Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
meminum minuman keras pikirannya tidak terkendalikan lagi, sehingga ia akan mudah melakukan kejahatan.
b. Faktor Biologis
Dalam kehidupannya manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan yangharus dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, manusia
menciptakan aktifitasnya. Kebutuhan pada satu pihak merupakan apa yang disebut motif dan pada ujung lain kebutuhan itu merupakan suatu tujuan. Bila tujuan itu
tercapai, maka kebutuhan akan terpenuhi, mungkin hanya untuk sementara dan merupakan batas perhentian aktifitas. Kebutuhan ini mungkin datangnya dari dalam
yang disebut dengan kebutuhan biologis. Witherington membagi kebutuhan biologis itu atas tiga jenis, yakni
kebutuhan akan makanan, kebutuhan seksuil dan proteksi.
32
Sejak bayi manusia telah memiliki dorongan seks. Dorongan tersebut merupakan dorongan dasar dalam diri individu yang secara otomatis terbentuk
sebagai akibat zat-zat hormon seks yang terdapat dalam diri manusia. Dorongan tersebut merupakan doongan dasar dalam diri individu yang secara otomatis
terbentuk sebagai akibat-akibat zat-zat hormon seks yang terdapat dalam diri manusia. Dorongan seks ini sangat kuat dan dorongan ini menuntut untuk selalu
dipenuhi. Apabila kita tidak dapat mengendalikannya, maka akibatnya akan terjadi Kebutuhan akan seksuil
ini juga sama dengan kebutuhan-kebutuhan yang lain yang menuntut pemenuhan.
32
Gerson W. Bawengan, Pengantar Pscologi Kriminil, Pradnya Paramita, Jakarta, 1977, hal. 98.
Fernando Enrico Fermi : Pertanggungjawaban Pelaku Tindak Pidana Paedofilia Ditinjau Dari UU No. 232002 Tentang Perlindungan Anak dan KUHP Studi Kasus Pengadilan Negeri Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kehilangan keseimbangan yang hal ini akan mempengaruhi gerak tingkah kita masing-masing dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada tahap selanjutnya, jika
kebutuhan akan seks ini tidak tersalurkan secara normal akan dapat terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti perkosaan.
Psikolog Kartini Kartono mendeskripsikan latar belakang perkosaan: “Pada peristiwa perkosaan, sang pemerkosa selalu didorong oleh nafsu-nafsu
seks sangat kuat, dibarengi emosi-emosi yang tidak dewasa dan tidak mapan. Biasanya dimuati unsur-unsur kekejaman dan sifat sadistis”.
33
33
Kartini Kartono, 1981, Op Cit, hal. 169.
Psikolog itu lebih menekankan faktor kriminologi perkosaan terhadap anak- anak yang bersumber pada kesalahan pelaku, yang gagal mengendalikan nafsu
seksualnya. Hasrat seksualnya yang cukup besar tidak diikuti dengan upaya pelampiasan yang dibenarkan secara hukum dan agama.
c. Faktor Moral