Potensi Wilayah Perkembangan Perbankan di Sumatera Utara

Irson Leonard Silitonga : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelebihan Dana Perbankan Pada Bank Umum Di Sumatera Utara, 2009.

4.1.4. Potensi Wilayah

Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi areal pertanian untuk menunjang pertumbuhan industri. laut, darat, sungai, merupakan potensi perikanan dan perkebunan, sedangkan keindahan alam daerah merupakan potensi energi untuk pengembangan industri, perdagangan, dan lain-lain. Medan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara disamping merupakan pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara, sekaligus juga merupakan pusat pengembangan yang memiliki fasilitas komunikasi, perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah dibelakangnya. Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian seperti perguruan tinggi, balai penelitian dan balai latihan kerja yang mampu membentuk tenaga pembangunan terdidik dan terampil serta hasil-hasil penelitian yang bermanfatat bagi pembangunan daerah.

4.1.5. Perkembangan Perbankan di Sumatera Utara

Berdasarkan fungsinya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, peranan bank sangat strategis dalam menentukan jalannya roda perekonomian suatu daerah. Oleh karena itu, segala permasalahan yang menyangkut perbankan harus segera diatasi dengan cara mengeluarkan kebijakan-kebijakan di bidang moneter, perbankan dan perkreditan dalam mencapai sasaran makro ekonomi. Kebijakan dalam perbankan terutama pada masalah pemberian kredit modal pada dunia usaha Irson Leonard Silitonga : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelebihan Dana Perbankan Pada Bank Umum Di Sumatera Utara, 2009. perlu dilakukan secara hati-hati namun harus mengalir untuk menghidupkan dunia usaha. Permasalahan perbankan si Sumatera Utara hampir sama dengan permasalahan perbankan di Indonesia. Sejak krisis moneter dan ekonomi melanda Indonesia cukup banyak jumlah bank di likuidasi atau bank take over BTO di Sumatera Utara. Kebijakan pemerintah menaikkan suku bunga yang relatif tinggi cukup menyulitkan pihak bank untuk menyalurkan kredit karena ketidaksanggupan pengusaha untuk meminjam dengan bunga tinggi. Hal ini menimbulkan apa yang dinamakan negative spread dimana bank harus membiayai sendiri bunga simpanan dari para nasabahnya. Berkurangnya jumlah bank umum tersebut tidak mengurangi kinerja perbankan secara keseluruhan. Hal ini tercermin dari meningkatnya jumlah kantor kelompok bank persero dan bank swasta devisa. Peningkatan tersebut berhasil mendorong peningkatan penghimpunan dana dan penyaluran kredit baru. Namun peningkatan ini belum optimal karena adanya hambatan yang dialami perbankan. Dari sisi penghimpunan dana, pertumbuhan DPK mengalami perlambatan karena adanya persaingan dengan produk pada pasar keuangan. Namun hal tersebut tidak berkelanjutan, yang terlihat pada triwulan II-2004 DPK perbankan meningkat sebesar 5,5 dan peningkatan ini terus berlanjut secara signifikan sampai triwulan III-2007. Disisi lain, meskipun jumlah kredit yang disalurkan meningkat namun jumlah tersebut belum sepenuhnya optimal untuk mendorong intermediasi perbankan. Kualitas kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan NPL terus Irson Leonard Silitonga : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelebihan Dana Perbankan Pada Bank Umum Di Sumatera Utara, 2009. mengalami perbaikan, walaupun jumlahnya masih belum optimal. Salah satunya terlihat dari NPL perbankan yang mengalami penurunan pada triwulan II-2004 sebesar 5,8 dari 7,6 di triwulan I-2004. Perkembangan perbankan juga terlihat dari Loan Deposit Ratio LDR yang meningkat akibat adanya sedikit perkembangan dari penyaluran kredit yang belum sepenuhnya optimal. Dimana pada triwulan II- 2004 LDR meningkat menjadi 50,0 dari 46,4 pada triwulan I-2004. Meski peningkatan LDR ini belum secepat yang diharapkan, namun perkembangan yang terjadi masih pada arah yang positf. Tabel 4.2 Jumlah Kantor Yang Beroperasi di Sumatera Utara Akhir Periode Jenis Bank Jumlah Pemerintah BPD Swasta Asing dan Nasional Campuran 2002 107 29 182 5 323 2003 123 44 228 5 400 2004 123 44 229 5 401 2005 123 44 229 6 402 2006 124 45 229 6 404 2007 124 45 230 6 405 Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Daerah, Bank Indonesia Medan 4.1.6. Perkembangan Kelebihan Dana Ekses Likuiditas Pada neraca bank umum, kelebihan dana atau sering disebut ekses likuiditas diperoleh dari selisih antara alat likuid dengan Giro Wajib Minimum GWM. Alat likuid yang dimaksud disini adalah penjumlahan dari kas dengan giro pada Bank Indonesia. Kisaran jumlah kelebihan dana atau likuiditas yang dianggap normal menurut Bank Indonesia yakni sebesar Rp1,5 triliun sampai dengan Rp2 triliun. Jika tidak Irson Leonard Silitonga : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelebihan Dana Perbankan Pada Bank Umum Di Sumatera Utara, 2009. diatasi maka kelebihan dana ini berpotensi menjadi salah satu factor yang memperlemah kurs rupiah. Ekses likuiditas atau kelebihan dana ini bukan peristiwa yang baru, tetapi sudah ada sejak awal 1999. terus meningkatnya dana pihak ketiga DPK beberapa tahun ini tidak diimbangi dengan penyaluran kredit ke sektor riil. Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya kelebihan dana pada bank umum. Perkembangan kelebihan dana berdasarkan neraca pada bank umum dari tahun 2002 triwulan IV sampai tahun 2007 triwulan III mengalami fluktuasi. Hal ini terlihat dari triwulan IV- 2002 sebesar Rp18,13 triliun berkurang menjadi Rp25,25 triliun pada triwulan I- 2003. kemudian kelebihan dana ini meningkat lagi sampai pada triwulan IV-2003 menjadi Rp26,94 triliun. Tahun 2004 triwulan I kelebihan dana turun menjadi Rp16,09 triliun kemudian meningkat kembali sampai triwulan IV. Begitu juga pada tahun 2005 triwulan I jumlah kelebihan dana tersebut turun menjadi sebesar Rp21,32 triliun kemudian meningkat sampai triwulan IV menjadi Rp28,21 triliun. Triwulan IV tahun 2006 kelebihan dana mencapai angka tertinggi dalam kurun waktu 2002 triwulan IV sampai dengan 2007 triwulan III yaitu sebesar Rp33,13 triliun, dan berkurang kembali pada triwulan I-2007 sampai pada akhirnya meningkat kembali pada triwulan III-2007 menjadi sebesar Rp30,79 triliun. Berikut dapat dilihat tabel perkembangan kelebihan dana : Irson Leonard Silitonga : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelebihan Dana Perbankan Pada Bank Umum Di Sumatera Utara, 2009. Tabel 4.3 Perkembangan Kelebihan Dana Tahun 2002 Triwulan IV-2007 Triwulan III Triliun Rupiah Tahun Kelebihan Dana 2002 Triwulan IV 18,13 2003 Triwulan I 15,25 Triwulan II 16,15 Triwulan III 16,23 Triwulan IV 26,94 2004 Triwulan I 16,09 Triwulan II 17,45 Triwulan III 18,48 Triwulan IV 23,39 2005 Triwulan I 21,32 Triwulan II 24,75 Triwulan III 21,42 Triwulan IV 28,21 2006 Triwulan I 24,08 Triwulan II 22,84 Triwulan III 25,52 Triwulan IV 33,13 2007 Triwulan I 29,15 Triwulan II 29,52 Triwulan III 30,79 Rata-rata 22,94 Sumber : SEMI, Bank Indonesia Medan Irson Leonard Silitonga : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelebihan Dana Perbankan Pada Bank Umum Di Sumatera Utara, 2009.

4.1.7. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit