Penyusunan Ekspor Ekraf 2010-2015 MG Ekspor

(1)

LAPORAN PENYUSUNAN EKSPOR

EKONOMI KREATIF 2010-2015

BUKU 2

LAPORAN ANALISIS KEGIATAN

BADAN PUSAT STATISTIK

LAPORAN PENYUSUNAN EKSPOR

EKONOMI KREATIF 2010-2015

BUKU 2

LAPORAN ANALISIS KEGIATAN


(2)

(3)

(4)

(5)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga “Buku 2 - Laporan Analisis Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2015” dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Laporan ini merupakan salah satu output dari Kerjasama Swakelola antara Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).

Buku 2 - Laporan Analisis Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2015 menyajikan gambaran umum ekspor ekonomi kreatif menurut subsektor, negara tujuan, pelabuhan muat dan provinsi asal. Subsektor yang disajikan meliputi subsektor-subsektor yang melakukan ekspor selama periode 2010-2015 yaitu film, animasi, video; kriya; kuliner; musik; fashion; penerbitan dan seni rupa.

Dengan diterbitkannya Buku 2 ini, khususnya tentang Laporan Analisis Ekspor Ekonomi Kreatif 2010-2015, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang ekspor ekonomi kreatif selama periode 2010-2015. Sehingga laporan ini dapat dijadikan sebagai “benchmarking” bagi pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan di bidang ekonomi kreatif kedepannya.

Akhirnya, ucapan syukur dan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak, terutama Tim BPS dan Tim Bekraf yang telah bekerja keras dan bekerjasama untuk menyelesaikan kegiatan Penyusunan Ekspor Ekonomi Kreatif ini. Apresiasi juga kami berikan kepada semua pihak yang telah bersinergi secara solid dalam menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan Kerjasama BPS-Bekraf Tahun 2016 ini.

Semoga output dari kerjasama ini bermanfaat bagi semua pihak, dan semoga Allah SWT meridhoi. Aamiin.

Jakarta, Desember 2016 Sekretaris Utama

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia,


(6)

(7)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. LATAR BELAKANG ... 1

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ... 1

1.3. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI ... 2

1.3.1. Metode Pengolahan Data ... 2

1.3.2. Konsep dan Definisi ... 2

1.4. RUANG LINGKUP ... 6

BAB II ANALISIS EKSPOR EKONOMI KREATIF 2010-2015 ... 7

2.1. GAMBARAN UMUM ... 7

2.1.1 Perbandingan Ekspor Ekonomi Kreatif dengan Ekspor Nonmigas Nasional……… ... 8

2.1.2 Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor ... 9

2.1.3 Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Negara Tujuan ... 11

2.1.4 Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Pelabuhan Muat ... 14

2.1.5 Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Provinsi Asal ... 16

2.2. SUBSEKTOR FILM, ANIMASI, DAN VIDEO ... 18

2.2.1 Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video menurut Negara Tujuan ... 19

2.2.2 Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video menurut Pelabuhan Muat ... 19

2.2.3 Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video menurut Provinsi Asal ... 20

2.3. SUBSEKTOR KRIYA ... 20

2.3.1 Ekspor Subsektor Kriya menurut Negara Tujuan ... 22 iii

vii


(8)

2.3.2 Ekspor Subsektor Kriya menurut Pelabuhan Muat ... 23

2.3.3 Ekspor Subsektor Kriya menurut Provinsi Asal ... 25

2.4 SUBSEKTOR KULINER ... 26

2.4.1 Ekspor Subsektor Kuliner menurut Negara Tujuan ... 27

2.4.2 Ekspor Subsektor Kuliner menurut Pelabuhan Muat ... 30

2.4.3 Ekspor Subsektor Kuliner menurut Provinsi Asal ... 33

2.5 SUBSEKTOR MUSIK ... 35

2.5.1 Ekspor Subsektor Musik menurut Negara Tujuan ... 37

2.5.2 Ekspor Subsektor Musik menurut Pelabuhan Muat ... 40

2.5.3 Ekspor Subsektor Musik menurut Provinsi Asal ... 41

2.6 SUBSEKTOR FASHION ... 42

2.6.1 Ekspor Subsektor Fashion menurut Negara Tujuan ... 45

2.6.2 Ekspor Subsektor Fashion menurut Pelabuhan Muat ... 47

2.6.3 Ekspor Subsektor Fashion menurut Provinsi Asal ... 47

2.7 SUBSEKTOR PENERBITAN ... 49

2.7.1 Ekspor Subsektor Penerbitan menurut Negara Tujuan ... 52

2.7.2 Ekspor Subsektor Penerbitan menurut Pelabuhan Muat ... 55

2.7.3 Ekspor Subsektor Penerbitan menurut Provinsi Asal ... 57

2.8 SUBSEKTOR SENI RUPA ... 60

2.8.1 Ekspor Subsektor Seni Rupa menurut Negara Tujuan ... 62

2.8.2 Ekspor Subsektor Seni Rupa menurut Pelabuhan Muat ... 65

2.8.3 Ekspor Subsektor Seni Rupa menurut Provinsi Asal ... 66

BAB III EKSPOR JASA EKONOMI KREATIF ... 68

3.1 PENDAHULUAN ... 68

3.2METODOLOGI ... 68

3.2.1 Data dan Sumber Data ... 68

3.2.2 Metode Estimasi ... 69

3.3ANALISIS ... 69

3.3.1 Ekspor Jasa ... 69

3.3.2 Hasil SKEK 2016 ... 72

3.3.3 Ekspor Jasa Ekraf ... 73 69

69

69

69

70

70

70

73


(9)

iii iv

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... …..75 4.1 KESIMPULAN ... 75 4.2SARAN ... 76 LAMPIRAN

77

77


(10)

(11)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Perbandingan Nilai Ekspor Ekraf, Ekspor Nonmigas dan Ekspor Total, 2010-2015 ... 9 Tabel 2 Nilai Ekspor Ekraf Menurut Subsektor, 2010-2015 ... 10 Tabel 3 Nilai FOB, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf menurut

Negara Tujuan, 2010-2015 ... 12 Tabel 4 Nilai FOB, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf menurut

Pelabuhan Muat, 2010-2015 ... 14 Tabel 5 Berat Bersih, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf menurut

Pelabuhan Muat, 2010-2015 ... 15 Tabel 6 Nilai FOB, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf menurut

Provinsi Asal, 2010-2015 ... 17 Tabel 7 Berat Bersih dan Nilai FOB Subsektor Film, Animasi, dan

Video, 2010 – 2015 ... 18 Tabel 8 Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video

menurut Negara Tujuan, 2010 – 2015 ... 19 Tabel 9 Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video

menurut Pelabuhan Muat, 2010 – 2015... 19 Tabel 10 Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video

menurut Provinsi Asal, 2010 - 2015 ... 20 Tabel 11 Berat Bersih, Nilai FOB dan Persentase Perubahan Ekspor

Subsektor Kriya, 2010-2015 ... 20 Tabel 12 Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya menurut Negara Tujuan,

2010-2015 ... 22 Tabel 13 Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya menurut Pelabuhan Muat,


(12)

Tabel 14 Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor 5 Kelompok KBLI Utama Subsektor Kriya melalui Pelabuhan Juanda (U)-Surabaya, 2014-2015 ... 25 Tabel 15 Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya menurut Provinsi Asal,

2010-2015... 26 Tabel 16 Berat Bersih, Nilai FOB, dan Persentase Perubahan Nilai

Ekspor Subsektor Kuliner, 2010-2015 ... 27 Tabel 17 Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner menurut Negara Tujuan,

2010-2015... 28 Tabel 18 Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner menurut Negara

Tujuan, 2010-2015 ... 29 Tabel 19 Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner menurut Pelabuhan Muat,

2010-2015 ... 30 Tabel 20 Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner menurut Pelabuhan

Muat, 2010-2015 ... 32 Tabel 21 Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner menurut Provinsi Asal,

2010-2015... 33 Tabel 22 Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner menurut Provinsi Asal,

2010-2015... 34 Tabel 23 Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Ekraf Subsektor Musik,

2010 – 2015 ... 36 Tabel 24 Nilai FOB Ekspor Ekraf Subsektor Musik menurut KBLI,

2010 -2015 ... 36 Tabel 25 Berat Bersih (Kg) Ekspor Ekraf Subsektor Musik menurut

Negara Tujuan, 2010 – 2015 ... 37 Tabel 26 Nilai FOB Ekspor Ekraf Subsektor Musik menurut Negara

Tujuan, 2010 – 2015 ... 38 Tabel 27 Berat Bersih Ekspor Ekraf Subsektor Musik menurut

Pelabuhan Muat, 2010 – 2015 ... 40 Tabel 28 Nilai FOB Ekspor Ekraf Subsektor Musik menurut Pelabuhan


(13)

vi vii

Tabel 29 Nilai FOB Ekspor Ekraf Subsektor Musik menurut Provinsi Asal, 2010 – 2015 ... 42 Tabel 30 Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Fashion

Indonesia, 2010-2015 ... 42 Tabel 31 Nilai FOB Ekspor Subsektor Fashion Menurut KBLI,

2010-2015 ... 44 Tabel 32 Ekspor Subsektor Fashion Menurut Negara Tujuan,

2010-2015... 46 Tabel 33 Nilai FOB Ekspor Subsektor Fashion menurut Pelabuhan

Muat tahun 2010-2015 ... 47 Tabel 34 Nilai FOB Ekspor Subsektor Fashion menurut Provinsi Asal

Barang, 2010-2015 ... 48 Tabel 35 Nilai FOB Ekspor Subsektor Penerbitan menurut Klasifikasi

Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015, 2010-2015 ... 51 Tabel 36 Nilai FOB dan Perubahan Ekspor Subsektor Penerbitan 10

Negara Tujuan Utama, 2010-2015 ... 53 Tabel 37 Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Penerbitan

menurut 10 Pelabuhan Muat Utama, 2010-2015 ... 55 Tabel 38 Perkembangan Nilai Ekspor Subsektor Penerbitan menurut 10

Provinsi Asal Utama, 2010-2015 ... 58 Tabel 39 Perkembangan Nilai FOB Ekspor Ekraf Subsektor

Seni Rupa, 2010-2015 ... 62 Tabel 40 Perkembangan Nilai FOB Ekspor Ekraf Subsektor Seni Rupa

menurut Kawasan Negara, 2010-2015 ... 62 Tabel 41 Persentase Perubahan Ekspor Ekraf Subsektor Seni Rupa

menurut Kawasan Negara, 2010-2015 ... 63 Tabel 42 Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Seni Rupa

menurut Negara Tujuan, 2010-2015 ... 64 Tabel 43 Perkembangan Nilai FOB Ekspor Ekraf Subsektor Seni Rupa


(14)

Tabel 44 Perkembangan Nilai FOB Ekspor Ekraf Subsektor Seni Rupa

menurut Provinsi Asal Barang, 2010-2015 ... 66 Tabel 45 Ekspor Jasa Ekraf 2010-2015 (juta US$) ... 70 Tabel 46 Ringkasan Hasil SKEK 2016 ... 73 Tabel 47 Hasil Estimasi Ekspor Jasa Ekraf menurut 16 Subsektor, 2014

-2015 ... 74 71

74


(15)

viii ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Perkembangan Nilai Ekspor Ekraf dan Ekspor Total, 2010-2015 ... 7 Gambar 2 Peranan Ekspor Ekraf Menurut Subsektor Tahun 2014 dan

2015 ... 11 Gambar 3 Peranan Ekspor Ekraf ke 10 Negara Tujuan Terbesar (%),

2014-2015 ... 13 Gambar 4 Berat Bersih Ekspor Ekraf ke Tanjung Priok, Tanjung Perak

dan Tanjung Emas menurut Subsektor Tahun 2015 (ribu ton) ... 16 Gambar 5 Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya,

2010-2015 ... 21 Gambar 6 Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya 5 Negara Tujuan Utama,

2010–2015 ... 23 Gambar 7 Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner

5 Negara Utama, 2010-2015 ... 28 Gambar 8 Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner

5 Negara Tujuan Utama, 2010-2015 ... 29 Gambar 9 Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner

menurut Pelabuhan Muat Utama, 2010-2015 ... 31 Gambar 10 Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner

menurut 5 Pelabuhan Muat Utama, 2010-2015 ... 32 Gambar 11 Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner

menurut Provinsi Asal Utama, 2010-2015 ... 34 Gambar 12 Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner

5 Provinsi Asal Utama, 2010-2015 ... 35 Gambar 13 Perkembangan Nilai Ekspor Ekraf Subsektor Musik (US$)


(16)

Gambar 14 Perkembangan Nilai Ekspor Ekraf Subsektor Musik (US$) menurut Pelabuhan Muat, 2010 – 2015 ... 41 Gambar 15 Perkembangan Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Ekraf

Subsektor Fashion, 2010-2015 ... 43 Gambar 16 Persentase Peranan Nilai FOB Ekspor Subsektor Fashion

menurut Negara Tujuan Tahun 2015 ... 46 Gambar 17 Perkembangan Nilai FOB Subsektor Fashion Menurut

Provinsi Asal Barang 2010-2015 ... 48 Gambar 18 Nilai FOB Ekspor Ekraf Subsektor Penerbitan, 2010 -2015 ... 49 Gambar 19 Perkembangan Berat Bersih Ekspor Ekraf Subsektor

Penerbitan, 2010-2015 ... 50 Gambar 20 Perkembangan Nilai Ekspor Subsektor Penerbitan menurut

KBLI 2015, 2010-2015 ... 52 Gambar 21 Pangsa Pasar Ekspor Subsektor Penerbitan Menurut Negara

Tujuan Utama Tahun 2015 ... 54 Gambar 22 Peranan Nilai Ekspor Subsektor Penerbitan menurut

Pelabuhan Muat Utama, 2014-2015... 56 Gambar 23 Peranan Nilai Ekspor Subsektor Penerbitan menurut

Provinsi Asal Utama, 2014-2015 ... 59 Gambar24Persentase Peranan Ekspor Ekraf Subsektor Seni Rupa

terhadap Total Ekspor Ekraf, 2010-2015 ... 60 Gambar 25 Perkembangan Nilai FOB Ekspor Ekraf Subsektor Seni

Rupa, 2010-2015 ... 61 Gambar 26 Pangsa Pasar Ekspor Ekraf Subsektor Seni Rupa menurut

Kawasan Negara, 2010-2015 ... 63 Gambar 27 Nilai Ekspor Jasa Ekraf dan Pertumbuhannya, 2010-2015 ... 70 Gambar 28 Ekspor Ekraf, Ekspor Jasa Ekraf dan Ekspor Barang Ekraf,

2010-2015 ... 71 Gambar 29 Presentase Jumlah Usaha/Perusahaan yang Melakukan

Ekspor Jasa Ekraf menurut Subsektor 2015 ... 72 71

72


(17)

x

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Instruksi Presiden No.6 Tahun 2009, ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, ketrampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara diharapkan tidak lagi hanya mengandalkan sumber daya alam sebagai aset utama.

Ekonomi kreatif merupakan salah satu sektor yang menjadi harapan baru bagi perekonomian Indonesia. Berbeda dengan sektor lain yang sangat tergantung pada eksploitasi sumber daya alam, kekuatan ekonomi kreatif lebih bertumpu kepada keunggulan sumber daya manusia. Karya seni, arsitektur, buku, inovasi teknologi, dan animasi, berasal dari ide-ide kreatif pemikiran manusia.1

Pengembangan ekonomi kreatif tentunya membutuhkan data-data salah satunya adalah data ekspor ekonomi kreatif. Selama ini data series mengenai ekspor ekonomi kreatif belum tersedia. Sehingga Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) bekerja sama untuk menyusun data series ekspor ekonomi kreatif tersebut. Selanjutnya analisis ini disusun sebagai penjelasan ringkas dari data series tersebut.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Secara umum maksud dan tujuan dari analisis ini adalah:

1. Mengidentifikasi subsektor apa saja yang menjadi ekspor andalan dari

sektor ekraf.

1


(18)

2. Mengidentifikasi perkembangan ekspor beberapa subsektor yang menjadi bagian dari sektor ekraf.

3. Mengidentifikasi seberapa besar peranan ekspor sektor ekraf terhadap

ekspor Indonesia.

4. Keinginan mewujudkan kondisi ekspor sektor ekraf yang mampu

berkompetisi secara unggul di tingkat nasional maupun global.

1.3 METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI

1.3.1. Metode Pengolahan Data

Data ekspor ekonomi kreatif (ekraf) yang tersedia merupakan data bulanan tahun 2010 sampai dengan 2015. Dalam melakukan pengolahan data digunakan Software Microsoft Visual Foxpro dan Microsoft Office. Variabel-variabel yang diolah adalah Harmonized System (HS), Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), subsektor ekraf, pelabuhan muat, provinsi muat, provinsi asal, negara tujuan, berat bersih, dan nilai FOB (Free on Board).

1.3.2. Konsep dan Definisi

Beberapa konsep dan definisi variabel-variabel terkait dengan ekspor ekonomi kreatif adalah sebagai berikut:

1. Harmonized System (HS) merupakan suatu daftar penggolongan barang yang dibuat secara sistematis dengan tujuan mempermudah penarifan, transaksi perdagangan, pengangkutan dan statistik yang telah diperbaiki dari sistem klasifikasi sebelumnya. HS juga didefinisikan sebagai standar internasional atas sistem penamaan dan penomoran yang digunakan untuk pengklasifikasi produk perdagangan dan turunannya yang dikelola

oleh World Customs Organization (WCO).

2. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) merupakan klasifikasi baku mengenai kegiatan ekonomi yang terdapat di Indonesia, yang dirinci menurut kategori. KBLI hanya mengelompokkan unit produksi menurut


(19)

kegiatan ekonomi tidak membedakan unit produksi menurut kepemilikan, jenis badan hukum, formal atau informal.

3. Pelabuhan muat merupakan pelabuhan tempat muat barang yang akan

diekspor.

4. Provinsi muat merupakan provinsi tempat muat barang yang akan

diekspor.

5. Provinsi asal merupakan provinsi asal barang yang akan diekspor.

6. Negara tujuan merupakan negara tujuan ekspor.

7. Berat bersih merupakan berat bersih barang tanpa kemasan (dalam satuan Kg).

8. Nilai FOB merupakan nilai ekspor (dalam satuan US$). Dalam FOB pihak

eksportir hanya bertanggung jawab sampai barang berada di atas kapal (vessel).

9. Ekonomi kreatif adalah perwujudan nilai tambah dari suatu kekayaan

intelektual yang lahir dari kreativitas manusia berbasis ilmu pengetahuan, warisan budaya, dan teknologi. Ekonomi kreatif ini terbagi menjadi 16 subsektor.

10. Subsektor Arsitektur merupakan wujud hasil penerapan pengetahuan,

ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang.

11. Subsektor Desain Interior merupakan kegiatan yang memecahkan masalah

fungsi dan kualitas interior; menyediakan layanan terkait ruang interior untuk meningkatkan kualitas hidup; dan memenuhi aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik.

12. Subsektor Desain Komunikasi Visual merupakan seni menyampaikan pesan

(arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, mempengaruhi hingga merubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Sedang bahasa


(20)

rupa yang dipakai berbentuk grafis, tanda, simbol, ilustrasi gambar/foto, tipografi/huruf dan sebagainya.

13. Subsektor Desain Produk merupakan salah satu unsur memajukan industri

agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan mempunyai kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan jaminan dan sebagainya. Industrial Design Society of America (IDSA) mendefinisikan desain produk sebagai layanan professional yang menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesifikasi yang mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu produk dan sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik. 14. Subsektor Film, Animasi, dan Video. Film merupakan karya seni gambar

bergerak yang memuat berbagai ide atau gagasan dalam bentuk audio visual, serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematografi. Animasi merupakan tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa. Video merupakan sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam

cara merekam (capture) atau membuat gambar bergerak, yang

ditampilkan melalui media presentasi, yang mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang berdaya saing, dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi.

15. Subsektor Fotografi merupakan sebuah industri yang mendorong

penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi citra dari suatu objek foto dengan menggunakan perangkat fotografi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja.

16. Subsektor Kriya merupakan bagian dari seni rupa terapan yang

merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni,


(21)

produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya.

17. Subsektor Kuliner merupakan kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen.

18. Subsektor Musik merupakan segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.

19. Subsektor Fashion merupakan suatu gaya hidup dalam berpenampilan

yang mencerminkan identitas diri atau kelompok.

20.Subsektor Aplikasi dan Game Developer merupakan suatu media atau aktivitas yang memungkinkan tindakan bermain berumpan balik dan memiliki karakteristik setidaknya berupa tujuan (objective) dan aturan (rules).

21. Subsektor Penerbitan merupakan suatu usaha atau kegiatan mengelola

informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi.

22.Subsektor Periklanan merupakan bentuk komunikasi melalui media

tentang produk dan/atau merek kepada khalayak sasarannya agar memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa.

23.Subsektor Televisi dan Radio. Televisi merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan gambar


(22)

yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan. Radio merupakan kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.

24.Subsektor Seni Pertunjukan merupakan cabang kesenian yang melibatkan

perancang, pekerja teknis dan penampil (performers), yang mengolah,

mewujudkan dan menyampaikan suatu gagasan kepada penonton (audiences); baik dalam bentuk lisan, musik, tata rupa, ekspresi dan gerakan tubuh, atau tarian; yang terjadi secara langsung (live) di dalam ruang dan waktu yang sama, di sini dan kini (hic et nunc).

25.Subsektor Seni Rupa merupakan penciptaan karya dan saling berbagi

pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya.

1.4 RUANG LINGKUP

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015, kegiatan ekonomi kreatif mencakup 16 subsektor. Subsektor-subsektor tersebut adalah arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; film, animasi dan video; fotografi; kriya; kuliner; musik; fashion; aplikasi dan game developer; penerbitan; periklanan; televisi dan radio; seni pertunjukan; dan seni rupa. Analisis ini hanya akan membahas tujuh subsektor ekraf yang terdapat dalam seri data ekspor Indonesia periode 2010-2015. Subsektor-subsektor tersebut adalah film, animasi dan video; kriya; kuliner; musik; fashion; penerbitan; dan seni rupa.


(23)

BAB II

ANALISIS EKSPOR EKONOMI KREATIF

2010-2015

2.1. GAMBARAN UMUM

Perkembangan ekspor dunia terus mengalami perubahan. Begitu juga dengan kondisi ekspor Indonesia tidak terlepas dari perubahan global yang terjadi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor. Melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia akhir-akhir ini salah satunya disebabkan oleh menurunnya nilai ekspor Indonesia akibat penurunan harga komoditas andalan ekspor Indonesia di pasar internasional seperti batu bara, kelapa sawit, karet dan mineral. Pengembangan ekspor ekonomi kreatif (ekraf) yang berbasis pada sumber daya terbarukan yaitu ide, kreativitas dan inovasi dari sumber daya manusia serta berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi berpotensi besar mendorong kembali pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Gambar 1. Perkembangan Nilai Ekspor Ekraf dan Ekspor Total, 2010-2015

0 50 000 100 000 150 000 200 000 250 000

2010 2011 2012 2013 2014 2015

N

il

a

i

(j

u

ta

U

S

$

)


(24)

Seperti terlihat pada Gambar 1, selama periode 2012 sampai dengan 2015, ekspor Indonesia cenderung terus mengalami penurunan. Namun sebaliknya ekspor ekraf cenderung terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 nilai ekspor ekraf mencapai US$19,36 miliar, mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan ekspor ekraf pada tahun 2010 yang hanya sebesar US$13,51 miliar. Selama ini data series mengenai ekspor ekraf Indonesia belum banyak dianalisis, sehingga analisis ini disusun untuk menggambarkan kondisi ekspor ekonomi kreatif Indonesia selama periode 2010 sampai 2015 berdasarkan data ekspor yang disusun oleh Subdirektorat Statistik Ekspor BPS RI.

2.1.1. Perbandingan Ekspor Ekonomi Kreatif dengan Ekspor Nonmigas

Nasional

Selama periode 2010 sampai 2015, ekspor nonmigas Indonesia cenderung terus mengalami penurunan. Ekspor nonmigas hanya mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 24,88 persen, selanjutnya terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Ekspor nonmigas mengalami penurunan terbesar pada tahun 2015 yaitu sebesar 9,71 persen. Seperti terlihat pada Tabel 1, perkembangan nilai ekspor nonmigas yang cenderung menurun ini sejalan dengan perkembangan nilai ekspor Indonesia secara keseluruhan. Akan tetapi penurunan ekspor keseluruhan pada tahun 2015 cenderung lebih tajam karena masih ditambah dengan penurunan dari ekspor komoditi migas yang cukup besar.

Berbeda dengan ekspor nonmigas, ekspor ekraf justru menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Selama periode 2010 sampai 2015, ekspor ekraf hanya mengalami penurunan nilai ekspor pada tahun 2012 sebesar 1,29 persen. Selanjutnya ekspor ekraf terus mengalami peningkatan sampai tahun 2015. Secara rata-rata ekspor ekraf mengalami peningkatan sebesar 7,67 persen per tahun selama periode 2010-2015, jauh lebih besar jika dibandingkan peningkatan ekspor nonmigas yang rata-ratanya hanya


(25)

mencapai 0,99 persen per tahun. Peningkatan terbesar ekspor ekraf terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar US$2.294,3 juta atau sebesar 14,46 persen.

Tabel 1. Perbandingan Nilai Ekspor Ekraf, Ekspor Nonmigas dan Ekspor Total, 2010-2015

Jika dibandingkan dengan ekspor komoditi nonmigas, secara rata-rata selama periode 2010 sampai 2015 ekspor komoditi ekraf mencapai 11,31 persen dari keseluruhan ekspor nonmigas. Dari tahun ke tahun peranan ekspor ekraf terus mengalami peningkatan, dari awalnya hanya mencapai 10,41 persen pada tahun 2010 selanjutnya terus mengalami peningkatan hingga mencapai 14,69 persen pada tahun 2015. Pencapaian peranan hingga 14,69 persen pada tahun 2015 tersebut hampir sama dengan peranan ekspor komoditi pertambangan terhadap ekspor nonmigas yang mencapai 14,76 persen.

2.1.2. Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Subsektor

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2015, kegiatan ekonomi kreatif mencakup 16 subsektor. Subsektor-subsektor tersebut adalah: arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain produk; film, animasi dan video; fotografi; kriya; kuliner; musik; fashion; aplikasi dan game developer; penerbitan; periklanan; televisi dan radio; seni pertunjukan; dan seni rupa. Masing-masing subsektor tersebut terdiri dari beberapa kelompok Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015 lima digit.

2010 2011 2012 2013 2014 2015 (2) (3) (4) (5) (6) (7) Ekraf (juta US$) 13 507,0 15 641,4 15 439,6 15 870,6 18 164,9 19 364,1 Nonmigas (juta US$) 129 739,5 162 019,6 153 043,0 149 918,8 145 961,2 131 791,9 Total (juta US$) 157 779,1 203 496,6 190 020,3 182 551,8 175 980,0 150 366,3 Ekraf (%) - 15,80 -1,29 2,79 14,46 6,60 Nonmigas (%) - 24,88 -5,54 -2,04 -2,64 -9,71 Total (%) - 28,98 -6,62 -3,93 -3,60 -14,55 Thd Ekspor Nonmigas (%) 10,41 9,65 10,09 10,59 12,45 14,69 Thd Ekspor Total (%) 8,56 7,69 8,13 8,69 10,32 12,88 Desk rip si

(1) Nilai Ek sp or

Perubahan Ek sp or Peranan Ek sp or Ek raf


(26)

Tabel 2. Nilai Ekspor Ekraf menurut Subsektor, 2010-2015

Subsektor

Nilai FOB (Ribu US$)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Film, Animasi, Video

0,0 2,0 0,0 0,0 0,0 0,1

Kriya 4 294 196,8 4 390 189,6 4 358 484,7 4 282 512,5 6 363 369,8 7 264 504,8

Kuliner 594 239,5 863 166,3 960 895,4 956 934,0 1 081 180,1 1 178 955,6

Musik 4,9 2,5 20,4 56,9 10,6 29,0

Fashion 8 584 325,1 10 356 882,4 10 084 407,5 10 593 408,8 10 698 835,3 10 895 217,7

Penerbitan 28 602,7 22 210,7 21 200,0 27 159,6 15 983,6 22 334,5

Seni Rupa 5 631,9 8 943,7 14 573,6 10 556,6 5 550,6 3 035,7

Total 13 507 000,9 15 641 397,2 15 439 581,6 15 870 628,3 18 164 929,9 19 364 077,4

Tidak semua komoditi subsektor-subsektor ekraf ada dalam seri data ekspor Indonesia. Selama periode 2010-2015 hanya ada tujuh subsektor ekraf yang komoditinya diekspor ke luar negeri yaitu fashion; kriya; kuliner; penerbitan; seni rupa; musik; dan film, animasi dan video. Dari ketujuh subsektor tersebut, 90 persen lebih merupakan ekspor komoditi fashion dan kriya, sekitar lima persen adalah ekspor komoditi subsektor kuliner dan sisanya adalah ekspor dari komoditi subsektor penerbitan; seni rupa; musik; serta film, animasi, video. Subsektor film, animasi dan video merupakan subsektor yang memiliki nilai ekspor terkecil, selama periode 2010-2015 ekspor komoditi ini hanya terjadi pada tahun 2011 dan 2015.

Pada tahun 2015 nilai ekspor subsektor fashion mencapai US$10,90 miliar, meningkat sebesar 1,84 persen dibandingkan ekspor komoditi ini pada tahun 2014. Sedangkan ekspor komoditi subsektor kriya pada tahun 2015 nilai ekspornya mencapai US$7,26 miliar, meningkat sebesar 14,16 persen dibandingkan ekspor komoditi ini tahun 2014. Jika kontribusi ekspor komoditi subsektor fashion dan kriya dibandingkan, maka terlihat bahwa pada tahun 2015 kontribusi ekspor komoditi subsektor fashion menurun sedangkan kontribusi ekspor komoditi subsektor kriya meningkat. Penurunan


(27)

96,8 89,6 84,7 12,5 69,8 04,8

39,5 66,3 95,4 34,0 80,1 55,6

4,9 2,5 20,4 56,9 10,6 29,0

25,1 82,4 07,5 08,8 35,3 17,7

n 02,7 10,7 00,0 59,6 83,6 34,5

31,9 43,7 73,6 56,6 50,6 35,7

0,9 97,2 81,6 8,3 29,9 7,4

penurunan nilai dari ekspor komoditi tersebut pada tahun 2015, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya ekspor komoditi subsektor fashion tetap mengalami peningkatan namun presentase kenaikan nilai ekspornya lebih kecil dibandingkan peningkatan ekspor komoditi subsektor kriya.

Gambar 2. Peranan Ekspor Ekraf Menurut Subsektor Tahun 2014 dan 2015

2.1.3. Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Negara Tujuan

Nilai ekspor kesepuluh negara tujuan ekspor terbesar selama periode 2010-2015 terdapat pada Tabel 3. Pada tahun 2015 nilai ekspor ke sepuluh negara tersebut mencapai US$13,38 miliar atau 69,09 persen dari ekspor ekraf secara keseluruhan. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, ekspor ke sepuluh negara tersebut pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 14,23 persen. Nilai ekspor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah nilai ekspor ke Swiss yaitu sebesar 2.346,07 persen. Pada tahun 2014 nilai ekspor ke Swiss hanya sebesar US$39,3 juta dan meningkat menjadi US$960,9 juta pada tahun 2015. Peningkatan ekspor yang cukup besar ke Swiss disebabkan oleh permintaan yang tinggi akan komoditi hasil subsektor kriya yaitu hasil industri barang perhiasan dari logam mulia untuk keperluan pribadi.

35,03%

5,95% 58,90%

0,12%

2014

Kriya Kuliner Fashion Lainnya

37,52%

6,09% 56,27%

0,13%


(28)

Dari kesepuluh negara tujuan ekspor tersebut, ekspor ekraf yang terus menerus mengalami peningkatan adalah ekspor ekraf ke negara Taiwan, Tiongkok, dan Hongkong. Tiongkok merupakan negara yang selalu mengalami pertumbuhan di atas 20 persen selama periode 2010-2015. Sedangkan ekspor ekraf yang terus mengalami penurunan selama periode tersebut adalah Inggris. Pada tahun 2010 nilai ekspor ekraf ke Inggris mencapai US$689,8 juta, selanjutnya terus mengalami penurunan hingga pada tahun 2015 nilai ekspor ekrafnya menjadi US$553,2 juta.

Tabel 3. Nilai FOB, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf menurut Negara Tujuan, 2010-2015

Negara

Nilai FOB

(Juta US$) Total Ekraf Peran thd 2015

(%)

% Perubahan

2015 thd 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Amerika Serikat 5 647,3 6 221,8 5 891,1 6 125,0 6 058,7 6 142,8 31,72 1,39 Jepang 773,2 1 047,2 1 244,6 1 336,5 1 342,4 1 305,3 6,74 -2,77 Taiwan 102,7 121,5 126,7 145,6 549,2 965,4 4,99 75,76 Swiss 25,1 25,2 24,0 22,7 39,3 960,9 4,96 2 346,07 Jerman 833,2 981,9 888,5 846,1 924,0 882,5 4,56 -4,49 Singapura 299,3 302,3 345,0 325,8 539,5 740,2 3,82 37,21 Tiongkok 170,7 292,4 362,2 446,0 551,0 675,7 3,49 22,63 Hongkong 88,8 132,9 157,7 166,5 532,5 584,7 3,02 9,80 Belgia 438,1 534,3 526,3 503,5 584,0 567,8 2,93 -2,78 Inggris 689,8 656,0 638,4 596,1 590,8 553,2 2,86 -6,36 Total 10 Negara 9 068,3 10 315,5 10 204,5 10 513,8 11 711,6 13 378,6 69,09 14,23 Lainnya 4 438,7 5 326,0 5 235,1 5 356,8 6 453,4 5 985,5 30,91 -7,25 Total Ekspor Ekraf 13 507,0 15 641,4 15 439,6 15 870,6 18 164,9 19 364,1 100,00 6,60

Selama periode 2010-2015, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor komoditi subsektor ekraf Indonesia yang terbesar. Pada tahun 2015, ekspor komoditi ekraf ke Amerika Serikat mencapai US$6,14 miliar dan mengalami peningkatan sebesar 1,39 persen dibandingkan tahun 2014. Jika dihitung, secara rata-rata setiap tahun peranan ekspor komoditi subsektor ekraf ke negara tersebut mencapai 37,24 persen terhadap keseluruhan ekspor


(29)

thd 10 11 12 13 14 15

) ) ) ) ) ) ) t 5 647,3 6 221,8 5 891,1 6 125,0 6 058,7 6 142,8 31,72 1,39

773,2 47,2 1 244,6 1 336,5 1 342,4 1 305,3 6,74 2,77 102,7 121,5 126,7 145,6 549,2 965,4 4,99 75,76 25,1 25,2 24,0 22,7 39,3 960,9 4,96 2 346,07 833,2 981,9 888,5 846,1 924,0 882,5 4,56 4,49 299,3 302,3 345,0 325,8 539,5 740,2 3,82 37,21 170,7 292,4 362,2 446,0 551,0 675,7 3,49 22,63 88,8 132,9 157,7 166,5 532,5 584,7 3,02 9,80 438,1 534,3 526,3 503,5 584,0 567,8 2,93 2,78 689,8 656,0 638,4 596,1 590,8 553,2 2,86 6,36 a 68,3 15,5 04,5 13,8 11,6 78,6 9,09 4,23 38,7 26,0 35,1 56,8 53,4 85,5 0,91 7,25 kraf 07,0 41,4 39,6 70,6 64,9 64,1 0,00 6,60

2014 2015 Amerika Serikat 33,35 % Amerika Serikat 31,72 % Jepang 7,39 % Taiwan Swiss Jerman Inggris

Belgia Hongkong Tiongkok Singapura

Belgia Inggris Jerman Swiss Taiwan Jepang Hongkong Tiongkok Singapura 3,22 % 2,93 % 3,25 % 2,86 % 5,09 % 4,56 % 0,22 % 4,96 % 3,02 %

4,99 % 6,74 %

2,93 % 3,02 % 3,03 % 3,49 % 2,97 % 3,82 % ekraf Indonesia. Pada tahun 2015 peranannya mencapai 31,72 persen, mengalami penurunan sebesar 1,63 persen dibandingkan dengan peranannya pada tahun 2014.

Selanjutnya negara tujuan ekspor terbesar kedua adalah Jepang. Pada tahun 2015 ekspor ekraf Indonesia ke negara ini mencapai US$1,31 miliar, menurun sebesar 2,77 persen dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 2014 yang mencapai nilai US$1,34 miliar. Pada tahun 2015, peranan ekspor ekraf ke Jepang mencapai 6,74 persen. Peranan ini mengalami penurunan sebesar 0,65 persen dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 7,39 persen. Sejak tahun 2013 peranan ekspor ke negara Jepang terus mengalami penurunan. Secara rata-rata selama periode 2010-2015 peranan ekspor ekraf ke negara ini sebesar 7,17 persen setiap tahunnya.

Gambar 3. Peranan Ekspor Ekraf ke 10 Negara Tujuan Terbesar (%), 2014-2015


(30)

2.1.4. Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Pelabuhan Muat

Tabel 4 berisi nilai ekspor dari sepuluh pelabuhan muat ekspor terbesar selama periode 2010-2015. Pada tahun 2015, sepuluh pelabuhan muat tersebut mengangkut ekspor ekraf sebesar US$19,22 miliar atau 99,28 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Jika dilihat secara seri selama periode 2010-2015, maka setiap tahunnya rata-rata sebanyak 98,60 persen ekspor ekraf diangkut dari kesepuluh pelabuhan tersebut dan hanya 1,40 persen diangkut dari pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia.

Tabel 4. Nilai FOB, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf menurut Pelabuhan Muat, 2010-2015

Pelabuhan

Nilai FOB (Juta US$)

Peran thd Total Ekraf 2015 (%)

% Perubahan

2015 thd 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Tanjung Priok 8 832,5 10 621,3 10 619,7 10 736,6 10 922,9 10 917,9 56,38 -0,05 Juanda (U) 23,3 122,9 71,2 74,2 1 848,5 2 624,8 13,56 42,00 Tanjung Emas 1 664,7 1 655,8 1 561,1 1 682,2 1 901,7 2 018,6 10,42 6,15 Soekarno-Hatta (U) 1 021,0 1 094,3 961,6 1 130,5 1 257,6 1 688,0 8,72 34,22 Tanjung Perak 1 290,5 1 372,3 1 388,9 1 400,3 1 412,3 1 416,6 7,32 0,31 Batu Ampar 157,7 298,6 296,6 275,7 253,6 253,7 1,31 0,07 Ngurah Rai (U) 143,1 151,2 136,8 128,5 123,8 113,3 0,59 -8,50 Sekupang 33,0 43,9 61,7 68,9 61,3 69,6 0,36 13,56 Sungai Guntung 0,0 - 38,6 42,7 62,2 69,6 0,36 11,88 Belawan 80,1 84,4 83,6 71,2 64,4 52,2 0,27 -18,95 Total 10 Pelabuhan 13 245,8 15 444,8 15 219,7 15 610,6 17 908,4 19 224,5 99,28 7,35 Lainnya 261,2 196,6 219,8 260,0 256,5 139,6 0,72 -45,58 Total Ekspor Ekraf 13 507,0 15 641,4 15 439,6 15 870,6 18 164,9 19 364,1 100,00 6,60

Dari peranan sebesar 99,28 persen; 56,38 persen ekspor ekraf tahun 2015 diekspor melalui pelabuhan Tanjung Priok; 13,56 persen diekspor melalui bandar udara Juanda; 10,42 persen diekspor melalui pelabuhan Tanjung Emas; 8,72 persen diekspor melalui bandar udara Soekarno Hatta; 7,32 persen diekspor melalui pelabuhan Tanjung Perak; serta sisanya melalui pelabuhan Batu Ampar, Sekupang, Sungai Guntung, Belawan dan bandar udara Ngurah Rai. Dari sepuluh pelabuhan muat tersebut, ekspor ekraf tahun 2015 yang melalui bandar udara Juanda mengalami peningkatan paling tinggi yaitu sebesar 42,00 persen jika dibandingkan ekspor ekraf tahun 2014.


(31)

ran ) ) ) ) ) ) (8)

8 832,5 621,3 619,7 736,6 922,9 917,9 56,38 0,05 23,3 122,9 71,2 74,2 1 848,5 2 624,8 13,56 42,00 1 664,7 1 655,8 1 561,1 1 682,2 1 901,7 2 018,6 10,42 6,15 U) 21,0 94,3 961,6 30,5 1 257,6 1 688,0 8,72 34,22 1 290,5 1 372,3 1 388,9 0,3 1 412,3 416,6 7,32 0,31 157,7 298,6 296,6 275,7 253,6 253,7 1,31 0,07 143,1 151,2 136,8 128,5 123,8 113,3 0,59 8,50 33,0 43,9 61,7 68,9 61,3 69,6 0,36 13,56 0,0 - 38,6 42,7 62,2 69,6 0,36 11,88 80,1 84,4 83,6 71,2 64,4 52,2 0,27 18,95 an 45,8 44,8 19,7 10,6 08,4 24,5 9,28 7,35 61,2 96,6 19,8 0,0 56,5 39,6 0,72 5,58 af 07,0 41,4 39,6 70,6 64,9 64,1 0,00 6,60

Sedangkan ekspor ekraf melalui pelabuhan Belawan mengalami penurunan nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 18,95 persen.

Tabel 5 berikut berisi berat bersih ekspor ekraf terbanyak berdasarkan pelabuhan muatnya. Jika dilihat berdasarkan berat bersihnya pada tahun 2015 sebanyak 98,12 persen ekspor komoditi ekraf dimuat melalui Tanjung Priok, Tanjung Perak, Tanjung Emas, Batu Ampar, Kabil/Panau, Belawan, Sungai Guntung, Tanjung Leneng, Sekupang dan bandar udara Soekarno Hatta. Berat bersih ekspor dari sepuluh pelabuhan muat tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,98 persen jika dibandingkan dengan tahun 2014.

Tabel 5. Berat Bersih, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf menurut Pelabuhan Muat, 2010-2015

Pelabuhan Berat Bersih (Ribu Ton) Peran thd Total Ekraf 2015 (%) % Perubahan 2015 thd 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Tanjung Priok 1 381,7 1 466,4 1 447,9 1 327,9 1 330,0 1 318,0 52,68 -0,91 Tanjung Perak 536,6 501,7 493,0 480,4 501,3 507,2 20,27 1,16 Tanjung Emas 401,9 320,1 273,7 271,6 301,1 325,9 13,03 8,23 Batu Ampar 67,1 76,7 95,1 80,5 76,3 90,0 3,60 17,99 Kabil/Panau 1,2 0,8 1,1 3,3 57,6 53,7 2,15 -6,81 Belawan 48,4 42,2 47,4 47,0 48,7 47,4 1,89 -2,68 Soekarno-Hatta(U) 41,6 39,4 39,1 41,9 40,2 44,3 1,77 10,02 Sungai Guntung 0,0 - 24,0 31,6 39,8 44,2 1,76 11,04 Tanjung Leneng - - - 0,6 - 12,6 0,50 - Sekupang 8,1 8,6 9,7 17,2 12,1 11,6 0,47 -3,52 Total 10 Pelabuhan 2 486,5 2 455,9 2 430,8 2 302,0 2 407,2 2 454,9 98,12 1,98 Lainnya 70,1 61,1 66,9 69,7 70,4 47,2 1,88 -33,03 Total Ekraf 2 556,6 2 517,0 2 497,7 2 371,6 2 477,6 2 502,0 100,00 0,99

Berdasarkan berat bersihnya, Pelabuhan Tanjung Priok tetap merupakan pelabuhan yang memuat ekspor ekraf terbanyak selama periode 2010-2015. Pada tahun 2015, berat bersih ekspor ekraf yang dimuat dari pelabuhan ini sebesar 1,32 juta ton atau 52,68 persen terhadap keseluruhan berat ekspor ekraf. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, berat bersih ekspor ekraf yang dimuat dari pelabuhan ini mengalami penurunan sebesar 0,91 persen.


(32)

Gambar 4. Berat Bersih Ekspor Ekraf

Melalui Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Tanjung Emas menurut Subsektor Tahun 2015 (ribu ton)

Pelabuhan yang memuat ekspor ekraf terbanyak kedua adalah Pelabuhan Tanjung Perak. Pada tahun 2015 berat bersih ekspor ekraf yang melalui pelabuhan ini adalah 0,51 juta ton atau 20,27 persen dari keseluruhan berat bersih ekspor ekraf. Selanjutnya pelabuhan terbesar ketiga adalah Pelabuhan Tanjung Emas. Pada tahun 2015 berat bersih ekspor yang dimuat adalah sebanyak 0,33 juta ton atau 13,03 persen dari keseluruhan berat bersih ekspor ekraf Indonesia. Jika dilihat lebih lanjut, komoditi-komoditi yang diangkut dari ketiga pelabuhan tersebut sebagian besar adalah komoditi dari subsektor kriya, fashion dan kuliner.

2.1.5. Ekspor Ekonomi Kreatif menurut Provinsi Asal

Jika dirinci menurut provinsi asal barang, sepuluh provinsi asal utama ekspor ekraf selama periode 2010-2015 adalah seperti yang terdapat pada Tabel 6. Dalam tabel tersebut terlihat bahwa pada tahun 2015, ekspor ekraf dari sepuluh provinsi tersebut mencapai 99,79 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia 2015. Provinsi asal utama ekspor ekraf adalah Provinsi Jawa Barat dengan nilai ekspor sebesar US$6,50 miliar atau 33,56 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Walaupun memiliki nilai ekspor tertinggi namun ekspor ekraf dari Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan sebesar 0,91 persen jika dibandingkan dengan tahun 2014.

564,4 505,1 246,1 2,3 0,1

0 500 1 000

Kriya Fashion Kuliner Penerbitan Seni Rupa Tanjung Priok 408,8 71,6 21,4 5,1 0,2

0 500 1 000

Kriya Kuliner Fashion Penerbitan Seni Rupa Tanjung Perak 218,8 72,5 34,3 0,3 0,0

0 500 1 000

Kriya Fashion Kuliner Penerbitan Seni Rupa Tanjung Emas


(33)

564,4 505,1 246,1 2,3 0,1

0 500 1 000

Kriya ashion uliner rbitan ni Rupa Priok 8,8 71,6 21,4 5,1 0,2

0 500 1 000

Kriya uliner ashion rbitan ni Rupa k 218,8 72,5 34,3 0,3 0,0

0 500 1 000

Kriya ashion Kuliner rbitan ni Rupa as

Tabel 6. Nilai FOB, Peranan dan Perubahan Ekspor Ekraf menurut Provinsi Asal, 2010-2015

Provinsi Asal

Nilai FOB

(Juta US$) Total Ekraf Peran thd 2015 (%) % Perubahan 2015 thd 2014 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Jawa Barat 4 916,8 5 831,7 5 877,6 6 297,7 6 559,1 6 499,2 33,56 -0,91 Jawa Timur 1 229,3 1 403,5 1 401,4 1 444,3 3 237,7 4 037,4 20,85 24,70 Banten 2 559,4 3 167,2 3 073,7 3 047,7 2 921,7 3 033,2 15,66 3,81 Jawa Tengah 2 010,7 2 106,7 2 080,8 2 261,8 2 453,7 2 714,0 14,02 10,61 Dki Jakarta 1 895,6 2 125,3 1 944,2 1 767,9 1 895,0 2 033,1 10,50 7,29 Kepulauan Riau 181,2 335,4 36,0 203,1 175,8 366,4 1,89 108,42 Bali 336,2 345,6 309,1 282,7 281,7 256,3 1,32 -9,03 Di Yogyakarta 157,2 160,5 195,0 205,0 230,9 243,3 1,26 5,38 Riau 45,8 37,6 392,5 247,2 289,4 87,0 0,45 -69,93 Sumatera Utara 83,2 87,1 87,2 73,7 67,6 54,0 0,28 -20,10 Total 10 Provinsi 13 415,3 15 600,6 15 397,5 15 831,2 18 112,7 19 324,0 99,79 6,69 Lainnya 91,7 40,8 42,1 39,5 52,2 40,1 0,21 -23,23 Total Ekraf 13 507,0 15 641,4 15 439,6 15 870,6 18 164,9 19 364,1 100,00 6,60

Provinsi asal ekspor ekraf terbesar kedua setelah Jawa Barat adalah Jawa Timur. Pada tahun 2015 ekspor ekraf dari provinsi ini mencapai nilai sebesar US$4,04 miliar atau 20,85 persen dari keseluruhan ekspor ekraf Indonesia. Berbeda dengan ekspor ekraf dari Provinsi Jawa Barat yang mengalami penurunan, pada tahun 2015 ekspor ekraf dari Provinsi Jawa Timur mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu 24,70 persen. Selanjutnya daerah provinsi asal terbesar ketiga adalah Provinsi Banten. Seperti Jawa Timur, Provinsi Banten juga mengalami peningkatan nilai ekspor ekraf pada tahun 2015, yaitu sebesar 3,81 persen. Nilai ekspor ekraf Banten pada tahun 2015 mencapai US$3,03 miliar atau 15,66 persen terhadap keseluruhan ekspor ekraf Indonesia.

Dari semua provinsi yang melakukan ekspor ekraf, hanya Provinsi Yogyakarta yang terus mengalami peningkatan nilai ekspor selama periode 2010-2015. Pada tahun 2010, ekspor ekraf dari Yogyakarta hanya mencapai US$157,2 juta, selanjutnya terus mengalami peningkatan hingga tahun 2015 mencapai nilai US$243,3 juta. Yogyakarta memang salah satu provinsi yang


(34)

memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai Kota Ekonomi Kreatif2. Selama periode 2010-2015, lebih dari 99 persen komoditi ekraf yang diekspor dari provinsi ini berupa komoditi subsektor fashion dan kriya.

2.2. SUBSEKTOR FILM, ANIMASI, DAN VIDEO

Film adalah karya seni gambar berbagai ide atau gagasan bentuk audio visual serta dalam proses pembuatannya menggunakan kaidah-kaidah sinematografi. Sedangkan yang dimaksud dengan animasi adalah tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa. Selanjutnya video adalah sebuah aktivitas kreatif berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam atau membuat gambar bergerak yang ditampilkan melalui media presentasi yang mampu memberikan karya gambar bergerak alternatif yang berdaya saing dan memberikan nilai tambahan budaya, sosial, dan ekonomi.

Tabel 7. Berat Bersih dan Nilai FOB Subsektor Film, Animasi, dan Video, 2010 – 2015

Tahun Berat Bersih (Kg) Nilai Fob (US$)

(1) (2) (3)

2010 - -

2011 24,0 2 000,0

2012 - -

2013 - -

2014 - -

2015 2,0 94,0

Berdasarkan data dari tahun 2010–2015, ekspor ekraf menurut subsektor film, animasi dan video hanya melakukan kegiatan ekspor di tahun 2011 dan 2015. Pada tahun 2010, 2012, 2013 dan 2014 tidak ada kegiatan ekspor untuk subsektor film, animasi dan video. Pada tahun 2011 nilai ekspor nya mencapai US$2.000,0 sementara di tahun 2015 nilainya US$94,0.

2

http://www.kemenperin.go.id/artikel/10146/Kemenperin-Gelar-Pameran-Industri-Kreatif-Yogyakarta


(35)

Penurunan juga terjadi pada volume ekspor subsektor film, animasi dan video dari 24 kilogram di tahun 2011 menjadi 2 kilogram di tahun 2015.

2.2.1. Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video menurut Negara Tujuan Kegiatan ekspor pada subsektor film, animasi, dan video hanya dilakukan pada tahun 2011 dan 2015. Hal ini terjadi karena kebutuhan film dan animasi masih banyak dipenuhi karya luar negeri atau impor. Pada tahun 2011, ekspor subsektor film, animasi, dan video hanya ditujukan ke Singapura dengan nilai US$2.000,0. Sedangkan pada tahun 2015 ditujukan ke Hongkong dengan nilai ekspor sebesar US$94,0.

Tabel 8. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video menurut Negara Tujuan, 2010 – 2015

Negara Tujuan Nilai FOB (US$)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Singapura - 2 000,0 - - - -

Hongkong - - - 94,0

2.2.2. Ekspor Subsektor Film, Animasi dan Video menurut Pelabuhan Muat Pada tahun 2011, ekspor subsektor film, animasi dan video hanya melalui bandar udara Soekarno Hatta dengan nilai US$2.000,0. Sedangkan pada tahun 2015 ekspor subsektor ini melalui bandar udara Ngurah Rai hanya mencapai US$94,0.

Tabel 9. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video menurut Pelabuhan Muat, 2010 – 2015

Pelabuhan Muat Nilai FOB (US$)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Soekarno- Hatta (U) - 2 000,0 - - - -


(36)

2.2.3. Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video Menurut Provinsi Asal Provinsi asal ekspor subsektor film, animasi, dan video pada tahun 2011 adalah DKI Jakarta dengan nilai sebesar US$2.000,0 lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 yang hanya sebesar US$94,0. Sementara itu untuk tahun 2010, 2012, 2013, dan 2014 tidak ada kegiatan ekspor untuk subsektor film, animasi, dan video.

Tabel 10. Nilai FOB Ekspor Subsektor Film, Animasi, dan Video menurut Provinsi Asal, 2010 - 2015

Provinsi Asal Nilai FOB (US$)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

DKI Jakarta - 2 000,0 - - - -

Bali - - - 94,0

2.3. SUBSEKTOR KRIYA

Seni kriya merupakan salah satu subsektor yang menjadi ciri khas Bangsa Indonesia dan sangat dekat dengan industri pariwisata. Kriya adalah bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya.

Tabel 11. Berat Bersih, Nilai FOB dan Persentase Perubahan Ekspor Subsektor Kriya, 2010-2015

Tahun Berat Bersih

(Ribu Ton)

Nilai FOB (Juta US$)

% Perubahan Nilai

(1) (2) (3) (4)

2010 1 692,4 4 294,2 -

2011 1 575,1 4 390,1 2,24

2012 1 528,4 4 358,4 -0,72

2013 1 343,2 4 282,5 -1,74

2014 1 402,9 6 363,3 48,59


(37)

i Asal

010 011 12 013 014 015

(2) (3) (4) (5) (6) (7)

akarta - 000,0 - - - -

- - - 94,0

un h

0 692,4 4 294,2 -

11 575,1 4 390,1 2,24

2 528,4 4 358,4 -0,72

3 343,2 4 282,5 -1,74

4 02,9 6 363,3 48,59

5 377,6 7 264,5 14,16

Indonesia memiliki banyak pelaku seni kriya yang kreatif. Banyak dari mereka yang berhasil memasarkan produknya hingga ke luar negeri. Hal ini dibuktikan oleh rata-rata besarnya kontribusi ekspor subsektor kriya sepanjang tahun 2010 hingga 2015 adalah 31,27 persen. Dimana posisi ekspor menurut subsektor kriya ini menempati urutan kedua setelah subsektor fashion dalam dominasi ekspor ekraf.

Gambar 5. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya, 2010-2015

Perkembangan ekspor subsektor kriya dari tahun 2010 hingga 2015 menunjukkan trend yang berfluktuatif baik dari sisi volume maupun nilai. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekspor subsektor kriya mengalami peningkatan sebesar 2,24 persen, namun pada tahun 2012 dan 2013 ekspor subsektor kriya mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,72 persen dan 1,74 persen. Pada tahun 2014 kondisi ekspor subsektor kriya menunjukkan kinerja yang positif yaitu naik sebesar 48,59 persen. Kenaikan pada tahun tersebut merupakan pertumbuhan yang tertinggi dibandingkan tahun 2010 hingga 2015. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan Industri Permata (KBLI 32111) dan Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribadi (KBLI 32112) yang sangat besar pada tahun 2014 masing-masing sebesar 775.579,00

0 200 400 600 800 1 000 1 200 1 400 1 600 1 800 0 1 000 2 000 3 000 4 000 5 000 6 000 7 000 8 000

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Ribu Ton Juta US$


(38)

persen dan 1.366,46 persen. Pada tahun 2015 perkembangan ekspor subsektor kriya terus meningkat sebesar 14,16 persen dibandingkan tahun 2014.

2.3.1. Ekspor Subsektor Kriya menurut Negara Tujuan

Ekspor subsektor kriya merupakan produk kreatif yang mampu membukukan nilai ekspor terbesar kedua dari tujuh subsektor yang ada. Untuk meningkatkan nilai ekspor subsektor kriya, berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah. Hal ini sebagai bentuk dukungan kepada para pelaku kriya untuk terus meningkatkan produk kriyanya, khususnya yang mendukung pengembangan ekspor.

Tabel 12. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya menurut Negara Tujuan, 2010-2015

Negara Tujuan

Nilai FOB (Juta US$) %

Perubahan ‘15 thd ‘14

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Amerika Serikat 1 149,2 1 174,1 1 203,0 1 302,6 1 324,4 1 303,6 -1,57

Swiss 7,3 6,3 8,0 4,8 19,0 941,0 4 862,41

Taiwan 51,6 56,5 45,5 58,8 456,9 861,3 88,52

Singapura 204,8 185,3 182,1 154,0 370,0 549,0 48,37

Hongkong 29,9 51,1 61,1 64,8 418,8 452,8 8,12

Jepang 490,2 571,8 591,8 497,3 472,0 375,8 -20,39

India 23,4 32,5 30,5 27,1 41,7 350,8 741,95

Uni Emirat

Arab 89,5 97,9 93,2 88,1 449,9 313,6 -30,30

Australia 173,4 181,7 184,2 167,1 263,1 194,2 -26,21

Malaysia 128,7 133,8 114,3 133,3 185,4 192,7 3,92

Sepanjang tahun 2010 hingga 2015 negara tujuan utama dari ekspor subsektor kriya adalah Amerika Serikat. Komoditi utama yang diekspor ke negara tersebut adalah komoditi yang berasal dari industri furnitur dari kayu (KBLI 31001). Ekspor ke Amerika Serikat terus mengalami pertumbuhan yang positif hingga tahun 2014. Namun pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 1,57 persen atau sebesar US$1.303,6 juta.


(39)

2) 3) 4) 5) 6) 7)

rikat 1 149,2 1 174,1 203,0 302,6 324,4 303,6 -1,57

7,3 6,3 8,0 4,8 19,0 941,0 4 862,41

51,6 56,5 45,5 58,8 456,9 861,3 88,52

204,8 85,3 82,1 54,0 370,0 549,0 48,37

29,9 51,1 61,1 64,8 418,8 452,8 8,12

490,2 571,8 591,8 497,3 472,0 375,8 20,39

23,4 32,5 30,5 27,1 41,7 350,8 1,95

89,5 97,9 93,2 88,1 449,9 313,6 30,30

73,4 81,7 84,2 67,1 263,1 94,2 26,21

28,7 33,8 114,3 33,3 85,4 92,7 3,92

Gambar 6. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya 5 Negara Tujuan Utama, 2010 – 2015

Negara tujuan utama selanjutnya adalah Swiss. Dari tahun 2010 hingga 2015 perkembangan nilainya berfluktuatif. Walaupun sempat terjadi penurunan nilai ekspor di tahun 2013 sebesar 39,56 persen dengan nilai US$4,8 juta namun di tahun berikutnya meningkat 293,12 persen dengan nilai US$19,0 juta. Peningkatan ini terus berlanjut di tahun 2015 dengan kenaikan yang sangat besar yaitu sebesar 4.862,41 persen dengan nilai US$941,0 juta.

Negara tujuan berikutnya yang merupakan pangsa pasar strategis bagi ekspor subsektor kriya adalah Taiwan, Singapura, Hongkong, India, dan Malaysia. Selama tahun 2015 perkembangan nilai ekspor subsektor kriya ke negara-negara tersebut mengalami peningkatan yang positif. Peningkatan terbesar diantara negara tersebut adalah ekspor ke negara India sebesar 741,95 persen atau dengan nilai US$350,8 juta.

2.3.2. Ekspor Subsektor Kriya menurut Pelabuhan Muat

Pada Tabel 13 dapat dilihat perkembangan nilai ekspor subsektor kriya menurut pelabuhan muat dari tahun 2010 hingga tahun 2015. Adapun pelabuhan muat yang menunjukkan kinerja positif selama tahun 2015 adalah

0 200 400 600 800 1 000 1 200 1 400

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Ju

ta

U

S$


(40)

bandar udara Juanda-Surabaya, bandar udara Soekarno-Hatta, dan pelabuhan Tanjung Emas. Untuk bandar udara Soekarno-Hatta mengalami peningkatan yang tertinggi di tahun 2015 yaitu 103,08 persen atau sebesar US$700,5 juta dibandingkan pada tahun 2014 yaitu sebesar US$347,4 juta. Diikuti bandar udara Juanda-Surabaya sebesar 42,6 persen atau US$2.606,3 juta kemudian pelabuhan Tanjung Emas sebesar 0,90 persen menjadi US$653,5 juta.

Tabel 13. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya menurut Pelabuhan Muat, 2010-2015

Pelabuhan Muat

Nilai FOB

(Juta US$) Perubahan %

‘15 thd ‘14

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Juanda(U)-Surabaya 10,0 111,9 43,9 57,9 1 827,9 2 606,3 42,59

Tanjung Priok 1 860,7 2 054,2 2 177,1 2 030,7 2 101,9 2 004,1 -4,65 Tanjung Perak 1 073,6 1 073,8 1 099,6 1 092,0 1 061,9 1 008,5 -5,03 Soekarno-Hatta (U) 200,2 201,0 171,0 222,6 347,4 705,5 103,08

Tanjung Emas 832,9 675,4 585,0 563,8 647,7 653,5 0,90

Batu Ampar 44,0 41,0 48,5 80,0 125,3 75,0 -40,19

Ngurah Rai (U) 56,6 59,8 50,4 48,5 45,1 44,6 -1,02

Belawan 64,6 62,1 60,2 56,3 53,6 41,7 -22,24

Sekupang 29,3 33,2 50,8 46,3 36,5 33,2 -9,06

Kabil/Panau 6,6 1,7 3,0 10,2 38,6 31,9 -17,31

Berdasarkan nilai ekspor pada tahun 2015, bandar udara Juanda-Surabaya menempati urutan pertama dengan nilai US$2.606,3 juta. Hal ini dipengaruhi oleh ekspor Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribadi (KBLI 32112) sebesar 99,73 persen terhadap total ekspor yang dimuat dari bandar udara Juanda-Surabaya. Kelompok KBLI tersebut meningkat sebesar 43,04 persen di tahun 2015 dengan nilai US$2.599,2 juta dibandingkan dengan tahun yang 2014 yang hanya mencapai US$1.817,2 juta.

Peningkatan nilai ekspor bandar udara Juanda-Surabaya di tahun 2015 yang cukup signifikan juga terjadi pada kelompok KBLI industri alat musik bukan tradisional (KBLI 32202). Kelompok KBLI tersebut meningkat sebesar 406,9 persen dengan nilai US$3.121,8 ribu dibandingkan dengan tahun 2014


(41)

10 11 12 13 14 15

2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

10,0 111,9 43,9 57,9 827,9 2 606,3 42,59

860,7 54,2 77,1 30,7 01,9 004,1 4,65

73,6 73,8 99,6 92,0 61,9 008,5 5,03

ta (U) 200,2 201,0 71,0 222,6 347,4 705,5 03,08 832,9 675,4 585,0 563,8 647,7 653,5 0,90

44,0 41,0 48,5 80,0 25,3 75,0 40,19

56,6 59,8 50,4 48,5 45,1 44,6 -1,02

64,6 62,1 60,2 56,3 53,6 41,7 22,24

29,3 33,2 50,8 46,3 36,5 33,2 9,06

6,6 1,7 3,0 10,2 38,6 31,9 17,31

yang hanya sebesar US$615,8 ribu. Selain kelompok KBLI tersebut, kelompok Industri Alat Dapur dari Kayu, Rotan dan Bambu (KBLI 16294) juga mengalami peningkatan sebesar 1,29 persen atau sebesar US$1.215,0 ribu dibandingkan pada tahun 2014 sebesar US$1.199,6 ribu.

Tabel 14. Berat Bersih dan Nilai FOB Ekspor 5 Kelompok KBLI Utama Subsektor Kriya melalui Pelabuhan Juanda (U)-Surabaya, 2014-2015

Kelompok KBLI

2014 2015

% Perubahan Nilai 2015 thd 2014 Berat Bersih (Ton) Nilai FOB (Juta US$) Berat Bersih (Ton) Nilai FOB (Juta US$)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Industri Barang Perhiasan dari Logam Mulia untuk Keperluan Pribadi (KBLI 32112)

50,7 1 817,2 74,9 2 599,2 43,04

Industri Alat Musik Bukan

Tradisional (KBLI 32202) 15,0 0,6 53,7 3,1 406,92 Industri Pengolahan Lainnya

YTDL (KBLI 32909) 29,7 2,0 52,9 1,4 -30,40 Industri Alat Dapur dari

Kayu, Rotan dan Bambu (KBLI 16294)

22,0 1,2 38,6 1,2 1,29 Industri Kemasan dan Kotak

dari Kertas dan Karton (KBLI 17022)

183,7 0,8 101,7 0,4 -49,41

2.3.3. Ekspor Subsektor Kriya menurut Provinsi Asal

Pada tahun 2015 ekspor subsektor kriya menurut provinsi asal didominasi oleh ekspor dari Pulau Jawa dan sekitarnya. Nilai ekspor tertinggi berasal dari provinsi Jawa Timur yang mencapai US$3.575,4 juta, dengan kenaikan sebesar 27,33 persen dibandingkan pada tahun 2014. Kemudian diikuti oleh provinsi Jawa Barat sebesar US$1.333,4 juta. Namun bila dibandingkan dengan tahun 2014, ekspor subsektor kriya yang berasal dari provinsi Jawa Barat mengalami penurunan sebesar 3,72 persen. Untuk provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan kinerja yang positif sebesar 2,95 persen dengan nilai US$800,1 juta. Diikuti provinsi DKI Jakarta dan


(42)

Banten yang mengalami peningkatan masing-masing sebesar 45,26 persen dan 8,38 persen.

Tabel 15. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kriya menurut Provinsi Asal, 2010-2015

Provinsi Asal

Nilai FOB

(Juta US$) %

Perubahan ‘15 thd ‘14

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

JawaTimur 992,1 1 091,1 1 054,6 1 077,2 2 808,1 3 575,4 27,33 Jawa Barat 1 277,5 1 352,4 1 425,0 1 374,7 1 384,9 1 333,4 -3,72

Jawa Tengah 868,0 769,4 700,1 694,5 777,1 800,1 2,95

DKI Jakarta 343,9 378,7 387,9 349,6 542,1 787,5 45,26

Banten 309,4 343,7 340,7 325,2 314,1 340,5 8,38

Bali 219,2 223,3 192,6 173,4 175,1 160,4 -8,38

Kepulauan Riau 68,6 76,6 10,3 81,1 93,7 146,8 56,69

DI Yogyakarta 59,1 50,9 48,8 46,2 54,7 53,4 -2,54

Sumatera Utara 64,9 62,3 60,6 56,6 53,9 42,0 -22,16

Sulawesi Selatan 20,5 19,6 16,9 16,2 14,2 13,2 -7,02

Berdasarkan Tabel 15 pertumbuhan nilai ekspor 2015 yang tertinggi berasal dari provinsi Kepulauan Riau sebesar 56,69 persen. Pada tahun 2014 nilai ekspor subsektor kriya yang berasal dari provinsi tersebut hanya mencapai US$93,7 juta sedangkan pada tahun 2015 nilai ekspornya melonjak naik mencapai US$146,8 juta. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya kelompok Industri Barang Logam Lainnya YTDL (KBLI 25999) sebesar 29,52 persen dibandingkan pada tahun 2014.

2.4. SUBSEKTOR KULINER

Perkembangan ekspor subsektor ekraf Indonesia, khususnya untuk subsektor kuliner dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan, baik secara nilai maupun berat bersih ekspornya seperti terlihat pada Tabel 16. Secara rata-rata perkembangan nilai ekspor subsektor kuliner dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 sebesar 15,64 persen, sedangkan rata-rata perkembangan berat bersih ekspor subsektor kuliner sebesar 12,80 persen. Pertumbuhan tertinggi nilai ekspor subsektor kuliner terjadi pada


(43)

10 11 12 13 14 15

2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

992,1 91,1 54,6 77,2 2 808,1 3 575,4 27,33 277,5 352,4 425,0 374,7 384,9 333,4 3,72

868,0 769,4 700,1 694,5 777,1 800,1 2,95

343,9 378,7 387,9 349,6 542,1 787,5 45,26

309,4 343,7 340,7 325,2 314,1 340,5 8,38

219,2 223,3 92,6 73,4 75,1 60,4 8,38

68,6 76,6 10,3 81,1 93,7 46,8 56,69

59,1 50,9 48,8 46,2 54,7 53,4 2,54

64,9 62,3 60,6 56,6 53,9 42,0 22,16

20,5 19,6 16,9 16,2 14,2 13,2 7,02

tahun 2011 yang mencapai 45,26 persen, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu turun 0,41 persen.

Tabel 16. Berat Bersih, Nilai FOB, dan Persentase Perubahan Nilai Ekspor Subsektor Kuliner, 2010-2015

Tahun Berat Bersih Nilai FOB %

(Ribu Ton) (Juta US$) Perubahan Nilai

(1) (2) (3) (4)

2010 256,8 594,2 -

2011 317,1 863,2 45,26

2012 346,9 960,9 11,32

2013 363,7 956,9 -0,41

2014 422,2 1 081,2 12,98

2015 465,1 1 179,0 9,04

Selama kurun waktu tahun 2010 sampai dengan 2015, nilai ekspor subsektor kuliner terbesar terjadi pada tahun 2015 yang mencapai US$1.179,0 juta, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2010 yang mencapai US$594,2 juta. Jika dilihat dari berat bersih ekspor subsektor kuliner, berat bersih ekspor terbesar terjadi pada tahun 2015 yang mencapai 465,1 ribu ton, sedangkan berat bersih ekspor terkecil terjadi pada tahun 2010 yaitu mencapai 256,8 ribu ton.

2.4.1. Ekspor Subsektor Kuliner menurut Negara Tujuan

Pada tahun 2015, Malaysia merupakan negara tujuan ekspor subsektor kuliner Indonesia terbesar dengan nilai US$164,7 juta. Negara tujuan ekspor terbesar kedua adalah Tiongkok, ketiga adalah Filipina, keempat adalah Vietnam, dan kelima adalah Singapura masing-masing mencapai US$159,3 juta, US$127,2 juta, US$109,0 juta, dan US$87,0 juta.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, perkembangan ekspor subsektor kuliner ke Malaysia tahun 2015 naik sebesar 26,28 persen, Tiongkok naik sebesar 49,44 persen, Filipina turun sebesar 7,21 persen, Vietnam naik sebesar 3,94 persen, dan Singapura naik sebesar 3,40 persen.


(44)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5

N

il

ai

F

O

B

(

ju

ta

U

s$

)

Malaysia Tiongkok Filipina Vietnam Singapura

Tabel 17. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner menurut Negara Tujuan, 2010-2015

Negara Tujuan

Nilai FOB

(Juta US$) Perubahan %

‘15 thd ‘14

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Malaysia 49,1 84,8 87,3 123,6 130,5 164,7 26,28

Tiongkok 25,5 70,8 71,6 77,2 106,6 159,3 49,44

Filipina 97,4 119,8 91,4 113,4 137,1 127,2 -7,21

Vietnam 49,5 65,7 77,8 82,0 104,9 109,0 3,94

Singapura 28,7 30,5 63,1 71,4 84,1 87,0 3,40

Thailand 42,0 70,5 103,0 84,7 74,6 74,6 -0,04

Amerika Serikat 33,1 66,0 101,7 51,5 47,3 50,0 5,60

Jerman 3,1 2,4 15,3 6,6 16,3 32,8 101,37

Australia 29,6 30,8 31,4 26,9 34,0 31,5 -7,48

Belanda 13,6 17,1 14,7 13,9 18,1 29,3 61,49

Lainnya 222,7 305,0 303,6 305,6 327,6 313,6 -4,28

Total 594,2 863,2 960,9 956,9 1 081,2 1 179,0 9,04

Diantara 10 besar negara tujuan ekspor subsektor kuliner, peningkatan tertinggi terjadi ke negara Jerman yaitu sebesar 101,37 persen, sedangkan penurunan tertinggi terjadi pada negara Australia yaitu sebesar 7,48 persen. Perkembangan nilai ekspor subsektor kuliner menurut negara tujuan yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 17 dan Gambar 7.

Gambar 7. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner 5 Negara Utama, 2010-2015


(45)

10 011 12 13 14 15

2) 3) 4) 5) 6) 7)

49,1 84,8 87,3 23,6 30,5 64,7 26,28

25,5 70,8 71,6 77,2 06,6 59,3 49,44

97,4 119,8 91,4 113,4 37,1 27,2 -7,21

49,5 65,7 77,8 82,0 04,9 09,0 3,94

28,7 30,5 63,1 71,4 84,1 87,0 3,40

42,0 70,5 03,0 84,7 74,6 74,6 0,04

33,1 66,0 101,7 51,5 47,3 50,0 5,60

3,1 2,4 15,3 6,6 16,3 32,8 1,37

29,6 30,8 31,4 26,9 34,0 31,5 7,48

13,6 17,1 14,7 13,9 18,1 29,3 61,49

222,7 305,0 303,6 305,6 327,6 313,6 4,28

94,2 63,2 60,9 56,9 81,2 79,0 9,04

0 20 40 60 80 100

2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5

B er at B er si h ( ri b u t o n )

Malaysia Tiongkok Filipina Vietnam Singapura

Perkembangan ekspor Indonesia subsektor kuliner menurut negara tujuan jika dilihat dari sisi berat bersihnya dapat dilihat pada Gambar 8 dan Tabel 18.

Gambar 8. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner 5 Negara Tujuan Utama, 2010-2015

Negara tujuan ekspor subsektor kuliner terbesar selama empat tahun terakhir ini adalah Malaysia. Pada tahun 2015 berat bersih ekspornya mencapai 85,9 ribu ton, atau meningkat sebesar 37,30 persen jika dibandingkan tahun 2014.

Tabel 18. Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner menurut Negara Tujuan, 2010-2015

Negara Tujuan Berat Bersih (Ribu Ton)

% Perubahan ‘15 thd ‘14 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Malaysia 28,1 35,4 42,0 55,0 62,6 85,9 37,30 Tiongkok 8,1 18,4 19,3 20,5 26,1 40,5 55,13 Filipina 45,1 48,0 36,5 45,3 57,1 50,8 -10,99 Vietnam 20,1 23,7 27,0 24,7 30,2 30,2 -0,13 Singapura 9,2 9,6 29,0 36,1 42,3 46,1 8,88 Thailand 16,0 24,8 30,8 27,2 29,5 32,7 10,94 Amerika Serikat 11,0 18,1 28,6 15,5 16,8 17,0 0,83 Jerman 1,1 0,7 4,6 2,0 7,7 16,7 116,77 Australia 9,1 9,7 9,1 8,7 11,6 11,2 -3,61 Belanda 7,1 7,6 6,4 6,1 8,0 13,2 65,99 Lainnya 101,9 121,1 113,8 122,5 130,3 120,8 -7,31 Total 256,8 317,1 346,9 363,7 422,2 465,1 10,15


(46)

Diantara sepuluh negara tujuan utama, persentase perubahan berat bersih ekspor subsektor kuliner tahun 2015 terhadap tahun 2014 yang terbesar adalah Jerman, yaitu sebesar 116,77 persen. Persentase perubahan berat bersih ekspor subsektor kuliner yang terkecil adalah Filipina, yaitu turun sebesar 10,99 persen.

2.4.2. Ekspor Subsektor Kuliner menurut Pelabuhan Muat

Pada tahun 2015, Tanjung Priok merupakan pelabuhan muat ekspor subsektor kuliner Indonesia terbesar dengan nilai US$748,8 juta atau peranannya mencapai 63,52 persen terhadap nasional. Pelabuhan muat ekspor terbesar kedua adalah Tanjung Perak, ketiga adalah Batu Ampar, keempat adalah Sungai Guntung, dan kelima adalah Tanjung Emas masing-masing mencapai US$147,5 juta, US$91,5 juta, US$69,6 juta, dan US$69,2 juta.

Tabel 19. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner menurut Pelabuhan Muat, 2010-2015

Pelabuhan Muat

Nilai FOB

(Juta US$) Perubahan % ‘15 thd ‘14 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Tanjung Priok 421,2 578,4 593,4 619,9 682,0 748,8 9,79 Tanjung Perak 66,8 86,6 87,1 90,7 120,4 147,5 22,51 Batu Ampar 0,3 84,2 110,3 78,0 69,0 91,5 32,49 Sungai Guntung 0,0 0,0 38,6 42,7 62,2 69,6 11,88 Tanjung Emas 63,4 69,2 69,8 78,8 92,2 69,2 -24,91 Tembilahan 0,0 0,0 12,4 10,8 14,3 17,0 19,35 Soekarno-Hatta (U) 3,0 4,6 4,0 4,0 7,6 13,5 78,41 Padang/Tl.Bayur 0,0 0,8 0,0 0,3 7,8 9,8 26,71 Belawan 12,4 18,8 19,4 11,3 7,9 8,1 1,70 Ujungpandang 14,8 2,1 1,4 1,9 1,8 1,2 -36,64 Lainnya 12,3 18,5 24,5 18,5 16,0 2,8 -82,53 TOTAL 594,2 863,2 960,9 956,9 1 081,2 1 179,0 9,04

Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, perkembangan ekspor subsektor kuliner dari Tanjung Priok naik sebesar 9,79 persen, Tanjung Perak


(47)

010 011 012 013 014 015

(2) (3) (4) (5) (6) (7) ) 421,2 578,4 593,4 19,9 682,0 748,8 9,79

66,8 86,6 87,1 90,7 120,4 47,5 22,51 0,3 84,2 110,3 78,0 69,0 91,5 32,49 0,0 0,0 38,6 42,7 62,2 69,6 11,88 63,4 69,2 69,8 78,8 92,2 69,2 24,91 0,0 0,0 12,4 10,8 14,3 17,0 9,35 ) 3,0 4,6 4,0 4,0 7,6 13,5 78,41 0,0 0,8 0,0 0,3 7,8 9,8 26,71 12,4 18,8 19,4 11,3 7,9 8,1 1,70 14,8 2,1 1,4 1,9 1,8 1,2 36,64 12,3 18,5 24,5 18,5 16,0 2,8 82,53 94,2 63,2 60,9 56,9 81,2 79,0 9,04

0 100 200 300 400 500 600

2010 2011 2012 2013 2014 2015

N il ai F O B ( Ju ta U S$ )

Jawa Barat DKI Jakarta Jawa Timur Kepulauan Riau Riau

naik sebesar 22,51 persen, Batu Ampar naik sebesar 32,49 persen. Sungai Guntung naik sebesar 11,88 persen, dan Tanjung Emas turun sebesar 24,91 persen.

Gambar 9. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner menurut Pelabuhan Muat Utama, 2010-2015

Diantara 10 besar pelabuhan muat ekspor subsektor kuliner, peningkatan tertinggi terjadi di bandar udara Soekarno Hatta yaitu sebesar 78,41 persen, sedangkan penurunan tertinggi terjadi di pelabuhan Ujung Pandang yaitu sebesar 36,64 persen. Perkembangan nilai ekspor subsektor kuliner menurut negara tujuan yang lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 19 dan Gambar 9.

Perkembangan ekspor Indonesia subsektor kuliner menurut pelabuhan muat jika dilihat dari sisi berat bersihnya dapat dilihat pada Gambar 10 dan Tabel 20. Pelabuhan muat ekspor subsektor kuliner terbesar selama enam tahun terakhir ini adalah Tanjung Priok. Pada tahun 2015 berat bersih ekspornya mencapai 246,1 ribu ton, atau meningkat sebesar 14,48 persen jika dibandingkan tahun 2014. Peranannya mencapai 52,91 persen terhadap nasional.


(48)

0 50 100 150 200 250 300

2010 2011 2012 2013 2014 2015

B

er

at

B

er

si

h

(

R

ib

u

T

o

n

)

Tanjung Priok Tanjung Perak Batu Ampar

Sungai Guntung Tanjung Emas

Gambar 10. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner menurut 5 Pelabuhan Muat Utama, 2010-2015

Diantara sepuluh pelabuhan muat utama, persentase perubahan berat bersih ekspor subsektor kuliner tahun 2015 terhadap tahun 2014 yang terbesar adalah bandar udara Soekarno Hatta, yaitu sebesar 44,84 persen. Persentase perubahan berat bersih ekspor subsektor kuliner yang terkecil adalah Ujung Pandang, yaitu sebesar 73,09 persen.

Tabel 20. Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner menurut Pelabuhan Muat, 2010-2015

Pelabuhan Muat

Berat Bersih

(Ribu Ton) Perubahan %

‘15 thd ‘14

2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Tanjung Priok 162,9 202,7 194,4 196,1 214,9 246,1 14,48

Tanjung Perak 41,6 47,6 40,7 49,2 62,8 71,6 14,10

Batu Ampar 0,2 21,7 31,5 27,5 34,2 43,7 27,79

Sungai Guntung 0,0 0,0 24,0 31,6 39,8 44,2 11,04

Tanjung Emas 36,9 32,5 31,4 36,6 42,5 34,3 -19,29

Tembilahan 0,0 0,0 7,5 7,9 9,7 11,3 16,84

Soekarno-Hatta (U) 0,2 0,3 0,3 0,5 1,1 1,6 44,84

Padang/Tl.Bayur 0,0 0,4 0,0 0,2 5,0 6,2 24,82

Belawan 4,7 5,9 6,3 5,7 4,0 4,0 -1,01

Ujungpandang 5,0 0,5 0,4 1,6 1,2 0,3 -73,09

Lainnya 5,2 5,4 10,3 6,8 7,0 1,7 -75,53


(49)

10 011 12 13 14 15

2) 3) 4) 5) 6) 7)

62,9 202,7 94,4 96,1 214,9 246,1 4,48

41,6 47,6 40,7 49,2 62,8 71,6 14,10

0,2 21,7 31,5 27,5 34,2 43,7 27,79

0,0 0,0 24,0 31,6 39,8 44,2 11,04

36,9 32,5 31,4 36,6 42,5 34,3 9,29

0,0 0,0 7,5 7,9 9,7 11,3 6,84

) 0,2 0,3 0,3 0,5 1,1 1,6 44,84

0,0 0,4 0,0 0,2 5,0 6,2 24,82

4,7 5,9 6,3 5,7 4,0 4,0 -1,01

5,0 0,5 0,4 1,6 1,2 0,3 73,09

5,2 5,4 10,3 6,8 7,0 1,7 75,53

56,8 17,1 46,9 63,7 22,2 65,0 0,15

2.4.3. Ekspor Subsektor Kuliner menurut Provinsi Asal

Pada tahun 2015, Jawa Barat merupakan provinsi asal ekspor subsektor kuliner Indonesia terbesar dengan nilai US$529,8 juta atau peranannya mencapai 44,94 persen terhadap nasional.

Tabel 21. Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner menurut Provinsi Asal, 2010-2015

Provinsi Asal Nilai FOB (Juta US$)

% Perubahan ‘15 thd ‘14 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Jawa Barat 287,2 382,6 397,7 420,3 480,7 529,8 10,22 DKI Jakarta 93,4 126,3 137,2 144,6 141,9 151,8 6,99 Jawa Timur 53,9 74,3 84,2 83,8 120,6 147,2 22,05 Kepulauan Riau 0,7 72,3 7,6 33,2 32,9 91,6 178,01 Riau 1,7 15,4 155,1 99,1 112,5 86,7 -22,90 Banten 50,8 83,9 80,8 73,4 76,3 78,9 3,33 Jawa Tengah 78,1 84,7 75,3 85,6 94,7 70,7 -25,32 Sumatera Barat 0,0 0,9 0,1 0,3 8,1 9,9 21,50 Sumatera Utara 12,6 19,0 19,8 11,3 8,0 8,2 2,10 Sulawesi Selatan 14,8 2,2 1,4 1,9 1,8 1,2 -36,17

Lainnya 1,0 1,6 1,8 3,5 3,5 3,0 -15,46

Total 594,2 863,2 960,9 956,9 1 081,2 1 179,0 9,04

Provinsi asal ekspor terbesar kedua adalah DKI Jakarta, ketiga adalah Jawa Timur, keempat adalah Kepulauan Riau, dan kelima adalah Riau masing-masing mencapai US$151,8 juta; US$147,2 juta; US$91,6 juta; dan US$86,7 juta.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2014, perkembangan ekspor subsektor kuliner dari Jawa Barat naik sebesar 10,22 persen, DKI Jakarta naik sebesar 6,99 persen, Jawa Timur naik sebesar 22,05 persen, Kepulauan Riau naik sebesar 178,01 persen, dan Riau turun sebesar 22,90 persen.

Diantara 10 besar provinsi asal ekspor subsektor kuliner, peningkatan tertinggi terjadi di Kepulauan Riau yaitu sebesar 178,01 persen, sedangkan penurunan tertinggi terjadi di Sulawesi Selatan yaitu sebesar 36,17 persen.


(50)

Gambar 11. Perkembangan Nilai FOB Ekspor Subsektor Kuliner menurut Provinsi Asal Utama, 2010-2015

Perkembangan ekspor Indonesia subsektor kuliner menurut provinsi asal jika dilihat dari sisi berat bersihnya dapat dilihat pada Tabel 22 dan Gambar 12. Provinsi asal ekspor subsektor kuliner terbesar selama enam tahun terakhir ini adalah Jawa Barat. Pada tahun 2015 berat bersih ekspornya mencapai 182,0 ribu ton, atau meningkat sebesar 15,66 persen jika dibandingkan tahun 2014. Peranannya mencapai 39,14 persen terhadap nasional.

Tabel 22. Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner menurut Provinsi Asal, 2010-2015

Provinsi Asal Berat Bersih (Ribu Ton)

% Perubahan ‘15 thd ‘14 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Jawa Barat 113,5 139,4 138,2 140,8 157,4 182,0 15,66 DKI Jakarta 32,2 41,6 38,0 36,9 35,6 34,8 -2,23 Jawa Timur 31,0 37,1 37,7 43,1 62,6 71,5 14,22 Kepulauan Riau 0,3 18,5 2,1 11,4 16,7 43,7 161,96 Riau 0,9 4,3 61,3 56,0 66,9 55,6 -16,92 Banten 20,2 24,8 23,4 23,5 27,1 30,2 11,55 Jawa Tengah 47,8 43,3 34,5 42,8 43,6 34,9 -20,00 Sumatera Barat 0,0 0,4 0,0 0,2 5,3 6,2 18,74 Sumatera Utara 4,9 6,0 6,6 5,8 4,1 4,1 0,16 Sulawesi Selatan 5,0 0,5 0,4 1,6 1,2 0,3 -73,08

Lainnya 1,1 1,1 4,7 1,5 1,7 1,5 -7,91

Total 256,8 317,1 346,9 363,7 422,2 465,0 10,15 0

100 200 300 400 500 600

2010 2011 2012 2013 2014 2015

N

il

ai

F

O

B

(

Ju

ta

U

S$

)


(51)

010 011 012 013 14 15 (2) (3) (4) (5) (6) (7)

113,5 39,4 38,2 140,8 57,4 82,0 5,66 32,2 41,6 38,0 36,9 35,6 34,8 2,23 31,0 37,1 37,7 43,1 62,6 71,5 4,22 u 0,3 18,5 2,1 11,4 16,7 43,7 1,96 0,9 4,3 61,3 56,0 66,9 55,6 6,92 20,2 24,8 23,4 23,5 27,1 30,2 11,55 47,8 43,3 34,5 42,8 43,6 34,9 0,00

t 0,0 0,4 0,0 0,2 5,3 6,2 8,74

a 4,9 6,0 6,6 5,8 4,1 4,1 0,16

tan 5,0 0,5 0,4 1,6 1,2 0,3 73,08 1,1 1,1 4,7 1,5 1,7 1,5 -7,91 56,8 317,1 46,9 63,7 22,2 65,0 0,15

Diantara sepuluh provinsi asal utama, persentase perubahan berat bersih ekspor subsektor kuliner tahun 2015 terhadap tahun 2014 yang terbesar adalah Kepulauan Riau, yaitu sebesar 191,96 persen. Persentase perubahan berat bersih ekspor subsektor kuliner yang terkecil adalah Sulawesi Selatan, yaitu sebesar 73,08 persen.

Gambar 12. Perkembangan Berat Bersih Ekspor Subsektor Kuliner 5 Provinsi Asal Utama, 2010-2015

2.5. SUBSEKTOR MUSIK

Subsektor musik merupakan industri berbasis kreativitas yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara. Ekspor subsektor musik belum bisa memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian Indonesia, karena kontribusi nilainya terhadap total ekspor ekraf relatif kecil.

Ekspor subsektor musik dalam kurun waktu 2010-2015 menunjukan trend yang fluktuatif (naik-turun). Laju pertumbuhan rata-rata subsektor musik selama lima tahun terakhir adalah sebesar 182,40 persen. Peningkatan pertumbuhan ekspor terjadi pada tahun 2012 sebesar 724,20 persen, sedangkan pencapaian nilai ekspor terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu

0 50 100 150 200

2010 2011 2012 2013 2014 2015

B er at B er si h ( R ib u T o n )


(1)

14 Riau 27 440 983 15 481 704 138 049 108 78 312 892 56 178 615 510

15 Jambi 20 455 0 0 38 171 0 0

16 Sumatera Selatan 0 0 408 3 584 593 45 283

18 Lampung 1 205 4 078 150 1 489 2 399 10 404

19 Kepulauan Bangka Belitung 64 030 0 0 19 053 0 0

21 Kepulauan Riau 111 807 344 186 346 671 18 162 322 88 684 882 49 140 482 127 999 342

31 DKI Jakarta 1 447 883 569 1 613 102 042 1 405 819 324 1 264 333 516 1 205 101 249 1 086 639 327 32 Jawa Barat 3 338 960 826 4 083 136 004 4 041 681 394 4 483 709 131 4 686 616 934 4 632 235 581 33 Jawa Tengah 1 061 126 697 1 248 435 985 1 302 010 816 1 478 441 311 1 578 574 844 1 836 387 531

34 DI Yogyakarta 97 502 429 109 479 852 145 799 354 156 691 036 175 348 074 189 178 868

35 Jawa Timur 181 190 490 237 084 649 260 225 946 281 346 393 307 129 334 310 667 268

36 Banten 2 197 809 338 2 738 032 524 2 651 600 193 2 648 138 246 2 530 021 560 2 612 515 817

51 Bali 113 836 405 118 881 149 113 639 592 106 805 551 103 619 755 93 522 224

52 Nusa Tenggara Barat 7 947 0 240 206 175 0

53 Nusa Tenggara Timur 356 858 356 343 411 058 516 152 1 094 989 1 180 237

61 Kalimantan Barat 0 748 194 13 756 64 258 625 584

62 Kalimantan Tengah 0 50 080 0 46 444 0 0

63 Kalimantan Selatan 4 456 9 174 439 49 574 0 0

64 Kalimantan Timur 312 949 254 481 145 935 149 319 161 542 275 064


(2)

Subsektor

Ekraf 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Lampiran 20: Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor dan Provinsi Asal Barang Tahun 2010-2015 (US$)

Provinsi Asal (2)

71 Sulawesi Utara 10 0 1 348 724 32 0

73 Sulawesi Selatan 17 417 4 305 4 850 0 2 881 9 065

91 Papua Barat 18 514 0 18 492 0 0 0

94 Papua 424 32 798 1 542 18 957 76 577 1 572

FILM, ANIMASI, VIDEO 0 2 000 0 0 0 94

31 DKI Jakarta 0 2 000 0 0 0 0

51 Bali 0 0 0 0 0 94

KRIYA 4 294 196 774 4 390 189 552 4 358 484 667 4 282 512 537 6 363 369 776 7 264 504 752

11 Aceh 56 987 52 055 3 103 176 13 124 983

12 Sumatera Utara 64 911 092 62 316 643 60 581 668 56 648 240 53 914 603 41 965 491

13 Sumatera Barat 24 363 7 281 1 450 5 188 18 643 86 988

14 Riau 16 604 484 6 668 786 99 306 894 69 725 763 120 649 751 272 541

15 Jambi 34 013 0 0 0 34 842 0

16 Sumatera Selatan 2 634 172 3 261 337 2 523 341 2 130 221 1 871 101 1 924 564

18 Lampung 1 033 024 516 790 795 334 1 602 882 1 424 534 930 416

19 Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 0 8 726 616 0

21 Kepulauan Riau 68 627 552 76 567 795 10 289 284 81 140 523 93 691 572 146 808 630

31 DKI Jakarta 343 903 068 378 710 392 387 877 213 349 602 232 542 104 558 787 487 352

32 Jawa Barat 1 277 490 645 1 352 385 657 1 425 003 382 1 374 674 169 1 384 949 965 1 333 438 735

33 Jawa Tengah 867 975 130 769 377 061 700 060 820 694 484 579 777 133 259 800 069 948

34 DI Yogyakarta 59 085 741 50 908 909 48 792 267 46 181 982 54 741 867 53 351 847

35 Jawa Timur 992 129 449 1 091 114 269 1 054 551 670 1 077 156 921 2 808 064 141 3 575 403 450

36 Banten 309 429 686 343 661 084 340 726 807 325 188 278 314 141 226 340 476 790

51 Bali 219 164 316 223 277 523 192 644 821 173 358 542 175 077 128 160 411 192


(3)

64 Kalimantan Timur 1 422 273 1 357 792 6 073 495 2 635 649 2 058 954 2 656 107

65 Kalimantan Utara 0 0 0 0 0 73 835

71 Sulawesi Utara 283 287 2 330 0 275 110 440 067 610 428

72 Sulawesi Tengah 304 367 124 622 66 071 117 818 137 701 0

73 Sulawesi Selatan 20 518 966 19 565 174 16 875 705 16 170 924 14 218 268 13 219 624

74 Sulawesi Tenggara 440 2 042 238 1 538 107 1 359 494 299 957 0

81 Maluku 0 0 0 0 0 30 500

94 Papua 7 962 90 628 24 279 10 251 84 093 19 224

KULINER 594 239 465 863 166 325 960 895 372 956 934 031 1 081 180 077 1 178 955 573

12 Sumatera Utara 12 556 592 18 969 648 19 766 722 11 321 113 8 009 637 8 178 206

13 Sumatera Barat 19 573 859 094 52 172 343 614 8 136 493 9 886 169

14 Riau 1 746 785 15 437 866 155 144 477 99 087 382 112 497 387 86 737 689

15 Jambi 2 527 0 0 0 0 0

16 Sumatera Selatan 0 253 394 106 934 369 791 238 469 214 534

18 Lampung 4 511 644 16 719 0 0 14 940

21 Kepulauan Riau 701 204 72 347 392 7 590 371 33 169 826 32 934 279 91 561 146

31 DKI Jakarta 93 379 598 126 306 961 137 190 450 144 566 296 141 910 392 151 823 856

32 Jawa Barat 287 168 900 382 614 615 397 688 658 420 288 877 480 686 051 529 814 059

33 Jawa Tengah 78 148 734 84 696 075 75 308 962 85 594 891 94 723 351 70 736 625


(4)

Subsektor

Ekraf 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Lampiran 20: Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor dan Provinsi Asal Barang Tahun 2010-2015 (US$)

Provinsi Asal (2)

35 Jawa Timur 53 892 248 74 278 972 84 236 947 83 823 206 120 613 235 147 213 498

36 Banten 50 796 962 83 855 051 80 763 200 73 379 828 76 311 313 78 853 355

51 Bali 68 642 220 237 418 688 291 207 1 217 927 526 027

53 Nusa Tenggara Timur 256 941 216 541 130 299 180 454 267 054 348 483

61 Kalimantan Barat 422 090 476 003 438 533 374 362 923 027 1 082 388

64 Kalimantan Timur 214 039 462 342 558 942 676 903 418 093 224 104

65 Kalimantan Utara 0 0 0 0 0 68 156

71 Sulawesi Utara 0 0 2 517 40 075 7 720 31 000

72 Sulawesi Tengah 0 0 71 101 0 0 0

73 Sulawesi Selatan 14 835 082 2 158 381 1 362 500 1 850 837 1 829 073 1 167 587

94 Papua 24 020 10 301 9 842 9 354 52 296 11 427

MUSIK 14 634 2 475 20 399 56 912 10 620 29 017

14 Riau 163 0 567 174 0 0

21 Kepulauan Riau 4 656 2 467 0 32 901 4 0

31 DKI Jakarta 65 0 19 832 23 837 10 548 29 017

32 Jawa Barat 9 750 0 0 0 0 0

51 Bali 0 8 0 0 68 0

PENERBITAN 28 602 746 22 210 719 21 200 049 27 159 550 15 983 567 22 334 534

12 Sumatera Utara 8 021 12 309 28 789 14 551 994 617

14 Riau 2 299 25 559 32 070 50 088 71 847 0

15 Jambi 200 0 0 200 0 0

18 Lampung 0 0 0 12 904 7 987 1 917

21 Kepulauan Riau 53 026 137 986 3 146 86 022 42 368 50 120

31 DKI Jakarta 9 584 630 5 620 439 6 286 299 8 547 523 4 735 646 6 286 286


(5)

51 Bali 365 754 295 160 425 943 660 575 391 636 287 036

53 Nusa Tenggara Timur 575 291 452 749 291 621

64 Kalimantan Timur 7 801 27 344 44 182 18 280 1 151 21 237

73 Sulawesi Selatan 10 30 0 0 9 459 0

94 Papua 0 363 35 0 882 0

SENI RUPA 5 631 904 8 943 725 14 573 648 10 556 556 5 550 551 3 035 708

11 Aceh 38 0 0 0 0 0

12 Sumatera Utara 754 0 1 213 0 0 256

14 Riau 480 133 8 299 0 1 483 0

18 Lampung 0 0 0 560 0 0

21 Kepulauan Riau 208 1 006 3 148 376 1 287 263

31 DKI Jakarta 845 047 1 530 814 6 957 559 857 636 1 096 258 837 596

32 Jawa Barat 944 121 2 907 882 4 063 262 6 832 406 2 016 775 17 630

33 Jawa Tengah 261 890 1 221 991 1 010 202 662 680 402 627 191 419

34 DI Yogyakarta 381 976 106 655 312 608 533 673 364 608 284 809

35 Jawa Timur 201 709 50 033 111 785 47 334 97 318 149 542

36 Banten 259 571 166 329 97 593 24 631 128 596 2 645

51 Bali 2 732 433 2 957 521 2 006 550 1 595 384 1 437 271 1 547 886

52 Nusa Tenggara Barat 26 71 842 0 0 0

53 Nusa Tenggara Timur 3 0 476 1 361 4 028 3 280


(6)

Subsektor

Ekraf 2010 2011 2012 2013 2014 2015

(1) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Lampiran 20: Nilai FOB Ekspor Ekonomi Kreatif Menurut Subsektor dan Provinsi Asal Barang Tahun 2010-2015 (US$)

Provinsi Asal (2)

64 Kalimantan Timur 3 648 541 111 0 0 21

73 Sulawesi Selatan 0 0 0 0 300 0

94 Papua 0 0 0 515 0 362

13 507 010 625 15 641 397 217 15 439 581 640 15 870 628 336 18 164 929 904 19 364 077 369 Total Ekspor Ekraf