6
yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Radio merupakan kegiatan kreatif yang meliputi
proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan
kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. 24. Subsektor Seni Pertunjukan merupakan cabang kesenian yang melibatkan
perancang, pekerja teknis dan penampil performers, yang mengolah,
mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan kepada penonton audiences; baik dalam bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi dan
gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara langsung live di dalam
ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini hic et nunc.
25. Subsektor Seni Rupa merupakan penciptaan karya dan saling berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif,
yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya.
1.4 RUANG LINGKUP
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015, kegiatan ekonomi kreatif mencakup 16 subsektor. Subsektor-subsektor
tersebut adalah arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; film, animasi dan video; fotografi; kriya; kuliner; musik;
fashion; aplikasi dan game developer; penerbitan; periklanan; televisi dan radio; seni
pertunjukan; dan seni rupa. Analisis ini hanya akan membahas tujuh subsektor ekraf yang terdapat dalam seri data ekspor Indonesia periode 2010-2015.
Subsektor-subsektor tersebut adalah film, animasi dan video; kriya; kuliner; musik;
fashion; penerbitan; dan seni rupa.
7
BAB II ANALISIS EKSPOR EKONOMI KREATIF
2010-2015
2.1. GAMBARAN UMUM
Perkembangan ekspor dunia terus mengalami perubahan. Begitu juga dengan kondisi ekspor Indonesia tidak terlepas dari perubahan global yang
terjadi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia akhir-akhir ini salah
satunya disebabkan oleh menurunnya nilai ekspor Indonesia akibat penurunan harga komoditas andalan ekspor Indonesia di pasar internasional
seperti batu bara, kelapa sawit, karet dan mineral. Pengembangan ekspor ekonomi kreatif ekraf yang berbasis pada sumber daya terbarukan yaitu ide,
kreativitas dan inovasi dari sumber daya manusia serta berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi berpotensi besar mendorong kembali
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Gambar 1. Perkembangan Nilai Ekspor Ekraf dan Ekspor Total, 2010-2015
50 000 100 000
150 000 200 000
250 000
2010 2011
2012 2013
2014 2015
N il
a i
j u
ta U
S
Ekspor Ekraf Total Ekspor
8
Seperti terlihat pada Gambar 1, selama periode 2012 sampai dengan 2015, ekspor Indonesia cenderung terus mengalami penurunan. Namun
sebaliknya ekspor ekraf cenderung terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 nilai ekspor ekraf mencapai US19,36 miliar, mengalami peningkatan
yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan ekspor ekraf pada tahun 2010 yang hanya sebesar US13,51 miliar. Selama ini data series mengenai
ekspor ekraf Indonesia belum banyak dianalisis, sehingga analisis ini disusun untuk menggambarkan kondisi ekspor ekonomi kreatif Indonesia selama
periode 2010 sampai 2015 berdasarkan data ekspor yang disusun oleh Subdirektorat Statistik Ekspor BPS RI.
2.1.1. Perbandingan Ekspor Ekonomi Kreatif dengan Ekspor Nonmigas
Nasional Selama periode 2010 sampai 2015, ekspor nonmigas Indonesia
cenderung terus mengalami penurunan. Ekspor nonmigas hanya mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 24,88 persen, selanjutnya terus
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Ekspor nonmigas mengalami penurunan terbesar pada tahun 2015 yaitu sebesar 9,71 persen. Seperti
terlihat pada Tabel 1, perkembangan nilai ekspor nonmigas yang cenderung menurun ini sejalan dengan perkembangan nilai ekspor Indonesia secara
keseluruhan. Akan tetapi penurunan ekspor keseluruhan pada tahun 2015 cenderung lebih tajam karena masih ditambah dengan penurunan dari ekspor
komoditi migas yang cukup besar. Berbeda dengan ekspor nonmigas, ekspor ekraf justru menunjukkan
peningkatan dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 sampai 2015, ekspor ekraf hanya mengalami penurunan nilai ekspor pada tahun 2012 sebesar 1,29
persen. Selanjutnya ekspor ekraf terus mengalami peningkatan sampai tahun 2015. Secara rata-rata ekspor ekraf mengalami peningkatan sebesar 7,67
persen per tahun selama periode 2010-2015, jauh lebih besar jika dibandingkan peningkatan ekspor nonmigas yang rata-ratanya hanya
9
mencapai 0,99 persen per tahun. Peningkatan terbesar ekspor ekraf terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar US2.294,3 juta atau sebesar 14,46 persen.
Tabel 1. Perbandingan Nilai Ekspor Ekraf, Ekspor Nonmigas dan Ekspor Total, 2010-2015
Jika dibandingkan dengan ekspor komoditi nonmigas, secara rata-rata selama periode 2010 sampai 2015 ekspor komoditi ekraf mencapai 11,31
persen dari keseluruhan ekspor nonmigas. Dari tahun ke tahun peranan ekspor ekraf terus mengalami peningkatan, dari awalnya hanya mencapai
10,41 persen pada tahun 2010 selanjutnya terus mengalami peningkatan hingga mencapai 14,69 persen pada tahun 2015. Pencapaian peranan hingga
14,69 persen pada tahun 2015 tersebut hampir sama dengan peranan ekspor komoditi pertambangan terhadap ekspor nonmigas yang mencapai 14,76
persen.
2.1.2. Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015, kegiatan ekonomi kreatif mencakup 16 subsektor. Subsektor-subsektor
tersebut adalah: arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; film, animasi dan video; fotografi; kriya; kuliner; musik;
fashion; aplikasi dan game developer; penerbitan; periklanan; televisi dan radio; seni
pertunjukan; dan seni rupa. Masing-masing subsektor tersebut terdiri dari beberapa kelompok Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia KBLI 2015
lima digit.
2010 2011
2012 2013
2014 2015
2 3
4 5
6 7
Ekraf juta US 13 507,0
15 641,4 15 439,6
15 870,6 18 164,9
19 364,1 Nonmigas juta US
129 739,5 162 019,6 153 043,0 149 918,8 145 961,2 131 791,9
Total juta US 157 779,1 203 496,6 190 020,3 182 551,8 175 980,0 150 366,3
Ekraf -
15,80 -1,29
2,79 14,46
6,60 Nonmigas
- 24,88
-5,54 -2,04
-2,64 -9,71
Total -
28,98 -6,62
-3,93 -3,60
-14,55 Thd Ekspor Nonmigas
10,41 9,65
10,09 10,59
12,45 14,69
Thd Ekspor Total 8,56
7,69 8,13
8,69 10,32
12,88 Desk rip si
1
Nilai Ek sp or Perubahan
Ek sp or Peranan
Ek sp or Ek raf
10
Tabel 2. Nilai Ekspor Ekraf menurut Subsektor, 2010-2015
Subsektor Nilai FOB
Ribu US 2010
2011 2012
2013 2014
2015 1
2 3
4 5
6 7
Film, Animasi,
Video 0,0
2,0 0,0
0,0 0,0
0,1 Kriya
4 294 196,8 4 390 189,6
4 358 484,7 4 282 512,5
6 363 369,8 7 264 504,8
Kuliner 594 239,5
863 166,3 960 895,4
956 934,0 1 081 180,1
1 178 955,6 Musik
4,9 2,5
20,4 56,9
10,6 29,0
Fashion 8 584 325,1
10 356 882,4 10 084 407,5
10 593 408,8 10 698 835,3
10 895 217,7 Penerbitan
28 602,7 22 210,7
21 200,0 27 159,6
15 983,6 22 334,5
Seni Rupa 5 631,9
8 943,7 14 573,6
10 556,6 5 550,6
3 035,7 Total
13 507 000,9 15 641 397,2
15 439 581,6 15 870 628,3
18 164 929,9 19 364 077,4
Tidak semua komoditi subsektor-subsektor ekraf ada dalam seri data ekspor Indonesia. Selama periode 2010-2015 hanya ada tujuh subsektor ekraf
yang komoditinya diekspor ke luar negeri yaitu fashion; kriya; kuliner;
penerbitan; seni rupa; musik; dan film, animasi dan video. Dari ketujuh subsektor tersebut, 90 persen lebih merupakan ekspor komoditi
fashion dan kriya, sekitar lima persen adalah ekspor komoditi subsektor kuliner dan
sisanya adalah ekspor dari komoditi subsektor penerbitan; seni rupa; musik; serta film, animasi, video. Subsektor film, animasi dan video merupakan
subsektor yang memiliki nilai ekspor terkecil, selama periode 2010-2015 ekspor komoditi ini hanya terjadi pada tahun 2011 dan 2015.
Pada tahun 2015 nilai ekspor subsektor fashion mencapai US10,90
miliar, meningkat sebesar 1,84 persen dibandingkan ekspor komoditi ini pada tahun 2014. Sedangkan ekspor komoditi subsektor kriya pada tahun 2015
nilai ekspornya mencapai US7,26 miliar, meningkat sebesar 14,16 persen dibandingkan ekspor komoditi ini tahun 2014. Jika kontribusi ekspor
komoditi subsektor fashion dan kriya dibandingkan, maka terlihat bahwa
pada tahun 2015 kontribusi ekspor komoditi subsektor fashion menurun
sedangkan kontribusi ekspor komoditi subsektor kriya meningkat. Penurunan kontribusi dari ekspor komoditi subsektor
fashion tidak disebabkan oleh
11
96,8 89,6
84,7 12,5
69,8 04,8
39,5 66,3
95,4 34,0
80,1 55,6
4,9 2,5
20,4 56,9
10,6 29,0
25,1 82,4
07,5 08,8
35,3 17,7
n 02,7
10,7 00,0
59,6 83,6
34,5 31,9
43,7 73,6
56,6 50,6
35,7 0,9
97,2 81,6
8,3 29,9
7,4
penurunan nilai dari ekspor komoditi tersebut pada tahun 2015, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ekspor komoditi subsektor
fashion tetap mengalami peningkatan namun presentase kenaikan nilai ekspornya
lebih kecil dibandingkan peningkatan ekspor komoditi subsektor kriya. Gambar 2. Peranan Ekspor Ekraf Menurut Subsektor Tahun 2014 dan 2015
2.1.3. Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Negara Tujuan
Nilai ekspor kesepuluh negara tujuan ekspor terbesar selama periode 2010-2015 terdapat pada Tabel 3. Pada tahun 2015 nilai ekspor ke sepuluh
negara tersebut mencapai US13,38 miliar atau 69,09 persen dari ekspor ekraf secara keseluruhan. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, ekspor ke
sepuluh negara tersebut pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 14,23 persen. Nilai ekspor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah nilai
ekspor ke Swiss yaitu sebesar 2.346,07 persen. Pada tahun 2014 nilai ekspor ke Swiss hanya sebesar US39,3 juta dan meningkat menjadi US960,9 juta
pada tahun 2015. Peningkatan ekspor yang cukup besar ke Swiss disebabkan oleh permintaan yang tinggi akan komoditi hasil subsektor kriya yaitu hasil
industri barang perhiasan dari logam mulia untuk keperluan pribadi.
35,03
5,95 58,90
0,12
2014
Kriya Kuliner
Fashion Lainnya
37,52
6,09 56,27
0,13
2015
12
Dari kesepuluh negara tujuan ekspor tersebut, ekspor ekraf yang terus menerus mengalami peningkatan adalah ekspor ekraf ke negara Taiwan,
Tiongkok, dan Hongkong. Tiongkok merupakan negara yang selalu mengalami pertumbuhan di atas 20 persen selama periode 2010-2015.
Sedangkan ekspor ekraf yang terus mengalami penurunan selama periode tersebut adalah Inggris. Pada tahun 2010 nilai ekspor ekraf ke Inggris
mencapai US689,8 juta, selanjutnya terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2015 nilai ekspor ekrafnya menjadi US553,2 juta.
Tabel 3. Nilai FOB, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf menurut Negara Tujuan, 2010-2015
Negara Nilai FOB
Juta US Peran thd
Total Ekraf 2015
Perubahan 2015 thd
2014 2010
2011 2012
2013 2014
2015 1
2 3
4 5
6 7
8 9
Amerika Serikat 5 647,3
6 221,8 5 891,1
6 125,0 6 058,7
6 142,8 31,72
1,39 Jepang
773,2 1 047,2
1 244,6 1 336,5
1 342,4 1 305,3
6,74 -2,77
Taiwan 102,7
121,5 126,7
145,6 549,2
965,4 4,99
75,76 Swiss
25,1 25,2
24,0 22,7
39,3 960,9
4,96 2 346,07
Jerman 833,2
981,9 888,5
846,1 924,0
882,5 4,56
-4,49 Singapura
299,3 302,3
345,0 325,8
539,5 740,2
3,82 37,21
Tiongkok 170,7
292,4 362,2
446,0 551,0
675,7 3,49
22,63 Hongkong
88,8 132,9
157,7 166,5
532,5 584,7
3,02 9,80
Belgia 438,1
534,3 526,3
503,5 584,0
567,8 2,93
-2,78 Inggris
689,8 656,0
638,4 596,1
590,8 553,2
2,86 -6,36
Total 10 Negara 9 068,3
10 315,5 10 204,5
10 513,8 11 711,6
13 378,6 69,09
14,23 Lainnya
4 438,7 5 326,0
5 235,1 5 356,8
6 453,4 5 985,5
30,91 -7,25
Total Ekspor Ekraf 13 507,0
15 641,4 15 439,6
15 870,6 18 164,9
19 364,1 100,00
6,60
Selama periode 2010-2015, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor komoditi subsektor ekraf Indonesia yang terbesar. Pada tahun 2015,
ekspor komoditi ekraf ke Amerika Serikat mencapai US6,14 miliar dan mengalami peningkatan sebesar 1,39 persen dibandingkan tahun 2014. Jika
dihitung, secara rata-rata setiap tahun peranan ekspor komoditi subsektor ekraf ke negara tersebut mencapai 37,24 persen terhadap keseluruhan ekspor
13
thd 10
11 12
13 14
15 t
5 647,3 6 221,8
5 891,1 6 125,0
6 058,7 6 142,8
31,72 1,39
773,2 47,2
1 244,6 1 336,5
1 342,4 1 305,3
6,74 2,77
102,7 121,5
126,7 145,6
549,2 965,4
4,99 75,76
25,1 25,2
24,0 22,7
39,3 960,9
4,96 2 346,07
833,2 981,9
888,5 846,1
924,0 882,5
4,56 4,49
299,3 302,3
345,0 325,8
539,5 740,2
3,82 37,21
170,7 292,4
362,2 446,0
551,0 675,7
3,49 22,63
88,8 132,9
157,7 166,5
532,5 584,7
3,02 9,80
438,1 534,3
526,3 503,5
584,0 567,8
2,93 2,78
689,8 656,0
638,4 596,1
590,8 553,2
2,86 6,36
a 68,3
15,5 04,5
13,8 11,6
78,6 9,09
4,23 38,7
26,0 35,1
56,8 53,4
85,5 0,91
7,25 kraf
07,0 41,4
39,6 70,6
64,9 64,1
0,00 6,60
2014
2015 Amerika
Serikat
33,35
Amerika Serikat
31,72 Jepang
7,39 Taiwan
Swiss Jerman
Inggris Belgia
Hongkong Tiongkok Singapura
Belgia Inggris Jerman Swiss Taiwan Jepang Hongkong Tiongkok Singapura
3,22
2,93 3,25
2,86 5,09
4,56 0,22
4,96 3,02
4,99 6,74
2,93
3,02
3,03
3,49
2,97
3,82
ekraf Indonesia. Pada tahun 2015 peranannya mencapai 31,72 persen, mengalami penurunan sebesar 1,63 persen dibandingkan dengan peranannya
pada tahun 2014. Selanjutnya negara tujuan ekspor terbesar kedua adalah Jepang. Pada
tahun 2015 ekspor ekraf Indonesia ke negara ini mencapai US1,31 miliar, menurun sebesar 2,77 persen dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2014
yang mencapai nilai US1,34 miliar. Pada tahun 2015, peranan ekspor ekraf ke Jepang mencapai 6,74 persen. Peranan ini mengalami penurunan sebesar
0,65 persen dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 7,39 persen. Sejak tahun 2013 peranan ekspor ke negara Jepang terus mengalami
penurunan. Secara rata-rata selama periode 2010-2015 peranan ekspor ekraf ke negara ini sebesar 7,17 persen setiap tahunnya.
Gambar 3. Peranan Ekspor Ekraf ke 10 Negara Tujuan Terbesar , 2014-2015
14
2.1.4. Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Pelabuhan Muat
Tabel 4 berisi nilai ekspor dari sepuluh pelabuhan muat ekspor terbesar selama periode 2010-2015. Pada tahun 2015, sepuluh pelabuhan
muat tersebut mengangkut ekspor ekraf sebesar US19,22 miliar atau 99,28 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Jika dilihat secara seri selama
periode 2010-2015, maka setiap tahunnya rata-rata sebanyak 98,60 persen ekspor ekraf diangkut dari kesepuluh pelabuhan tersebut dan hanya 1,40
persen diangkut dari pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia. Tabel 4. Nilai FOB, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf
menurut Pelabuhan Muat, 2010-2015
Pelabuhan Nilai FOB
Juta US Peran
thd Total
Ekraf 2015
Perubahan 2015 thd
2014 2010
2011 2012
2013 2014
2015 1
2 3
4 5
6 7
8 9
Tanjung Priok 8 832,5
10 621,3 10 619,7
10 736,6 10 922,9
10 917,9 56,38
-0,05 Juanda U
23,3 122,9
71,2 74,2
1 848,5 2 624,8
13,56 42,00
Tanjung Emas 1 664,7
1 655,8 1 561,1
1 682,2 1 901,7
2 018,6 10,42
6,15 Soekarno-Hatta U
1 021,0 1 094,3
961,6 1 130,5
1 257,6 1 688,0
8,72 34,22
Tanjung Perak 1 290,5
1 372,3 1 388,9
1 400,3 1 412,3
1 416,6 7,32
0,31 Batu Ampar
157,7 298,6
296,6 275,7
253,6 253,7
1,31 0,07
Ngurah Rai U 143,1
151,2 136,8
128,5 123,8
113,3 0,59
-8,50 Sekupang
33,0 43,9
61,7 68,9
61,3 69,6
0,36 13,56
Sungai Guntung 0,0
- 38,6
42,7 62,2
69,6 0,36
11,88 Belawan
80,1 84,4
83,6 71,2
64,4 52,2
0,27 -18,95
Total 10 Pelabuhan 13 245,8
15 444,8 15 219,7
15 610,6 17 908,4
19 224,5 99,28
7,35 Lainnya
261,2 196,6
219,8 260,0
256,5 139,6
0,72 -45,58
Total Ekspor Ekraf 13 507,0
15 641,4 15 439,6
15 870,6 18 164,9
19 364,1 100,00
6,60
Dari peranan sebesar 99,28 persen; 56,38 persen ekspor ekraf tahun 2015 diekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok; 13,56 persen diekspor
melalui bandar udara Juanda; 10,42 persen diekspor melalui pelabuhan Tanjung Emas; 8,72 persen diekspor melalui bandar udara Soekarno Hatta;
7,32 persen diekspor melalui pelabuhan Tanjung Perak; serta sisanya melalui pelabuhan Batu Ampar, Sekupang, Sungai Guntung, Belawan dan bandar
udara Ngurah Rai. Dari sepuluh pelabuhan muat tersebut, ekspor ekraf tahun 2015 yang melalui bandar udara Juanda mengalami peningkatan paling tinggi
yaitu sebesar 42,00 persen jika dibandingkan ekspor ekraf tahun 2014.
15
ran
8 8 832,5
621,3 619,7
736,6 922,9
917,9 56,38
0,05 23,3
122,9 71,2
74,2 1 848,5
2 624,8 13,56
42,00 1 664,7
1 655,8 1 561,1
1 682,2 1 901,7
2 018,6 10,42
6,15 U
21,0 94,3
961,6 30,5
1 257,6 1 688,0
8,72 34,22
1 290,5 1 372,3
1 388,9 0,3
1 412,3 416,6
7,32 0,31
157,7 298,6
296,6 275,7
253,6 253,7
1,31 0,07
143,1 151,2
136,8 128,5
123,8 113,3
0,59 8,50
33,0 43,9
61,7 68,9
61,3 69,6
0,36 13,56
0,0 -
38,6 42,7
62,2 69,6
0,36 11,88
80,1 84,4
83,6 71,2
64,4 52,2
0,27 18,95
an 45,8
44,8 19,7
10,6 08,4
24,5 9,28
7,35 61,2
96,6 19,8
0,0 56,5
39,6 0,72
5,58 af
07,0 41,4
39,6 70,6
64,9 64,1
0,00 6,60
Sedangkan ekspor ekraf melalui pelabuhan Belawan mengalami penurunan nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 18,95 persen.
Tabel 5 berikut berisi berat bersih ekspor ekraf terbanyak berdasarkan pelabuhan muatnya. Jika dilihat berdasarkan berat bersihnya pada tahun
2015 sebanyak 98,12 persen ekspor komoditi ekraf dimuat melalui Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Batu Ampar, KabilPanau, Belawan,
Sungai Guntung, Tanjung Leneng, Sekupang dan bandar udara Soekarno Hatta. Berat bersih ekspor dari sepuluh pelabuhan muat tersebut mengalami
peningkatan sebesar 1,98 persen jika dibandingkan dengan tahun 2014. Tabel 5. Berat Bersih, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf menurut
Pelabuhan Muat, 2010-2015
Pelabuhan Berat Bersih
Ribu Ton Peran
thd Total
Ekraf 2015
Perubahan 2015 thd
2014 2010
2011 2012
2013 2014
2015 1
2 3
4 5
6 7
8 9
Tanjung Priok 1 381,7
1 466,4 1 447,9
1 327,9 1 330,0
1 318,0 52,68
-0,91 Tanjung Perak
536,6 501,7
493,0 480,4
501,3 507,2
20,27 1,16
Tanjung Emas 401,9
320,1 273,7
271,6 301,1
325,9 13,03
8,23 Batu Ampar
67,1 76,7
95,1 80,5
76,3 90,0
3,60 17,99
KabilPanau 1,2
0,8 1,1
3,3 57,6
53,7 2,15
-6,81 Belawan
48,4 42,2
47,4 47,0
48,7 47,4
1,89 -2,68
Soekarno-HattaU 41,6
39,4 39,1
41,9 40,2
44,3 1,77
10,02 Sungai Guntung
0,0 -
24,0 31,6
39,8 44,2
1,76 11,04
Tanjung Leneng -
- -
0,6 -
12,6 0,50
- Sekupang
8,1 8,6
9,7 17,2
12,1 11,6
0,47 -3,52
Total 10 Pelabuhan 2 486,5
2 455,9 2 430,8
2 302,0 2 407,2
2 454,9 98,12
1,98 Lainnya
70,1 61,1
66,9 69,7
70,4 47,2
1,88 -33,03
Total Ekraf 2 556,6
2 517,0 2 497,7
2 371,6 2 477,6
2 502,0 100,00
0,99
Berdasarkan berat bersihnya, Pelabuhan Tanjung Priok tetap merupakan pelabuhan yang memuat ekspor ekraf terbanyak selama periode 2010-2015.
Pada tahun 2015, berat bersih ekspor ekraf yang dimuat dari pelabuhan ini sebesar 1,32 juta ton atau 52,68 persen terhadap keseluruhan berat ekspor
ekraf. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, berat bersih ekspor ekraf yang dimuat dari pelabuhan ini mengalami penurunan sebesar 0,91 persen.
16
Gambar 4. Berat Bersih Ekspor Ekraf Melalui Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Tanjung Emas
menurut Subsektor Tahun 2015 ribu ton
Pelabuhan yang memuat ekspor ekraf terbanyak kedua adalah Pelabuhan Tanjung Perak. Pada tahun 2015 berat bersih ekspor ekraf yang
melalui pelabuhan ini adalah 0,51 juta ton atau 20,27 persen dari keseluruhan berat bersih ekspor ekraf. Selanjutnya pelabuhan terbesar ketiga adalah
Pelabuhan Tanjung Emas. Pada tahun 2015 berat bersih ekspor yang dimuat adalah sebanyak 0,33 juta ton atau 13,03 persen dari keseluruhan berat bersih
ekspor ekraf Indonesia. Jika dilihat lebih lanjut, komoditi-komoditi yang diangkut dari ketiga pelabuhan tersebut sebagian besar adalah komoditi dari
subsektor kriya, fashion dan kuliner.
2.1.5. Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Provinsi Asal
Jika dirinci menurut provinsi asal barang, sepuluh provinsi asal utama ekspor ekraf selama periode 2010-2015 adalah seperti yang terdapat pada
Tabel 6. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa pada tahun 2015, ekspor ekraf dari sepuluh provinsi tersebut mencapai 99,79 persen dari keseluruhan ekspor
ekraf Indonesia 2015. Provinsi asal utama ekspor ekraf adalah Provinsi Jawa Barat dengan nilai ekspor sebesar US6,50 miliar atau 33,56 persen dari
keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Walaupun memiliki nilai ekspor tertinggi namun ekspor ekraf dari Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan sebesar
0,91 persen jika dibandingkan dengan tahun 2014.
564,4 505,1
246,1 2,3
0,1
500 1 000
Kriya Fashion
Kuliner Penerbitan
Seni Rupa Tanjung Priok
408,8 71,6
21,4 5,1
0,2
500 1 000
Kriya Kuliner
Fashion Penerbitan
Seni Rupa Tanjung Perak
218,8 72,5
34,3 0,3
0,0
500 1 000
Kriya Fashion
Kuliner Penerbitan
Seni Rupa Tanjung Emas
17
564,4 505,1
246,1 2,3
0,1
500 1 000
Kriya ashion
uliner rbitan
ni Rupa Priok
8,8 71,6
21,4 5,1
0,2
500 1 000
Kriya uliner
ashion rbitan
ni Rupa k
218,8 72,5
34,3 0,3
0,0
500 1 000
Kriya ashion
Kuliner rbitan
ni Rupa as
Tabel 6. Nilai FOB, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf menurut Provinsi Asal, 2010-2015
Provinsi Asal Nilai FOB
Juta US Peran thd
Total Ekraf 2015
Perubahan 2015 thd
2014 2010
2011 2012
2013 2014
2015 1
2 3
4 5
6 7
8 9
Jawa Barat 4 916,8
5 831,7 5 877,6
6 297,7 6 559,1
6 499,2 33,56
-0,91 Jawa Timur
1 229,3 1 403,5
1 401,4 1 444,3
3 237,7 4 037,4
20,85 24,70
Banten 2 559,4
3 167,2 3 073,7
3 047,7 2 921,7
3 033,2 15,66
3,81 Jawa Tengah
2 010,7 2 106,7
2 080,8 2 261,8
2 453,7 2 714,0
14,02 10,61
Dki Jakarta 1 895,6
2 125,3 1 944,2
1 767,9 1 895,0
2 033,1 10,50
7,29 Kepulauan Riau
181,2 335,4
36,0 203,1
175,8 366,4
1,89 108,42
Bali 336,2
345,6 309,1
282,7 281,7
256,3 1,32
-9,03 Di Yogyakarta
157,2 160,5
195,0 205,0
230,9 243,3
1,26 5,38
Riau 45,8
37,6 392,5
247,2 289,4
87,0 0,45
-69,93 Sumatera Utara
83,2 87,1
87,2 73,7
67,6 54,0
0,28 -20,10
Total 10 Provinsi 13 415,3
15 600,6 15 397,5
15 831,2 18 112,7
19 324,0 99,79
6,69 Lainnya
91,7 40,8
42,1 39,5
52,2 40,1
0,21 -23,23
Total Ekraf 13 507,0
15 641,4 15 439,6
15 870,6 18 164,9
19 364,1 100,00
6,60
Provinsi asal ekspor ekraf terbesar kedua setelah Jawa Barat adalah Jawa Timur. Pada tahun 2015 ekspor ekraf dari provinsi ini mencapai nilai
sebesar US4,04 miliar atau 20,85 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Berbeda dengan ekspor ekraf dari Provinsi Jawa Barat yang
mengalami penurunan, pada tahun 2015 ekspor ekraf dari Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 24,70 persen.
Selanjutnya daerah provinsi asal terbesar ketiga adalah Provinsi Banten. Seperti Jawa Timur, Provinsi Banten juga mengalami peningkatan nilai ekspor
ekraf pada tahun 2015, yaitu sebesar 3,81 persen. Nilai ekspor ekraf Banten pada tahun 2015 mencapai US3,03 miliar atau 15,66 persen terhadap
keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Dari semua provinsi yang melakukan ekspor ekraf, hanya Provinsi
Yogyakarta yang terus mengalami peningkatan nilai ekspor selama periode 2010-2015. Pada tahun 2010, ekspor ekraf dari Yogyakarta hanya mencapai
US157,2 juta, selanjutnya terus mengalami peningkatan hingga tahun 2015 mencapai nilai US243,3 juta. Yogyakarta memang salah satu provinsi yang
18
memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai Kota Ekonomi Kreatif
2
. Selama periode 2010-2015, lebih dari 99 persen komoditi ekraf yang diekspor
dari provinsi ini berupa komoditi subsektor fashion dan kriya.
2.2. SUBSEKTOR FILM, ANIMASI, DAN VIDEO
Film adalah karya seni gambar berbagai ide atau gagasan bentuk audio visual serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah
sinematografi. Sedangkan yang dimaksud dengan animasi adalah tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang
berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa. Selanjutnya video adalah sebuah aktivitas kreatif berupa eksplorasi
dan inovasi dalam cara merekam atau membuat gambar bergerak yang ditampilkan melalui media presentasi yang mampu memberikan karya
gambar bergerak alternatif yang berdaya saing dan memberikan nilai tambahan budaya, sosial, dan ekonomi.
Tabel 7. Berat Bersih dan Nilai FOB Subsektor Film, Animasi, dan Video, 2010 – 2015
Tahun Berat Bersih Kg
Nilai Fob US 1
2 3
2010 -
- 2011
24,0 2 000,0
2012 -
- 2013
- -
2014 -
- 2015
2,0 94,0
Berdasarkan data dari tahun 2010–2015, ekspor ekraf menurut subsektor film, animasi dan video hanya melakukan kegiatan ekspor di tahun
2011 dan 2015. Pada tahun 2010, 2012, 2013 dan 2014 tidak ada kegiatan ekspor untuk subsektor film, animasi dan video. Pada tahun 2011 nilai ekspor
nya mencapai US2.000,0 sementara di tahun 2015 nilainya US94,0.
2
http:www.kemenperin.go.idartikel10146Kemenperin-Gelar-Pameran-Industri-Kreatif- Yogyakarta
19
Penurunan juga terjadi pada volume ekspor subsektor film, animasi dan video dari 24 kilogram di tahun 2011 menjadi 2 kilogram di tahun 2015.
2.2.1. Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video menurut Negara Tujuan
Kegiatan ekspor pada subsektor film, animasi, dan video hanya dilakukan pada tahun 2011 dan 2015. Hal ini terjadi karena kebutuhan film
dan animasi masih banyak dipenuhi karya luar negeri atau impor. Pada tahun 2011, ekspor subsektor film, animasi, dan video hanya ditujukan ke Singapura
dengan nilai US2.000,0. Sedangkan pada tahun 2015 ditujukan ke Hongkong dengan nilai ekspor sebesar US94,0.
Tabel 8. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video menurut Negara Tujuan, 2010 – 2015
Negara Tujuan Nilai FOB US
2010 2011
2012 2013
2014 2015
1 2
3 4
5 6
7
Singapura -
2 000,0 -
- -
- Hongkong
- -
- -
- 94,0
2.2.2. Ekspor Subsektor Film, Animasi dan Video menurut Pelabuhan Muat
Pada tahun 2011, ekspor subsektor film, animasi dan video hanya melalui bandar udara Soekarno Hatta dengan nilai US2.000,0. Sedangkan
pada tahun 2015 ekspor subsektor ini melalui bandar udara Ngurah Rai hanya mencapai US94,0.
Tabel 9. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video menurut Pelabuhan Muat, 2010 – 2015
Pelabuhan Muat Nilai FOB US
2010 2011
2012 2013 2014 2015
1 2
3 4
5 6
7
Soekarno- Hatta U -
2 000,0 -
- -
- Ngurah Rai U
- -
- -
- 94,0
20
20
2.2.3. Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video Menurut Provinsi Asal
Provinsi asal ekspor subsektor film, animasi, dan video pada tahun 2011 adalah DKI Jakarta dengan nilai sebesar US2.000,0 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2015 yang hanya sebesar US94,0. Sementara itu untuk tahun 2010, 2012, 2013, dan 2014 tidak ada kegiatan ekspor untuk subsektor
film, animasi, dan video. Tabel 10. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video
menurut Provinsi Asal, 2010 - 2015 Provinsi Asal
Nilai FOB US 2010
2011 2012
2013 2014
2015
1 2
3 4
5 6
7
DKI Jakarta -
2 000,0 -
- -
- Bali
- -
- -
- 94,0
2.3. SUBSEKTOR KRIYA
Seni kriya merupakan salah satu subsektor yang menjadi ciri khas Bangsa Indonesia dan sangat dekat dengan industri pariwisata. Kriya adalah
bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang
hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi
alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya. Tabel 11. Berat Bersih, Nilai FOB dan Persentase Perubahan Ekspor
Subsektor Kriya, 2010-2015 Tahun
Berat Bersih Ribu Ton
Nilai FOB Juta US
Perubahan Nilai
1 2
3 4
2010 1 692,4
4 294,2 -
2011 1 575,1
4 390,1 2,24
2012 1 528,4
4 358,4 -0,72
2013 1 343,2
4 282,5 -1,74
2014 1 402,9
6 363,3 48,59
2015 1 377,6
7 264,5 14,16
21
20
i Asal 010
011 12
013 014
015
2 3
4 5
6 7
akarta -
000,0 -
- -
- -
- -
- -
94,0
un h
692,4 4 294,2
- 11
575,1 4 390,1
2,24 2
528,4 4 358,4
-0,72 3
343,2 4 282,5
-1,74 4
02,9 6 363,3
48,59 5
377,6 7 264,5
14,16
21
Indonesia memiliki banyak pelaku seni kriya yang kreatif. Banyak dari mereka yang berhasil memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Hal ini
dibuktikan oleh rata-rata besarnya kontribusi ekspor subsektor kriya sepanjang tahun 2010 hingga 2015 adalah 31,27 persen. Dimana posisi ekspor
menurut subsektor kriya ini menempati urutan kedua setelah subsektor fashion dalam dominasi ekspor ekraf.
Gambar 5. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya, 2010-2015
Perkembangan ekspor subsektor kriya dari tahun 2010 hingga 2015 menunjukkan trend yang berfluktuatif baik dari sisi volume maupun nilai.
Pada tahun 2011 pertumbuhan ekspor subsektor kriya mengalami peningkatan sebesar 2,24 persen, namun pada tahun 2012 dan 2013 ekspor subsektor
kriya mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,72 persen dan 1,74 persen. Pada tahun 2014 kondisi ekspor subsektor kriya menunjukkan kinerja
yang positif yaitu naik sebesar 48,59 persen. Kenaikan pada tahun tersebut merupakan pertumbuhan yang tertinggi dibandingkan tahun 2010 hingga
2015. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan Industri Permata KBLI 32111 dan Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribadi KBLI
32112 yang sangat besar pada tahun 2014 masing-masing sebesar 775.579,00
200 400
600 800
1 000 1 200
1 400 1 600
1 800
1 000 2 000
3 000 4 000
5 000 6 000
7 000 8 000
2010 2011
2012 2013
2014 2015
Ribu Ton Juta US
Berat Bersih Nilai FOB
22
22
persen dan 1.366,46 persen. Pada tahun 2015 perkembangan ekspor subsektor kriya terus meningkat sebesar 14,16 persen dibandingkan tahun
2014. 2.3.1. Ekspor Subsektor Kriya menurut Negara Tujuan
Ekspor subsektor kriya merupakan produk kreatif yang mampu membukukan nilai ekspor terbesar kedua dari tujuh subsektor yang ada.
Untuk meningkatkan nilai ekspor subsektor kriya, berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah. Hal ini sebagai bentuk dukungan kepada para pelaku kriya
untuk terus meningkatkan produk kriyanya, khususnya yang mendukung pengembangan ekspor.
Tabel 12. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya menurut Negara Tujuan, 2010-2015
Negara Tujuan Nilai FOB Juta US
Perubahan ‘15 thd ‘14
2010 2011
2012 2013
2014 2015
1 2
3 4
5 6
7 8
Amerika Serikat 1 149,2
1 174,1 1 203,0
1 302,6 1 324,4
1 303,6 -1,57
Swiss 7,3
6,3 8,0
4,8 19,0
941,0 4 862,41
Taiwan 51,6
56,5 45,5
58,8 456,9
861,3 88,52
Singapura 204,8
185,3 182,1
154,0 370,0
549,0 48,37
Hongkong 29,9
51,1 61,1
64,8 418,8
452,8 8,12
Jepang 490,2
571,8 591,8
497,3 472,0
375,8 -20,39
India 23,4
32,5 30,5
27,1 41,7
350,8 741,95
Uni Emirat Arab
89,5 97,9
93,2 88,1
449,9 313,6
-30,30 Australia
173,4 181,7
184,2 167,1
263,1 194,2
-26,21 Malaysia
128,7 133,8
114,3 133,3
185,4 192,7
3,92
Sepanjang tahun 2010 hingga 2015 negara tujuan utama dari ekspor subsektor kriya adalah Amerika Serikat. Komoditi utama yang diekspor ke
negara tersebut adalah komoditi yang berasal dari industri furnitur dari kayu KBLI 31001. Ekspor ke Amerika Serikat terus mengalami pertumbuhan yang
positif hingga tahun 2014. Namun pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 1,57 persen atau sebesar US1.303,6 juta.
23
22
2 3
4 5
6 7
rikat 1 149,2
1 174,1 203,0
302,6 324,4
303,6 -1,57
7,3 6,3
8,0 4,8
19,0 941,0
4 862,41 51,6
56,5 45,5
58,8 456,9
861,3 88,52
204,8 85,3
82,1 54,0
370,0 549,0
48,37 29,9
51,1 61,1
64,8 418,8
452,8 8,12
490,2 571,8
591,8 497,3
472,0 375,8
20,39 23,4
32,5 30,5
27,1 41,7
350,8 1,95
89,5 97,9
93,2 88,1
449,9 313,6
30,30 73,4
81,7 84,2
67,1 263,1
94,2 26,21
28,7 33,8
114,3 33,3
85,4 92,7
3,92
23
Gambar 6. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya 5 Negara Tujuan Utama, 2010 – 2015
Negara tujuan utama selanjutnya adalah Swiss. Dari tahun 2010 hingga 2015 perkembangan nilainya berfluktuatif. Walaupun sempat terjadi
penurunan nilai ekspor di tahun 2013 sebesar 39,56 persen dengan nilai US4,8 juta namun di tahun berikutnya meningkat 293,12 persen dengan
nilai US19,0 juta. Peningkatan ini terus berlanjut di tahun 2015 dengan kenaikan yang sangat besar yaitu sebesar 4.862,41 persen dengan nilai
US941,0 juta. Negara tujuan berikutnya yang merupakan pangsa pasar strategis bagi
ekspor subsektor kriya adalah Taiwan, Singapura, Hongkong, India, dan Malaysia. Selama tahun 2015 perkembangan nilai ekspor subsektor kriya ke
negara-negara tersebut mengalami peningkatan yang positif. Peningkatan terbesar diantara negara tersebut adalah ekspor ke negara India sebesar
741,95 persen atau dengan nilai US350,8 juta. 2.3.2. Ekspor Subsektor Kriya menurut Pelabuhan Muat
Pada Tabel 13 dapat dilihat perkembangan nilai ekspor subsektor kriya menurut pelabuhan muat dari tahun 2010 hingga tahun 2015. Adapun
pelabuhan muat yang menunjukkan kinerja positif selama tahun 2015 adalah
200 400
600 800
1 000 1 200
1 400
2010 2011
2012 2013
2014 2015
Ju ta
U S
Amerika Serikat Swiss
Taiwan Singapura
Hongkong
24
24
bandar udara Juanda-Surabaya, bandar udara Soekarno-Hatta, dan pelabuhan Tanjung Emas. Untuk bandar udara Soekarno-Hatta mengalami peningkatan
yang tertinggi di tahun 2015 yaitu 103,08 persen atau sebesar US700,5 juta dibandingkan pada tahun 2014 yaitu sebesar US347,4 juta. Diikuti bandar
udara Juanda-Surabaya sebesar 42,6 persen atau US2.606,3 juta kemudian pelabuhan Tanjung Emas sebesar 0,90 persen menjadi US653,5 juta.
Tabel 13. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya menurut Pelabuhan Muat, 2010-2015
Pelabuhan Muat Nilai FOB
Juta US Perubahan
‘15 thd ‘14 2010
2011 2012
2013 2014
2015 1
2 3
4 5
6 7
8 JuandaU-
Surabaya 10,0
111,9 43,9
57,9 1 827,9
2 606,3 42,59
Tanjung Priok 1 860,7
2 054,2 2 177,1 2 030,7
2 101,9 2 004,1
-4,65 Tanjung Perak
1 073,6 1 073,8 1 099,6
1 092,0 1 061,9
1 008,5 -5,03
Soekarno-Hatta U 200,2
201,0 171,0
222,6 347,4
705,5 103,08
Tanjung Emas 832,9
675,4 585,0
563,8 647,7
653,5 0,90
Batu Ampar 44,0
41,0 48,5
80,0 125,3
75,0 -40,19
Ngurah Rai U 56,6
59,8 50,4
48,5 45,1
44,6 -1,02
Belawan 64,6
62,1 60,2
56,3 53,6
41,7 -22,24
Sekupang 29,3
33,2 50,8
46,3 36,5
33,2 -9,06
KabilPanau 6,6
1,7 3,0
10,2 38,6
31,9 -17,31
Berdasarkan nilai ekspor pada tahun 2015, bandar udara Juanda- Surabaya menempati urutan pertama dengan nilai US2.606,3 juta. Hal ini
dipengaruhi oleh ekspor Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribadi KBLI 32112 sebesar 99,73 persen terhadap total ekspor
yang dimuat dari bandar udara Juanda-Surabaya. Kelompok KBLI tersebut meningkat sebesar 43,04 persen di tahun 2015 dengan nilai US2.599,2 juta
dibandingkan dengan tahun yang 2014 yang hanya mencapai US1.817,2 juta.
Peningkatan nilai ekspor bandar udara Juanda-Surabaya di tahun 2015 yang cukup signifikan juga terjadi pada kelompok KBLI industri alat musik
bukan tradisional KBLI 32202. Kelompok KBLI tersebut meningkat sebesar 406,9 persen dengan nilai US3.121,8 ribu dibandingkan dengan tahun 2014
25
24
10 11
12 13
14 15
2 3
4 5
6 7
8 10,0
111,9 43,9
57,9 827,9
2 606,3 42,59
860,7 54,2
77,1 30,7
01,9 004,1
4,65 73,6
73,8 99,6
92,0 61,9
008,5 5,03
ta U 200,2
201,0 71,0
222,6 347,4
705,5 03,08
832,9 675,4
585,0 563,8
647,7 653,5
0,90 44,0
41,0 48,5
80,0 25,3
75,0 40,19
56,6 59,8
50,4 48,5
45,1 44,6
-1,02 64,6
62,1 60,2
56,3 53,6
41,7 22,24
29,3 33,2
50,8 46,3
36,5 33,2
9,06 6,6
1,7 3,0
10,2 38,6
31,9 17,31
25
yang hanya sebesar US615,8 ribu. Selain kelompok KBLI tersebut, kelompok Industri Alat Dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu KBLI 16294 juga
mengalami peningkatan sebesar 1,29 persen atau sebesar US1.215,0 ribu dibandingkan pada tahun 2014 sebesar US1.199,6 ribu.
Tabel 14. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor 5 Kelompok KBLI Utama Subsektor Kriya melalui Pelabuhan Juanda U-Surabaya, 2014-2015
Kelompok KBLI 2014
2015 Perubahan
Nilai 2015 thd 2014
Berat Bersih
Ton Nilai FOB
Juta US Berat
Bersih Ton
Nilai FOB
Juta US
1 2
3 4
5 6
Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk
Keperluan Pribadi KBLI 32112
50,7 1 817,2
74,9 2 599,2
43,04 Industri Alat Musik Bukan
Tradisional KBLI 32202 15,0
0,6 53,7
3,1 406,92
Industri Pengolahan Lainnya YTDL KBLI 32909
29,7 2,0
52,9 1,4
-30,40 Industri Alat Dapur dari
Kayu, Rotan dan Bambu KBLI 16294
22,0 1,2
38,6 1,2
1,29 Industri Kemasan dan Kotak
dari Kertas dan Karton KBLI 17022
183,7 0,8
101,7 0,4
-49,41
2.3.3. Ekspor Subsektor Kriya menurut Provinsi Asal Pada tahun 2015 ekspor subsektor kriya menurut provinsi asal
didominasi oleh ekspor dari Pulau Jawa dan sekitarnya. Nilai ekspor tertinggi berasal dari provinsi Jawa Timur yang mencapai US3.575,4 juta, dengan
kenaikan sebesar 27,33 persen dibandingkan pada tahun 2014. Kemudian diikuti oleh provinsi Jawa Barat sebesar US1.333,4 juta. Namun bila
dibandingkan dengan tahun 2014, ekspor subsektor kriya yang berasal dari provinsi Jawa Barat mengalami penurunan sebesar 3,72 persen. Untuk
provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan kinerja yang positif sebesar 2,95 persen dengan nilai US800,1 juta. Diikuti provinsi DKI Jakarta dan
26
26
Banten yang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 45,26 persen dan 8,38 persen.
Tabel 15. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya menurut Provinsi Asal, 2010-2015
Provinsi Asal Nilai FOB
Juta US Perubahan
‘15 thd ‘14 2010
2011 2012
2013 2014
2015 1
2 3
4 5
6 7
8 JawaTimur
992,1 1 091,1
1 054,6 1 077,2 2 808,1
3 575,4 27,33
Jawa Barat 1 277,5
1 352,4 1 425,0 1 374,7
1 384,9 1 333,4
-3,72 Jawa Tengah
868,0 769,4
700,1 694,5
777,1 800,1
2,95 DKI Jakarta
343,9 378,7
387,9 349,6
542,1 787,5
45,26 Banten
309,4 343,7
340,7 325,2
314,1 340,5
8,38 Bali
219,2 223,3
192,6 173,4
175,1 160,4
-8,38 Kepulauan Riau
68,6 76,6
10,3 81,1
93,7 146,8
56,69 DI Yogyakarta
59,1 50,9
48,8 46,2
54,7 53,4
-2,54 Sumatera Utara
64,9 62,3
60,6 56,6
53,9 42,0
-22,16 Sulawesi Selatan
20,5 19,6
16,9 16,2
14,2 13,2
-7,02
Berdasarkan Tabel 15 pertumbuhan nilai ekspor 2015 yang tertinggi berasal dari provinsi Kepulauan Riau sebesar 56,69 persen. Pada tahun 2014
nilai ekspor subsektor kriya yang berasal dari provinsi tersebut hanya mencapai US93,7 juta sedangkan pada tahun 2015 nilai ekspornya melonjak
naik mencapai US146,8 juta. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya kelompok Industri Barang Logam Lainnya YTDL KBLI 25999 sebesar 29,52
persen dibandingkan pada tahun 2014.
2.4. SUBSEKTOR KULINER