Analisis Korelasi Peramalan Penjualan

Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. ∑ 22,8579 Sumber: M. Nafarin, Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Jakarta, Salemba Empat, 2004, hal 45. ∑ − = n Y X SKP : 2 = 14 , 2 5 : 8579 , 22 = Jadi, dengan metode trend garis lurus nilai SKP 2,45 lebih besar daripada dengan meted garis lengkung ya mempunyai nilai SKP 2,14. oleh Karena itu, dengan metode garis lengkung lebih sesuai untuk ramalan penjualan perusahaan susu PT. Sederhana.

b. Analisis Korelasi

Ramalan penjualan dengan metode statistic akan lebih lengkap apabila ditambah dengan analisis korelasi. Analisis korelasi dipakai untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara beberapa variable. Perubahan tingkat penjualan yang akan terjadi tidak hanya ditentukan oleh penjualan, tetapi juga oleh factor lain, misalnya penjualan susu ditentukan oleh factor penjualan biscuit susu, penjualan kulit sepatu ditentukan oleh factor penjualan sepatu. Produk kulit sepatu yang penjualannya bergantung pada penjualan produk sepatu dan penjualan susu ditentukan oleh penjualan biscuit susu, maka produk kulit sepatu dan susu disebut dengan produk permintaan menurun. Formula rumus yang dapat dipergunakan dalam analisis korelasi berupa metode kuadrat terkecil sebagai berikut : Y = a + bX Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. b = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ − − 2 2 X X n Y X Y X n a = n X b Y ∑ ∑ − n = Jumlah data yang dianalisis a = jumlah pasang observas b = koefisien Apabila X = Penjualan biskuti susu, variable bebas independent Y = Penjualan susu, variable tergantung dependent Tabel 2.9 Analisis Korelasi – Metode Kuadrat Terkecil Tahun X Y XY X 2 Y 2       − − X X       − − Y Y       − − X X       − − Y Y       − − X X 2       − − Y Y 2 2002 3 130 39 9 16.900 -2 -22 44 4 484 2003 4 145 580 16 21.025 -1 -7 7 1 49 2004 5 150 750 25 22.500 -2 4 2005 6 165 990 36 27.225 1 +13 13 13 169 2006 7 170 1.190 49 28.900 2 +36 36 4 324 ∑ 25 760 3.900 135 116.550 100 10 1.030 Sumber: M. Nafarin, Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Jakarta, Salemba Empat, 2004, hal 45. ∑ − = = = − 5 5 : 25 : X rata rata n X X ∑ − = = − 152 5 : 760 : Y rata rata n Y Y Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. 10 625 675 000 . 19 500 . 19 25 135 5 760 25 900 . 3 5 2 = − − = − − = b 102 5 25 10 760 = − = a Perhitungan tersebut dapat juga dihitung dengan metode momen sebagai berikut : ∑ ∑ + = Xb na Y ∑ ∑ ∑ + = b X a X XY 2 760 = 5a + 25 b ………x 5 3.800 = 25 a + 125 b 3.900 = 25 a + 135 b 3.900 = 25 a + 135 b 100 = 10 b b = 100 : 10 = 10 760 = 5 a + 25 b ….x 5,4 4.104 = 27 a + 135 b 3900 = 25 a + 135 b 10 125 135 800 . 3 900 . 3 5 5 135 152 5 5 900 . 3 2 2 = − − = − − = − = ∑ ∑ − − − X n X Y X n XY b 3.900 = 25 a + 135 b 204 = 2 a a = 204 ; 2 = 102 dapat juga dihitung dengan rumus sebagai berikut : 102 5 10 152 = − = − = − − Y b Y a Dengan demikian Y = a + b X Y = 102 + 10 X Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. Kemudian hubungan saling ketergantungan antara kedua variable, yaitu penjualan susu dan penjualan biscuit susu harus diuji dengan koefisien korelasi. Koefisien korelasi menunjukkan angka kurang lebih dari satu. Berarti pengaruh variable beba X terhadap variable tergantung Y adalah besar, tidak peduli apakah koefisien korelasi itu positif atau negative. Apabila korelasi tersebut positif berarti semakin besar X semakin kecil Y. sebaliknya bila korelasi tersebut negative berarti semakin besar X semakin kecil Y atau semakin kecil X semakin besar Y. Kalau koefisien korelasi mendekati nol, berarti pengaruh dari variable tersebut kecil sekali. Tabel 2.10 Pengaruh Koefisien Korelasi Koefisien Korelasi R Tafsiran 0,20 Sangat lemah, dapat diabaikan 0,20-0,40 Lemah 0,40-0,70 Cukup 0,70-0,90 Kuat 0,90-1,00 Sangat kuat Sumber: M. Nafarin, Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Jakarta, Salemba Empat, 2004, hal 45. Rumus koefisien korelasi R sebagai berikut : 985 , 760 500 . 116 5 25 135 5 760 25 900 . 3 5 2 2 2 = − − − = R Atau : Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. 2 2       −       − − − = − − − − Y Y X X Y Y X X R 985 , 030 . 1 10 100 = = X R Oleh karena koefisien korelasi positif 0,985 mendekati angka 1, berarti pengaruh penjualan boskuit susu sangat besar terhadap penjualan susu. Apabila penjualan biscuit susu meningkat maka permintaan akan susu meningkat, sebaliknya apabila penjualan biscuit susu menurun berarti permintaan akan susu menurun. Hal tersebut terlihat pada tahun 2004 penjualan biscuit susu sebanyak 5 unit, maka penjualan susu sebanyak 150 unit. Kemudian pada tahun 2005 tingkat penjualan biscuit susu meningkat dari 5 unit menjadi 6 unit yang mengakibatkan penjualan susu juga meningkat dari 150 unit menjadi 165 unit. Jadi untuk membuat peramalan penjualan susu dapat dilaksanakan dengan melihat perkembangan tingkat penjualan biscuit susu. Karena penjualan susu bergantung pada tingkat penjualan biscuit susu. Karena penjualan susu bergantung pada tingkat penjualan biscuit susu, maka dalam menentukan ramalan penjualan susu perlu membuat perhitungan ramalan penjualan biscuit sus. Ramalan penjualan biscuit susu dapat dihitung dengn metode trend garis lurus linear dan dapat juga dengan metode trend garis lengkung kuadrat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan ramalan penjualan disusun anggaran penjualan. Penyusunan anggaran penjualan pada dasarnya merupakan tanggung jawab manajemen puncak. Berdasarkan ramalan penjualan disusun anggaran penjualan. Penyusunan anggaran penjualan pada dasarnya merupakan tanggung jawab manajemen puncak yang Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. disebut dengan komite anggaran. Komite anggaran juga bertugas untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan berdasarkan laporan pelaksanaan anggaran yang diberikan. Berdasarkan contoh sebelumnya, dapat disusun anggaran penjualan susu untuk tahun 2007. Tabel 2.11 PT. Sederhana Penjualan susu periode 2002-2006 Tahun Semester Setahun I II 2002 75 55 130 2003 70 75 145 2004 75 75 150 2005 90 75 165 2006 85 85 170 Jumlah 395 365 760 52 48 100 Sumber: M. Nafarin, Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Jakarta, Salemba Empat, 2004, hal 45. Daerah penjualan susu adalah Medan dan Siantar dengan perbandingan 2 : 1. jenis susu yang dijual, persentase distribusi penjualan, dan harga jualnya adalah : Produk susu Persentase Medan C 20 Rp 30.000 Rp 35.000 Siantar A 50 Rp 15.000 Rp 20.000 B 30 Rp 25.000 Rp 30.000 Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. Berdasarkan ramalan penjualan yang telah dilakukan sebelumnya, pada tahun 2007 diramalkan penjualan susu sebanyak 182 unit, terbagi atas : Medan : 23 x 182 = 121 unit Siantar : 13 x 182 = 61 unit + Total = 182 unit Medan : Produk A : 50 x 121 = 61 unit B : 30 x 121 = 36 unit C : 20 x 121 = 24 unit Total = 121 Unit Penjualan semester I : Produk A : 52 x 61 = 32 unit x Rp 15.000 = Rp 480.000 B : 52 x 36 = 19 unit x Rp 25.000 = Rp 475.000 C : 52 x 24 = 32 unit x Rp 30.000 = Rp 360.000 Total I : 58 Unit Rp 1.315.000 Penjualan Semester II : Produk A : 48 x 61 = 29 unit x Rp 15.000 = Rp 4350.000 B : 48 x 36 = 17 unit x Rp 25.000 = Rp 425.000 C : Siantar : 48 x 24 = 12 unit x Rp 30.000 = Rp 360.000 Total I : 58 Unit Rp 1.220.000 Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. Produk A : 50 x 61 = 31 unit B : 30 x 61 = 18 unit C : 20 x 61 = 12 unit Total = 61 unit Penjualan semester I : Produk A : 52 x 31 = 16 unit x Rp 20.000 = Rp 320.000 B : 52 x 18 = 9 unit x Rp 30.000 = Rp 270.000 C : 52 x 12 = 6 unit x Rp 35.000 = Rp 210.000 Total I : 31 Unit Rp 800.000 Penjualan Semester II : Produk A : 48 x 31 = 15 unit x Rp 20.000 = Rp 300.000 B : 48 x 18 = 9 unit x Rp 30.000 = Rp 270.000 C : Daerah penjualan dan jenis produk 48 x 12 = 6 unit x Rp 35.000 = Rp 210.000 Total I : 50 Unit Rp 780.000 Setelah membuat perhitungan penjualan untuk masing-masing daerah penjualan, maka disusun anggaran penjualan secara keseluruhan sebagai berikut : Tabel 2.12 PT. Sederhana Anggaran Penjualan Semester I II periode tahun 2007 Semester Setahun I II Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. Unit Rp Unit Rp Unit Rp Medan A 32 480.000 29 435.000 61 915.000 B 19 475.000 17 425.000 36 900.000 C 12 360.000 12 360.000 24 720.000 Total I 63 1.315.000 58 1.220.000 121 2.535.000 Siantar A 16 320.000 15 300.000 31 620.000 B 9 270.000 9 270.000 18 540.000 C 6 2510.000 6 210.000 12 420.000 Total II 31 800.000 30 780.000 61 1.580.000 Total I + II 94 2.115.000 88 2.000.000 182 4.115.000 52 48 100 Sumber: M. Nafarin, Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi, Jakarta, Salemba Empat, 2004, hal 45.

C. Analisis Varians Penjualan