Peran Bimbingan Konseling Terhadap Permasalahan Bullying

47 mengetahui akar permasalahan mengapa pelaku melakukan bullying pada korbannya dan membantu menyelesaikan akar permasalahan tadi. c. Preservatif Pemeliharaan Setelah masalah bullying selesai, maka perlu dilakukan pemeliharaan terhadap segala sesuatu yang positif dari diri siswa, agar tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, serta mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah lebih baik dan berkembang. Bagi anak-anak yang sudah terlibat bullying maka sebagai proses rehabilitasi perlu dilakukan penyaluran minat dan bakat dengan tepat ke dalam berbagai kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, maupun di luar sekolah. Penyesuaian diri siswa dengan lingkungan sosial serta pengembangan diri dalam mengembangkan potensi positifnya juga perlu dilakukan agar ia tidak melakukan bullying lagi. Namun, siswa di sekolah juga harus menerima pelaku bullying dan memberinya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. d. Reveral Pengiriman Pemindahan Bila masalah bullying yang ada di sekolah sudah tidak dapat diatasi oleh pihak sekolah, sekolah dapat melaporkan bullying kepihak yang berwajib karena menyangkut masalah tindak pidana kriminal, maka hal tersebut perlu dilakukan. Berdasar dampak negatif yang sangat besarnya karena perilaku bullying di sekolah yang bisa berujung pada gangguan psikologis bahkan kematian. Atau bisa juga guru bimbingan dan konseling mengirim pelaku bullying pada psikiater atau orang yang lebih mampu mengatasi masalah kebiasaan bullying itu. 48 e. Development Perkembangan Pendekatan ini merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan lebih proaktif. Pembimbing yang menggunakan pendekatan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan murid untuk mencapai keberhasilan di sekolah dan di dalam kehidupan secara lebih luas.

F. Strategi Coping Pada Korban Bullying

Sekolah merupakan salah satu tempat yang strategis dalam melakukan tindakan bullying. Korban bullying memiliki karakteristik mudah merasa takut, tidak menyukai dirinya sendiri dan cenderung berdiam diri di rumah setelah pulang dari sekolah. Bullying merupakan bagian dari tindakan agresi yang dilakukan berulangkali oleh seseoranganak yang lebih kuat terhadap anak yang lebih lemah secara psikis dan fisik Retno Astuti, 2008: 66. Bullying merupakan bentuk konflik interpersonal yang prevalensinya paling umum terjadi Egan, 2009: 65. Perilaku bullying merupakan bentuk agresivitas yang memiliki dampak paling negatif bagi korbannya. Hal tersebut ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban dengan tujuan untuk menyakiti korban secara mental atau fisik Wiyani, 2012: 43. Korban akan mengalami kesejahteraan psikologi yang rendah seperti rasa bersalah yang berkepanjangan, malu, merasa gagal karena tidak dapat menghadapi perlakuan bullying terhadapnya Wiyani, 2012: 53. Selanjutnya korban akan merasa terisolasi dari teman sebayanya, mengalami kesulitan berkonsentrasi pada pekerjaan sekolah Coloroso, 2007: 76. Hal ini menyebabkan korban akan menolak untuk pergi ke sekolah dan memilih untuk