Analisis Anggaran Penjualan Dalam Mengevaluasi Kinerja

Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. 5. Varians yang tidak diketahui penyebabnya harus menjadi perhatian uama dan harus diselidiki secara teliti. Dengan kata lain, manajer harus memberikan perhatian khusus kepada varians yang “membutuhkan penjelasan.” Ini adalah pengecualian yang biasanya memerlukan tindak lanjut. Untuk menyelidiki penyebab varians, Welsch 2000:498 menjelaskan beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain: 1. Mengadakan pertemuan dengan manajer pusat pertanggungjawaban dan penyelia serta karyawan lainnya dalam pusat pertanggungjawaban tersebut. 2. Mengadakan analisis situasi kerja termasuk arus kerja, koordinasi aktivitas, keefektifan penyeliaan, dan keadaan umum lainnya. 3. Pengamatan langsung. 4. Penyelidikan di tempat oleh manajer lini. 5. Penyelidikan oleh kelompok staff perusahaan berdasarkan tanggung jawab. 6. Pemeriksaan intern. 7. Penelitian khusus. 8. Analisis varians. Analisis varians ini mencakup analisis matematis dari dua jenis data yang bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya varians. Hasil analisis atas varians yang terjadi akan disajikan dalam bentuk laporan analisis varians oleh bagian akuntansi. Laporan ini kemudian akan disampaikan kepada pihak manajemen puncak yang akan menggunakannya dalam mengevaluasi kinerja bagian penjualan. Jangka waktu pelaporan kepada pihak manajemen puncak sebaiknya dilakukan sesering mungkin misalnya dilaporkan minimal sekali sebulan. Hal ini diperlukan untuk mengendalikan agar penyimpangan yang terjadi dapat segera dideteksi dan tidak berlanjut lama serta dapat langsung ditindaklanjuti.

D. Analisis Anggaran Penjualan Dalam Mengevaluasi Kinerja

Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. Peranan anggaran oleh Blocher dalam bukunya 2000:350 mengatakan, “Anggaran selain sebagai rencana operasi, mempunyai peran penting dalam pengalokasian sumber daya, pengkoordinasian operasi termasuk dalam pengidentifikasian pemborosan, mengkomunikasikan dan mengesahkan tindakan, memotivasi dan mengarahkan pengimplementasian, menjadi pedoman untuk pengendalian operasi dana pengelolaan aliran kas serta sebagai kriteria dalam evaluasi kinerja.” Simamora 2000:614 mengkaitkan peranan anggaran itu dengan fungsi anggaran sebagai alat pengendalian seperti berikut “Dalam proses pengendalian, anggaran berperan karena menyediakan suatu basis untuk pengevaluasian kinerja.” Evaluasi kinerja menurut Mulyadi 2001:415 adalah “Penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.” Evaluasi kinerja merupakan fungsi pengendalian yang harus terus-menerus dioperasikan di suatu perusahaan. Proses pengendalian diartikan sebagai proses mengukur dan mengevaluasi kinerja actual dari setiap bagian suatu perusahaan, kemudian melaksanakan tindakan perbaikan apabila diperlukan. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa perusahaan dapat mencapai sasaran, tujuan, kebijakan, dan standar yang telah ditetapkan secara efisien. Biasanya setiap perusahaan menetapkan standar yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menetukan apakah varians yang terjadi bersifat menguntungkan atau merugikan. Shim, Siegel 2004: 73 menyatakan, Salah satu cara untuk mengukur materialitas ialah dengan membagi varians dengan biaya standar. Varians yang lebih kecil dari 5 dianggap tidak material immaterial. Varians sebesar 10 mungkin lebih dapat diterima untuk perusahaan yang menerapkan standar yan ketat dibandingkan dengan varians 5 untuk perusahaan yang menerapkan standar yang longgar. Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. Manajemen dapat membahas apabila varians yang terjadi terus-menerus mendekati batas yang ditolerir setiap tahunnya, karena kemungkinan standar yang digunakan oleh perusahaan sudah usang dan harus diubah. Dalam menetukan standar, manajemen harus mengakui bahwa besaran relative dari suatu varians merupakan hal yang lebih penting dibandingkan dengan nilai mata uang yang digunakan. Jika varians yang terjadi tidak dapat dikendalikan oleh manajer, maka manajer tersebut tidak dapat mengambil tindak lanjut. Selain itu, apabila seorang manajer sangat khawatir bahkan atas varians yang sangat kecil, maka akan menghambat dan bukannya meningkatkan efisiensi operasi. Berdasarkan contoh sebelumnya, selisih sebesar RP. 160.000,00 untuk produk susu A bulan Januari 2006 bersifat menguntungkan dan dianggap material, yaitu sebesar 33 { Rp. 160.000,00 Rp. 480.000,00 x 100 = 33 }, sehingga perlu untuk dianalisis lebih lanjut untuk meningkatkan penjualan pada periode selanjutnya. Varians sebesar 33 menunjukkan bahwa kinerja manajemen perusahaan baik. Tetapi, bila dilihat penjualan produk susu C mengalami penurunan sebesar Rp. 75.000,00 dan merupakan varians yang material, yaitu sebesar 21 { Rp. 75.000,00 Rp. 360.000,00 x 100 = 21 }. Varians ini juga memerlukan analisis lebih lanjut, untuk menetukan penyebab terjadinya varians tersebut dan menentukan tindakan-tindakan perbaikan yang perlu dilakukan. Manajer akan diminta tanggung jawabnya atas varians kuantitas maupun harga yang terjadi. Setiap pertanggungjawaban yang diberikan akan disesuaikan dengan tugas dan tanggung jawab yang telah digariskan dalam struktur organisasi, karena setiap personil dalam perusahaan tentunya tidak akan mau bertanggung jawab untuk masalah Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. yang bukan merupakan tanggung jawabnya. Selain itu, pertanggungjawaban yang diberikan juga harus sesuai dengan metode penyusunan anggaran penjualan yang dilakukan. Apabila penyusunan anggaran penjualan pada perusahaan dilakukan dengan authoritative budgeting top down, maka yang paling bertanggung jawab adalah pimpinan, karena bawahan tidak diikutsertakan dalam penyusunan anggaran tersebut, bawahan hanya bertanggung jawab untuk melaksanakan anggaran yang telah ditetapkan pimpinan. Apabila digunakan consultative budgeting bottom up, maka bawahan memiliki tanggung jawab walaupun sedikit atas varians yang terjadi, karena anggaran disusun berdasarkan pendapat dari para bawahan karyawan.. Apabila digunakan consultative budgeting top down bottom up, maka baik atasan maupun bawahan akan memberikan pertanggungjawaban atas penyimpangan yang terjadi, karena atasan dan bawahan sama-sama terlibat penuh dalam penyusunan anggaran penjualan. Varians penjualan yang terjadi dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan controllable atau disebut juga faktor internal, ataupun yang tidak dapat dikendalikan uncontrollable atau dapat disebut dengan faktor eksternal. Oleh karena itu, varians penjualan yang menguntungkan belum tentu mencerminkan prestasi yang bagus, begitu juga varians yang merugikan belum tentu mencerminkan manajer tidak berprestasi. Hal ini juga yang merupakan kelemahan dari penggunaan analisis varians untuk mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan. Faktor harga misalnya, manajer pemasaran suatu perusahaan tentu tidak akan dapat mengontrol harga pasar produk yang dipasarkan. Manajer tersebut hanya dapat menentukan dari hasil prediksi atau berdasarkan pengalamannya serta faktor lainnya, namun tidak dapat mengontro harga di Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. pasar. Manajer pemasaran lebih dapat mengontrol kuantitas dari produk yang dijual, dengan menggunakan strategi-strategi pemasaran. Perbandingan antara hasil aktual dengan anggaran dan standar merupakan pengukuran efektivitas pengendalian selama periode tertentu di masa lalu, dan akan memberikan umpan balik yang efektif. Hasil dari evaluasi kinerja dapat menyebabkan dilakukannya revisi terhadap rencana atau tujuan yang telah ditetapkan, atau kadangkala harus dibuat rencana baru, perubahan operasi , dan pergantian penugasan terhadap karyawan ataupun manajer. Evaluasi kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya dan untuk merangsang dan menegakkan perilaku yang semestinya diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja serta pemberian penghargaan. Evaluasi kinerja menurut Mulyadi 2001:417 ini nantinya akan dimanfaatkan oleh manajemen antara lain untuk: • Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. • Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti: promosi, transfer dan pemberhentian. • Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. • Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. • Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. Adapun metode atau teknik yang digunakan dalam evaluasi kinerja manajemen, hal yang terpenting yang harus digunakan sebagai dasar penilaian adalah dengan mempersiapkan laporan kinerja terhadap anggaran seperti yang dicantumkan berikut: Tabel 2.14 Laporan Kinerja Terhadap Anggaran Identifier departemen Aktivitas Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. Manajer Nonkeuangan Anggaran Aktual Persen Anggaran Anggaran Tahun ini Aktual Varians Periode Sekarang Cadangan anggaran ekstra untuk varians Anggaran Aktual Varians Penyebab Varians Sumber: J. K. Shim J. G. Siegel, Budgeting, terjemahan Julius Mulyadi, Erlangga, Jakarta, 2001, hal. 117 Laporan Anggaran menurut Shim, Siegel 2001:118 harus meliputi: 1. Perbandingan antara angka-angka anggaran dengan angka aktualnya berikut penjelasan atas perbedaan yang terjadi. 2. Perbandingan dengan departemen serupa. 3. Trend yang terjadi selama periode waktu yang menjadi acuan anggaran. Untuk meningkatkan kinerja biasanya akan diikuti dengan system reward and punishment. Dalam arti, apabila personil perusahaan secara khusus bagian penjualan dapat mencapai anggaran atas target yang telah ditetapkan, atau mungkin melebihi anggaran yang telah disusun, maka akan diberikan penghargaan reward sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan. Sebaliknya, apabila tidak dapat mencapai target penjualan akan diberikan sanksi hukuman punishment. Dalam memberitahukan system reward and punishment, perusahaan hendaknya konsisten. Sehingga setiap personil terpacu untuk melakukan sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Reward yang diberikan dapat berupa insentif, promosi, kenaikan gaji, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan Ingrid Silalahi : Analisis Anggaran Penjualan Dalam Evaluasi Kinerja Manajemen Perusahaan Pada PT Bintang Cosmos Medan, 2009. punishment, dapat berupa penurunan tingkat, bahkan sampai pemecatan. Dengan demikian, anggaran penjualan yang disusun dapat digunakan dan dianalisis lebih lanjut dalam mengevaluasi kinerja manajer perusahaan dan personilnya.

BAB III MEODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis adalah Penelitian Deskriptif dalam bentuk studi kasus. Penelitian ini merinci suatu obyek tertentu dalam bentuk studi kasus. Penelitian ini merinci suatu obyek tertentu dalam perusahaan selama kurun waktu tertentu dengan pendekatan spesifik terhadap fakta-fakta yang menjelaskan hubungan sebab-akibat dan bersifat eksploratif untuk menerangkan penyebab terjadinya masalah dan bagaimana penyelesaiannya.

B. Jenis Data dan Sumber Data

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Data primer diperoleh dengan cara: