 2000 yang dimaksud dengan pemberdayaan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memberdayakan
adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat people-centered, participatory, empowering, and
sustainable Chambers, 1995 dalam Kartasasmita, 2001. Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar
basic needs atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut safety net, yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai
upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu. Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa
yang antara lain oleh Friedman Kartasasmita, 2001 disebut alternative development, yang menghendaki “inclusive democracy, appropriate economic
growth, gender equality and intergenerational equity”. Menurut Pranarka 2006 mengemukakan pemberdayaan dapat diartikan
sebagai upaya untuk mengubah keadaan seseorang atau kelompok agar yang bersangkutan menjadi lebih berdaya. Pemberdayaan mendorong terjadinya suatu
proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal
maupun nasional.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kearifan Lokal