Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Edwin H. Sutherland mengatakan bahwa : “Kejahatan adalah hasil dari faktor-faktor yang beraneka ragam dan
bermacam-macam. dan bahwa faktor-faktor itu dewasa ini dan untuk selanjutnya tidak bisa disusun menurut suatu ketentuan yang berlaku umum
tanpa ada pengecualian atau dengan kata lain; untuk menerangkan kelakuan kriminil memang tidak ada teori ilmiah.
30
30
H. Hari Sahordji, Pokok-pokok Kriminologi, Aksara Baru, Jakarta, 1980, hal. 35.
Kejahatan Paedofilia ini cukup kompleks penyebabnya dan tidak berdiri sendiri, penyebabnya dapat dipengaruhi oleh kondisi yang mendukung, keberadaan
korban yang secara tidak langsung mendorong pelakunya dan bisa jadi karena ada unsur-unsur lain yang berada diluar diri si pelaku.
Berbagai faktor itu, antara lain dibagi dalam dua bagian, yaitu :
1. Faktor Intern
Faktor ini khusus dilihat dari Individu serta dicari hal-hal yang mempunyai hubungan dengan kejahatan kekerasan seksual kepada anak-anak. Hal ini dapat
ditinjau dari
a. Faktor Kejiwaan
Yakni kondisi kejiwaan atau keadaan diri yang tidak normal dari seseorang dapat juga mendorong seseorang melakukan kejahatan. Misalnya nafsu seks yang
abnormal, sehingga melakukan kekerasan seksual terhadap anak-anak sebagai korbannya yang tidak menyadari keadaan diri si pelaku, yakni sakit jiwa, dan aspek
psikologis dari instink-seksual
Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Dalam keadaan sakit jiwa, si penderita memiliki kelainan mental yang didapat dari faktor keturunan maupun dari sikap berlebihan dalam pribadi orang
tersebut, sehingga pada akhirnya ia sulit menetralisir rangsangan seksual yang tumbuh dalam dirinya dan rangsangan seksual sebagai energi psikis tersebut bila
tidak diarahkan akan menimbulkan hubungan-hubungan yang menyimpang dan dapat menimbulkan korban pada pihak lain.
Sedangkan aspek psikologis sebagai salah satu aspek dari hubungan seksual adalah aspek yang mendasari puas atau tidak puasnya dalam melakukan hubungan
seksual dengan segala eksesnya. Jadi bukanlah berarti dalam mengadakan setiap hubungan seksual dapat memberikan kepuasan, oleh karena itu pula kemungkinan
ekses-ekses tertentu yang merupakan aspek psikologis tersebut akan muncul akibat dari ketidakpuasan dalam melakukan hubungan seks. Dan aspek inilah yang dapat
merupakan faktor kekerasan seksual terhadap anak-anak yang menjadi korbannya. Orang yang mengidap kelainan jiwa, dalam hal melakukan kekerasan seksual
cenderung melakukan dengan sadis, misalnya seorang anak yang memendam dendam terhadap ibunya sejak kecil, sehingga kelak ia menjadi pelaku sadistis dalam
hal kegiatan seksual, meski ia sendiri tidak tidak mengalami kekerasan fisik.
31
Selain itu zat-zat tertentu seperti alkohol dapat membuat seseorang, melakukan perbuatan yang tidak normal. Seseorang yang sudah mabuk akibat
31
Abdul Wahid, 2001, Op Cit, hal.67.
Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
meminum minuman keras pikirannya tidak terkendalikan lagi, sehingga ia akan mudah melakukan kejahatan.
b. Faktor Biologis