Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
PPN yang terutang : 10 x Rp.25.000.000,- = Rp.2.500.000,- b. PKP Budi melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh
penggantian Rp.20.000.000. PPN yang terutang : 10 x Rp.20.000.000,- = Rp.2.000.000,-
c. Adi mengimpor Barang Kena Pajak dari luar daerah pabean dengan nilai impor Rp.15.000.000,-.
PPN yang dipungut melalui Direktur Jenderal Bea dan Cukai: 10 x Rp.15.000.000,- = Rp.1.500.000,-
4. Saat Pajak Pertambahan Nilai Terutang
Pemungutan PPN menganut prinsip akrual, artinya terutangnya pajak terjadi pada saat penyerahan BKP atau pada saat penyerahan JKP, meskipun pembayaran
atas penyerahan tersebut belum diterima sepenuhnya, atau pada saat impor BKP, meskipun atas penyerahan tersebut belum atau belum sepenuhnya diterima
pembayarannya.
5. Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai
PKP yang melakukan penyerahan BKP dan JKP wajib melaporkan perhitungan yang telah dilakukan dan PPN yang telah disetorkan. Pelaporan harus
disertai bukti yaitu faktur pajak.
a. Faktur Pajak
Faktur pajak merupakan bukti yang harus dilampirkan PKP dalam melaporkan perhitungan PPN dalam SPT Masa. Menurut Undang - Undang Pajak
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
Tahun 2000 2000 : 170 pengertian Faktur Pajak adalah : “bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP
atau bukti pungutan pajak karena impor BKP yang digunakan Direktur Jenderal Bea dan Cukai”.
Apabila pembayaran yang diterima sebelum penyerahan BKP atau sebelum penyerahan JKP, faktur pajak dibuat pada saat pembayaran. Faktur pajak
merupakan bukti pungutan pajak dan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan Pajak Masukan. Faktur pajak ini harus diisi secara lengkap, jelas
dan benar serta ditandatangani oleh pejabat yang ditunjuk PKP. Faktur pajak hanya dapat dibuat oleh PKP. Oleh karena itu, bagi orang
pribadi dan badan yang tidak dikukuhkan sebagai PKP dilarang membuat faktur pajak. Larangan membuat faktur pajak oleh bukan PKP dimaksudkan untuk
melindungi pembeli dari pungutan pajak yang tidak semestinya. Dalam mekanisme pelaporan PPN ada 3 macam faktur pajak, yaitu :
1. Faktur Pajak Standar Faktur pajak yang biasa dipakai adalah Faktur Pajak Standar. Faktur Pajak
Standar harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP atau penyerahan JKP menurut Undang – Undang No.18 tahun 2000 pasal 13 ayat 5. Faktur pajak
standar paling sedikit harus memuat hal – hal sebagai berikut : a.
Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan BKP dan JKP. b.
Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP dan penerima JKP. c.
Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut.
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut
f. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan Faktur Pajak
g. Nama, jabatan dan tanda tangan yang berhak menandatangani faktur pajak.
Faktur Pajak Standar dibuat paling lama : a.
Pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan BKP dan atau penyerahan keseluruhan JKP dalam hal pembayaran diterima setelah bulan
penyerahan BKP dan atau penyerahan keseluruhan JKP, kecuali pembayaran terjadi sebelum akhir bulan berikutnya maka Faktur Pajak Standar harus
dibuat paling lambat pada saat penerimaan pembayaran. b.
Pada saat penerimaan pembayaran dalam hal ini penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan atau sebelum penyerahan JKP.
c. Pada saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap penyerahan. d.
Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada Pemungut PPN. Selain Faktur Pajak Standar dengan bentuk yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Pajak, ada dokumen – dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak Standar Oleh Direktur Jenderal Pajak. Meskipun bentuknya tidak standar
dokumen – dokumen tersebut yang disamakan dengan Faktur Pajak Standar. Menurut Erly Suandy 2002 : 297-298, dokumen – dokumen tersebut
meliputi : a.
Pemberitahuan Impor Barang PIB yang dilampiri dengan Surat Setoran Pajak atau bukti pungutan pajak oleh Dirjen Bea dan Cukai atas impor
Barang Kena Pajak.
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
b. Pemberitahuan Ekspor Barang PEB yang telah difiat muat oleh pejabat
yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan dilampiri invoice yang merupakan kesatuan yang tidak terpisah dengan PEB
tersebut.
c. Surat Perintah Penyerahan Barang SPPB yang dibuat atau dikeluarkan
oleh Bulog atau Dolog untuk penyaluran tepung terigu atau gula pasir. d.
Faktur Nota Bon Penyerahan PNBP yang dibuat atau dikeluarkan oleh Pertamina untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM.
e. Tanda pembayaran atau kwitansi atas penyerahan jasa telekomunikasi.
f. Tiket dan surat muatan udara Airway Bill atau Delivery Bill yang
dikeluarkan atau dibuat untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri.
g. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atau pemanfaatan BKP Tidak
Berwujud dan atau JKP dari luar Daerah Pabean. h.
Nota penjualan yang dikeluarkan atau dibuat untuk penyerahan jasa pelabuhan.
i. Tanda pembayaran dan kwitansi listrik.
2. Faktur Pajak Sederhana Faktur Pajak Sederhana merupakan bukti pungutan pajak yang dibuat oleh
PKP untuk menampung kegiatan penyerahan BKP dan JKP yang dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir. Faktur Pajak Sederhana paling sedikit harus
memuat : a.
Nama, alamat dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan BKP dan JKP.
b. Jenis dan kuantum BKP dan atau JKP yang diserahkan.
c. Jumlah harga jual atau Penggantian yang sudah termasuk PPN atau besarnya
PPN yang dicantumkan secara terpisah. d.
Tanggal pembuatan faktur pajak. Tanda bukti penyerahan atau pembayaran atas penyerahan BKP dan atau JKP
sepanjang memenuhi persyaratan diberlakukan sebagai Faktur Pajak
Juliana E.L.N : Prosedur Penerapan Pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai Pada PT. Perdoni Cab. Medan, 2010.
Sederhana, yaitu : bon kontan, faktur penjualan, segi cash register, karcis, kwitansi, atau tanda bukti penyerahan atau pembayaran lain yang sejenis
Faktur Pajak Sederhana harus dibuat pada saat penyerahan BKP dan atau JKP atau pada saat pembayaran apabila pembayaran diterima sebelum penyerahan
BKP dan atau JKP. Faktur Pajak Sederhana dibuat paling sedikit rangkap 2. Faktur Pajak Sederhana tidak digunakan oleh pembeli BKP dan atau penerima
JKP sebagai dasar untuk pengkreditan Pajak Masukan. 3. Faktur Pajak Gabungan
Faktur Pajak Gabungan menurut Wirawan B.Ilyas 2007:121 yaitu : “Faktur Pajak Standar yang meliputi seluruh penyerahan BKP atau JKP yang
terjadi selama satu bulan takwim untuk pembeli BKP atau Penerima JKP yang sama”. Artinya, PKP diperkenankan untuk membuat satu faktur pajak yang
meliputi semua penyerahan BKP JKP yang terjadi selama satu bulan takwim kepada pembeli BKP atau penerima JKP yang sama.
b. Pengkreditan Pajak Masukan