67 menonjol, pendiam, tertutup, dan kurang aktif dalam kegiatan
organisasi sekolah. Bentuk bullying verbal yang sering diterima “AR”
adalah mendapat nama julukan yang kurang bagus, mengejek, merendahkan, malu berteman dan bergaul dengan siswa tersebut, dan
mengintimidasi siswa tersebut dalam berbagai tugas kelompok selalu menjadi pilihan terakhir. Salah satu bentuk
bullying verbal yang di ucapkan adalah menyebut dengan kata-kata atau julukan yang kurang
bagus seperti si cacat, si bogel, si “kero” dan ungkapan-ungkapan lainnya seperti “hiiii”, “idih”, “amit-amit”. Dampak yang ditimbulkan
adalah siswa menjadi pemalu, pendiam, minder, dan tidak banyak teman.
2 Identitas Subjek “FD” Siswa berinisial “FD” merupakan siswa laki-laki yang
mempunyai suara bawaan kewanita-wanitaan. Memiliki kemampuan akademik yang lebih tinggi dari siswa lainnya, ceria, aktif dalam
kegiatan sekolah. Bentuk bullying verbal yang dilakukan oleh pelaku
bullying kepada siswa tersebut adalah berupa menghina, mengejek, menyindir, menyebarkan opini negatif, dan mengitimidasi teman lain
supaya tidak bergaul dengan siswa tersebut. Salah satu bentuk bullying verbal yang di ucapkan adalah menyebut dengan kata-kata
atau julukan yang kurang bagus seperti si bencong, si bencis, si lekong dan ungkapan-ungkapan lainnya seperti “LGBT”, dan “melambai”.
Dampak yang ditimbulkan adalah siswa menjadi kurang percaya diri, lebih suka menyendiri, melibatkan diri dalam berbagai kegiatan
68 sekolah, cuek dan tidak mau ikut campur terhadap urusan orang lain,
serta cenderung mengabaikan dan tidak menghiraukan julukan yang diberikan teman-temannya meskipun siswa tersebut tidak menyukai
julukan tersebut. b. Informan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 kategori informan yaitu guru dan teman subjek. Dari 2 subjek, keduanya mendapatkan informasi
dari guru bimbingan dan konseling karena peneliti kurang mendapatkan informasi yang mencukupi dari teman kelasnya.
3. Deskripsi Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan strategi
coping korban bullying. Seseorang menjadi sasaran tindakan bullying tidak terjadi tanpa alasan. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini perlu diketahui latar belakang subjek menjadi sasaran tindakan bullying.
a. Subjek “AR” 1 Kronologi Terjadinya Tindakan
Bullying Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek “AR” diketahui
bahwa subjek “AR” memperoleh tindakan bullying tidak hanya pada
saat memasuki sekolah dasar hingga SMA, akan tetapi tindakan bullying tersebut diterima dari saat AR masih kecil dan bullying
diterima pertama kali dari lingkungan keluarga dan tempat tinggalnya. Subjek “AR” merupakan siswa perempuan dengan cacat fisik pada
bagian mata yang sering disebut juling. Tindakan bullying yang
diterima subjek “AR” berupa bullying verbal dan beberapa kali
69 menerima
bullying secara fisik. Akan tetapi, bullying verbal lebih sering diterima subjek “AR” dibandingkan dengan
bullying fisik. Salah satu bentuk
bullying verbal yang sering diterima subjek “AR” yaitu sering dipanggil dengan julukan si cacat, si bogel, si “kero” dan
ungkapan-ungkapan menjijikkan lainnya seperti “hiiii”, “idih”, “amit- amit”. Hal ini senada dengan ungkapan subjek pada saat wawancara
berlangsung. Subjek “AR” menyatakan bahwa: “Sebetulnya tindakan kurang menyenangkan saya terima sejak
saya masih kecil kak, beberapa keluarga dan tetangga sering mengolok-olok saya dan membanding-bandingkan saya dengan
kakak saya. Setelah itu saat saya masuk di sekolah dasar dan hingga saat ini saya memasuki SMA masih saja mendapat
tindakan yang kurang menyenangkan dan serupa”. Hasil Wawancara 16 April 2016
Subjek “AR” menambahkan bahwa: “Saya sadar kalau kondisi fisik saya berbeda dengan teman-
teman lainnya. Saya menyadari itu ketika saya masuk sekolah dasar beberapa teman laki-laki saya menyebut saya dengan
julukan “kero”, juling, dan bahkan beberapa teman mulai menjaga jarak dengan saya”. Hasil Wawancara 16 April 2016
Senada dengan ungkapan subjek “AR”, siswa “DS” yang
merupakan teman sekelas subjek “AR” juga menyatakan hal serupa, yaitu:
“AR itu kasihan kak, sering banget di ejek sama teman-teman dan kadang-kadang bila sedang melakukan tugas kelompok AR
sering di abaikan. Pernah suatu ketika AR kebetulan tidak satu kelompok dengan saya, saya melihat AR dipukul oleh salah satu
teman dan pernah juga AR tidak diperbolehkan duduk satu meja dengan kelompok itu karena teman-teman menganggap kalau
fisik mereka berbeda”. Hasil Wawancara 20 April 2016
Pada saat wawancara dengan siswa “DS” diketahui bahwa siswa tersebut merupakan teman subjek “AR” dari kecil. Mereka kebetulan