35
−√ −
−√ |
→
−√ −√
− |
− √
−√ −
| + √
− √
|
Selanjutnya diperoleh
[ −
√ ] [ ] = [ ]
− √
=
Misal =  maka  =
√
sehingga,
� = [ ] = [ √
] .
Diambil =   maka  didapatkan  vektor  eigen  yang  bersesuaian
dengan
.
= √ adalah
� = [
√
].
Vektor eigen yang bersesuaian dengan
.
= −√
36
[ √
− √
] [ ] = [ ]
Maka, √
− √
| →
√ √
− |
√ √
− |
− √
√ |
Selanjutnya diperoleh, [
√ ] [ ] = [ ]
+ √
=
Misal =  maka  = −
√
sehingga
� = [ ] = [− √
]
Diambil =   maka  didapatkan  vektor  eigen  yang  bersesuaian
dengan
.
= √ adalah
� = [−
√
].
37
Jadi  terbukti  banyaknya  nilai  eigen  sama  dengan  banyaknya  vektor eigen.
3.  Akan  dibuktikan  bahwa  titik  ekuilibrium ̅ =  adalah  tidak  stabil
jika  dan  hanya  jika untuk  beberapa  = , , , … , atau
terdapat nilai eigen
.
pada sumbu imajiner dengan =  yang
multiplisitas aljabar lebih besar daripada multiplisitas geometri  untuk nilai eigen.
Bukti:
Jika  titik  ekuilibrium ̅ =   tidak  stabil  maka
,  ∀ = , , , … , .  Titik  ekuilibrium  tidak  stabil  apabila  ⟶ ∞,
, menuju
∞. Hal tersebut terjadi apabila .
Jika , ∀ = , , , … ,  maka titik ekuilibrium  ̅ =  tidak
stabil. Apabila ,
, yang selalu memuat
�
akan selalu menuju
∞. Oleh karena itu, titik ekuilibrium  ̅ =  tidak stabil.
Disimpulkan bahwa untuk melihat kestabilan Sistem 2.22 digunakan linearisasi  agar  Sistem  2.22  menjadi  sistem  linear
̇ = �   dimana � =
̅    adalah  Matriks  Jacobian.  Kestabilan  yang  dimaksud  adalah kestabilan  lokal.  Titik  ekuilibrium
̅      dikatakan  stabil  asimtotik  lokal jika semua nilai eigen matriks Jacobian mempunyai bilangan real negatif.
I. Bilangan Reproduksi Dasar Basic Reproduction Number
38
Bilangan  reproduksi  dasar  merupakan  bilangan  yang  menunjukan jumlah individu rentan yang dapat menderita penyakit  yang disebabkan oleh
satu  individu  terinfeksi.  Menurut  Driessche  dan  Watmough  2001  bilangan reproduksi  dasar  adalah  bilangan  yang  menyatakan  rata-rata  banyaknya
individu  yang  dapat  terinfeksi  akibat  tertular  individu  terinfeksi  yang berlangsung  dalam  populasi  Susceptible.  Bilangan  reproduksi  dasar
dinotasikan  dengan .  Jika
maka  penyakit  tidak  menyerang populasi, sedangkan jika
maka penyakit akan menyebar. Model  kompartemen  untuk  penularan  penyakit,  suatu  kompartemen
kelas  disebut  kompartemen  penyakit  jika  individu-individu  didalamnya terinfeksi  penyakit.  Misalkan  terdapat  n  kelas  terinfeksi  dan  m  kelas  tidak
terinfeksi.  Dimisalkan    menyatakan  subpopulasi  kelas  terinfeksi  dan menyatakan  subpopulasi  kelas  tidak  terinfeksi  dengan
dan untuk
,    ℕ.  Model  kompartemen  kelas  dapat  dituliskan  dalam  bentuk berikut,
̇ = � , − � , , = , , , … ,
̇ = � , , = , , , … ,                                       .
dengan �  merupakan matriks dari laju individu baru terinfeksi penyakit yang
menambah  kelas  terinfeksi  dan �   merupakan  matriks  laju  perkembangan
penyakit, kematian dan kesembuhan yang mengurangi kelas terinfeksi. Perhitungan bilangan reproduksi dasar
berdasarkan linearisasi dari Sistem 2.28 pada titik ekuilibrium bebas penyakit. Persamaan kompartemen
39
kelas terinfeksi  yang telah dilinearisasi pada titik ekuilibrium bebas penyakit adalah sebagai berikut,
̇ = − �
dengan   dan � matriks berukuran n x n,
=
�� �
, dan
� =
�� �
,
dengan ,
merupakan titik ekuilibrium bebas penyakit. Selanjutnya didefinisikan matriks   sebagai berikut:
= �
−
. disebut sebagai Next Generation Matriks. Bilangan reproduksi dasar
dari model kompartemen adalah = � �
−
yaitu nilai eigen terbesar dari matriks   Driessche dan Watmough, 2001.
Contoh 2.11
Diberikan Sistem persamaan diferensial sebagai berikut:
= − � − = � −
−                                                 . =
− dengan  S  menyatakan  populasi  individu  sehat  dan  rentan  terhadap  penyakit
pada  saat  t,  I  menyatakan  populasi  terinfeksi  pada  saat  t  dan  R  menyatakan
40
populasi  individu  sembuh  pada  saat  t,  Sistem  2.30  mempunyai  titik ekuilibrium bebas penyakit
= , , .
Pada  Sistem  2.30  kelas  terinfeksi  adalah  I.  Next  Generation  Matriks  dapat diperoleh dari kelas I sehingga kelas I dapat dituliskan sebagai berikut:
= � , , − �
, ,
dengan � = �
dan � =
+ . Hasil linearisasi dari � dan � masing-
masing adalah
= �
= �
= �
� = �
= +
= + .
Sehingga diperoleh Next Generation Matriks berikut:
= �
−
= [� ] [ + ].                          .
Selanjuntya,  substitusikan  titik  ekuilibrium  bebas  penyakit = , ,  ke
Persamaan 2.32 maka diperoleh
= �
+ . Bilangan reproduksi dasar diperoleh dari nilai  eigen terbesar dari matriks  K.
Jadi, nilai bilangan reproduksi dasar dari Sistem 2.32 adalah
= �
+ .
41
J. Kriteria Routh Hurwitz
Kestabilan titik ekuilibrium dari Sistem 2.21 dapat dilihat berdasarkan nilai eigen dari matriks Jacobiannya. Permasalahan yang sering terjadi dalam
menentukan  tipe  kestabilan  sistem  menggunakan  nilai  eigen  adalah  ketika mencari akar-akar persamaan yang berorde tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
suatu kriteria yang dapat menjamin akar-akar persamaan bernilai negatif atau ada  akar  persamaan  yang  bernilai  positif.  Tanda  negatif  ataupun  positif
digunakan untuk menentukan kestabilan dari suatu titik ekuilibrium. Analisis kestabilan  titik  ekuilibrium  dapat  menggunakan  kriteria  Routh-Hurwitz
sebagai alternatif menentukan tanda bagian real dari nilai-nilai eigen. Diberikan suatu persamaan karakteristik dari matriks
� ,
� =
+
−
+ +
−
+ ,                                                . dengan
≠ , = , , , … , . Menurut  Olsder  2004:  60,  kriteria  Routh-Hurwitz  dipakai  untuk  mengecek
kestabilan  secara  langsung  dengan  mempertimbangkan  nilai  koefisien tanpa  menghitung  akar-akar  dari  Persamaan  2.33.  Koefisien-koefisien  dari
Persamaan 2.33 dapat disusun ke dalam sebuah tabel Routh-Hurwitz berikut ini,
42
Tabel 2. 1 Tabel Routh-Hurwitz
… …
… …
dimana koefisien , , ,  didefinisikan sebagai
= −
= −
= −
= −
perhitungan pada tabel Routh-Hurwitz terus dilakukan sampai kolom pertama menghasilkan  perhitungan  sama  dengan  nol.  Matriks
� dikatakan  stabil
jika semua bagian real dari nilai eigen bernilai negatif. Dalam kriteria Routh- Hurwitz hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya perubahan tanda pada kolom
pertama  tabel  Routh-Hurwitz,  sehingga  berdasarkan  kriteria  Routh-Hurwitz suatu  sistem  persamaan  diferensial  dikatakan  stabil  jika  semua  elemen  pada
kolom pertama tabel Routh-Hurwitz memiliki tanda sama semua positif atau semua negatif.
43
Menurut  Olsder 2004:  61 akar-akar dari Polinomial  2.33 semuanya mempunyai bagian  real  bernilai  negatif jika dan  hanya jika  Tabel  2.1  terdiri
dari  n+1  baris  dan  semua  elemen  pada  kolom  pertama  dari  Tabel  2.1 mempunyai  tanda  sama  semua  elemen  dari  kolom  pertama  adlah  bernilai
positif atau negatif.
44
BAB III PEMBAHASAN
A. Permasalahan Nyata Flu Burung Avian Influenza
Avian  Influenza  atau  yang  lebih  dikenal  dengan  flu  burung  adalah  suatu penyakit  menular  yang  disebabkan  oleh  virus  influenza  tipe  A.  Gejala  pada
manusia  ditandai  dengan  demam,  sakit  kepala,  nyeri  otot  dan  sendi,  sakit tenggorokan,  batuk,  dan  kesulitan  bernafas.  Pada  kasus  Avian  Influenza,  gejala
dari penyakit akan muncul setelah masa inkubasi pada manusia berkisar antara 2- 4  hari.  Masa  inkubasi  yaitu  masa  dimana  virus  sudah  masuk  ke  dalam  tubuh
sampai saat timbulnya gejala untuk yang pertama kali. Penyakit ini masih menjadi salah  satu  penyakit  yang  banyak  memakan  korban.  Mengingat  belum
ditemukannya  vaksin  pada  manusia  untuk  penyakit  ini,    maka  dibutuhkan  suatu tindakan  untuk  menurunkan  laju  penyebaran  virus  flu  burung  Avian  Influenza.
Salah  satu  cara  untuk  menurunkan  laju  penyebaran  virus  flu  burung  adalah dengan  mengetahui  pola  penyebaran  virus  flu  burung.  Oleh  karena  itu,  ilmu
matematika  dapat  dimanfaatkan  untuk  mengetahui  pola  penyebaran  virus  flu burung yaitu dengan menggunakan model SIRS
I V
0.
Pada  skripsi  ini,  model  yang  akan  digunakan  adalah  model  Susceptible pada  manusia
–Infected  pada  manusia  –  Recovered  pada  manusia  –  Susceptible pada  unggas
–  Infected  pada  unggas  –  Vactination  pada  unggas  SIRS I
V dengan  pertimbangan  bahwa  pemberian  vaksin  hanya  untuk  unggas.  Vaksinasi
yang  diberikan  adalah  vaksin  in  aktif  yang  mengandung  suspensi  virus  dengan
45
homologi  yang  tinggi  dengan  virus  penyebab  wabah.  Vaksin  influenza  in  aktif hanya dapat melindungi sekitar 60-80 terhadap galur yang homolog. Dalam hal
ini  vaksinasi  dengan  strain  virus  homolog  telah  terbukti  menurunkan  angka kematian  pada  unggas.  Adanya  vaksinasi  pada  unggas  ini  menjadi  alasan
pembentukan  model  epidemi  SIRS I
V .  Model  epidemi  SIRS
I V
dalam penyebaran  flu  burung  pada  waktu  t  memiliki  6  kelas  yaitu  Susceptible  S
menyatakan  populasi  manusia  rentan  terhadap  penyakit  flu  burung,  Infected  I menyatakan  populasi manusia yang terinfeksi penyakit flu burung, Recovered R
menyatakan populasi manusia yang sembuh dari penyakit flu burung, Susceptible S
menyatakan    populasi  unggas  rentan  terhadap  penyakit  flu  burung,  Infected I
menyatakan  populasi  unggas  terinfeksi  dan  Vactinated  V menyatakan
populasi unggas yang tervaksinasi.
B. Asumsi-Asumsi Model Matematika SIRS
I V
pada Penyebaran Flu Burung Avian Influenza dari Unggas ke Manusia dengan Pengaruh Vaksinasi pada
Unggas
Pembahasan  pada  skripsi  ini  menerapkan  beberapa  asumsi.  Asumsi digunakan  untuk  mempermudah  dalam  perhitungan  dan  pemodelan.  Adapun
asumsi-asumsi  yang  digunakan  dalam  pemodelan  penyebaran  flu  burung  Avian Influenza  dari  unggas  ke  manusia  dengan  pengaruh  vaksinasi  pada  unggas
sebagai berikut: 1.  Setiap manusia yang lahir diasumsikan masuk dalam populasi rentan.
2.  Populasi  manusia  dianggap  tidak  konstan  dan  populasi  unggas  dianggap konstan.
46
3.  Populasi manusia N terbagi atas populasi rentan S, populasi terinfeksi I dan populasi sembuh R.
4.  Populasi  unggas  N terbagi  atas  populasi  rentan  S
,  populasi  terinfeksi I
, dan populasi yang tervaksinasi V .
5.  Laju kematian alami pada manusia diasumsikan sama pada setiap kelas. 6.  Laju  kematian  dan  kelahiran  alami  pada  unggas  diasumsikan  sama  pada
setiap kelas. 7.  Setiap unggas yang menetas masuk ke kelas S
0.
8.  Virus  flu  burung  menular  melalui  kontak  langsung  antara  unggas  rentan dengan  unggas  yang  sakit  flu  burung  dan  kontak  antara  manusia  sehat
dengan unggas yang terinfeksi flu burung. 9.  Terjadi  kematian  karena  infeksi  flu  burung  pada  populasi  manusia
terinfeksi. 10. Tidak terjadi kematian karena infeksi flu burung pada populasi unggas.
11. Unggas  yang  terinfeksi  flu  burung  tidak  akan  pernah  sembuh  mengingat umurnya yang pendek.
12. Manusia  yang  diasumsikan  sembuh  memungkinkan  kembali  menjadi manusia yang rentan terhadap penyakit.