Perumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan Metode Penelitian

Jepang harus memahami makna kebebasan di Barat. Di sisi lain, ia harus memperhatikan nilai-nilai tradisional dalam menyesuaikan diri dengan era modern. Selain sebagai dokter, Mori Ogai berperan sebagai sastrawan. Selama di Jerman, Mori Ogai banyak menghasilkan karya sastra yang salah satunya adalah kumpulan cerita pendek yang berjudul Doitsu Sambusaku, yang artinya Buah Tangan dari Jerman. Dalam buku tersebut terdapat beberapa pandangan Mori Ogai terhadap modernisasi di Jepang, yaitu mengenai usaha-usaha Jepang menuju modernisasi, termasuk di antaranya hal-hal yang harus dimiliki oleh orang Jepang di dalam menghadapi masalah yang terjadi akibat arus modernisasi yang melanda Jepang. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa buku hasil karya Mori Ogai tersebut merupakan tanggapan evaluatif terhadap keadaan Jepang saat itu. Bertitik tolak dari dasar perkiraan di atas, maka penulis mencoba membahasnya melalui skripsi yang berjudul “ Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang dalam Doitsu Sambusaku “ .

1.2 Perumusan Masalah

Modernisasi Jepang berawal dari Restorasi Meiji. Zaman yang penuh dengan usaha-usaha untuk mengejar ketertinggalan dari negara Barat. Dan dalam usaha tersebut dituntut bagaimana masyarakat Jepang seharusnya berfikir, bertindak serta bertingkah laku yang sesuai dengan arus modernisasi. Keadaan seperti ini ditanggapi dan dievaluasi dalam karya sastra yang ditulis oleh salah seorang sastrawan yang bernama Mori Ogai. Rehngenana Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository © 2009 Dengan demikian timbul beberapa permasalahan antara lain adalah : - Seperti apa keadaan Jepang di saat melakukan modernisasi dalam negaranya, yang dilihat dari segala aspek kehidupan pada masa itu. - Masalah-masalah apa saja yang terjadi di saat modernisasi melanda Jepang. - Bagaimana pemikiran Mori Ogai terhadap modernisasi yang dilakukan Jepang yang dituangkan dalam karya sastra yang berjudul Doitsu Sambusaku.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam pembahasan ini, penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas sehingga masalah yang akan dikemukakan dapat lebih terarah dan penelitian yang dihasilkan menjadi lebih terfokus. Penulis memfokuskan pembahasan ini, terbatas pada masa modernisasi Restorasi Meiji di Jepang, terutama mengenai pemikiran Mori Ogai dalam menanggapi modernisasi di Jepang yang tercermin dalam karya sastra Doitsu Sambusaku yang terdiri dari cerita Maihime, Utakata No Ki, dan Fumizukai karya Mori Ogai. Supaya lebih akurat dalam penganalisaannya, sebelum bab pembahasan, penulis juga mengungkapkan mengenai kesusasteraan yang berkembang di zaman Meiji, serta mengenai latar belakang kehidupan Mori Ogai. Rehngenana Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository © 2009

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat suatu negara dapat terwujud karena terjadinya suatu proses pembaharuan, pembangunan atau modernisasi yang terjadi dalam semua bidang kehidupan. Schoorl 1991 : 1 menjelaskan bahwa aspek yang paling spektakuler dalam modernisasi suatu masyarakat ialah pergantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern, yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan terjadinya revolusi industri. Modernisasi yang terjadi dalam masyarakat suatu negara merupakan suatu proses transformasi dalam suatu perubahan yang terjadi di dalam berbagai aspek kehidupan. Ihromi 1988:367 menjelaskan bahwa modernisasi dapat berarti penggabungan diri pada masyarakat yang telah mengakumulasikan berbagai hasil dari telaah ilmiah dan menerapkannya serta menemukan berbagai teknik mutakhir dan menggunakan hasil-hasil temuan ilmiah dan teknologi itu untuk pemecahan masalah- masalah yang dihadapi. Kenichi Tominaga 1991:49 yang mengikuti pemikiran Max Weber maupun Talcot Parson berpendapat bahwa gejala modernisasi pertama-tama terlihat di dalam masyarkat Eropa. Selanjutnya Tominaga menjelaskan bahwa gejala modernisasi bukanlah semata-mata gejala perubahan masyarakat yang hanya terjadi di wilayah Eropa dan Amerika saja, tetapi juga dapat terjadi di berbagai pelosok dunia. Selanjutnya dalam penelitiannya mengenai modernisasi, Goode 1991:247- 281 mengemukakan terdapat tiga bentuk modernisasi, yaitu 1 modernisasi yang didorong dan disertai oleh terjadinya industrialisasi. Modernisasi industrial ini Rehngenana Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository © 2009 menciptakan kebutuhan dan kondisi materi baru. Ini merangsang pengambilalihan sikap dan orientasi nilai-nilai baru yang akhirnya menciptakan peranan-peranan, organisasi-organisasi, sistem aktivitas baru yang mandiri tetapi saling melengkapi; 2 modernisasi yang disebut dengan induce modernization modernisasi iklim budaya, yaitu bahwa terjadinya modernisasi tidak selalu didahului oleh adanya industrialisasi. Masyarakat dihadapkan pada transformasi struktur sosial melalui sistem pendidikan yang mengajarkan norma-norma dan nilai-nilai baru ; dan 3 modernisasi yang disebut dengan acculturative modernization modernisasi kontak media. Modernisasi tipe ini terdapat pada negara-negara bekas jajahan yang mengalami konfrontasi langsung antara kebudayaan kolonial dengan kebudayaan tradisional. Proses akulturasi yang terjadi dalam pertemuan kedua kebudayaan disebut sebagai proses aliansi. Orang-orang yang terakulturasi secara alternatif ini akhirnya membentuk hubungan superior-inferior terhadap orang-orang Barat. Tominaga 1991:27-29 meletakkan permasalahan yang berkembang dalam masyarakat Eropa dan Amerika sebagai pola dasar pengertian modern. Ia menempatkan modernisasi yang terjadi di Eropa dan Amerika sebagai dasar untuk menganalisa perubahan masyarakat yang terjadi di luar wilayah Eropa dan Amerika, dan untuk itu harus mengabstraksikan terlebih dahulu arti dan konsep “modern” untuk dapat memahami pertanyaan ”apakah yang dimodernkan” dalam peristiwa sejarah yang terjadi di Eropa dan Amerika. Dalam menjelaskan pengertian modern, Tominaga sebagai seorang ahli sosiologi menggunakan istilah-istilah yang terdapat dalam ilmu pengetahuan sosial di Eropa dan Amerika dan ia tidak menggunakan konsep modern yang terdapat dalam Rehngenana Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository © 2009 pengertian filsafat. Di dalam konsep kemasyarakatan secara luas, pengertian modern dibagi ke dalam empat subsistem, yaitu modern secara ekonomi, modern secara politik, modern secara sosial atau kemasyarakatan, dan modern secara kebudayaan. Dalam hal modernisasi ekonomi, Tominaga 1991:41-46 membaginya menjadi dua bagian, yaitu 1 perubahan oleh adanya revolusi yang terjadi karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, seperti adanya revolusi energi yang menjadikan segala sesuatu mengalami otomasisasi; dan 2 perubahan karena terjadinya produksi secara besar-besaran akibat kemajuan teknologi, yamg menyebabkan terjadinya perubahan dalam sistem ekonomi pasar. Akibat dari modernisasi ekonomi ini adalah munculnya sistem kapitalisme. Modernisasi dalam bidang politik terjadi karena munculnya paham demokrasi yang menjunjung tinggi hak azasi manusia dan keadilan ; dan dengan terjadinya peralihan kekuasaan politik dari sejumlah kecil penguasa yang berasal dari keluarga bangsawan kepada rakyat. Yang dimaksud dengan modernisasi sosial adalah perubahan yang muncul sebagai perwujudan kebebasan dan keadilan, yang oleh Tominaga 1991:44 dijelaskan sebagai berikut; Manusia untuk hidupnya memerlukan masyarakat dan masyarakat itu merupakan hal yang tua bersamaan dengan sejarah manusia. Akan tetapi, orang-orang zaman kuno dan zaman Pertengahan tergabung dalam ikatan darah dan tergabung pula dalam ikatan wilayah. Terjadi gerakan perubahan masyarakat untuk mencapai persaingan bebas dari individu-individu secara adil sebagai tujuan fungsional dari masyarakat fungsional. Selanjutnya mengenai modernisasi kebudayaan, Tominaga 1991:53-55 menjelaskannya sebagai berikut; Rehngenana Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository © 2009 Manusia tidak mungkin hidup tanpa menciptakan kebudayaan. Pada zaman kuno dan zaman Pertengahan, manusia diikat oleh tradisi, kebiasaan- kebiasaan, tahayul-tahayul ataupun hal gaib. Modernisasi kebudayaan adalah gerakan kebudayaan yang menuntut rasionalisme dalam bidang-bidang agama, pemikiran melalui gerakan pencerahan, revolusi agama, renaisance untuk lepas dari ikatan irasional seperti halnya tradisi, tahayul, kebiasaan- kebiasaan, magis dan lain-lain.

2. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti Namawi, 2001:39-40. Penelitian ini mengambil teori historis dan semiotik. Teori historis merupakan penelitian yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan serta pengalaman di masa lampau dan menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena Muhammadi, 1992 : 20. Dengan teori historis ini, penulis berusaha mengungkapkan usaha-usaha Jepang menuju modernisasi yang terjadi pada masa sejarah Jepang yang terjadi di masa lampau. Penulis berusaha menafsirkan fenomena yang terjadi pada zaman Meiji, dimana pada masa itu merupakan awal modernisasi di Jepang yang dilihat melalui karya sastra Doitsu Sambusaku yang ditulis pada masa Jepang Meiji. Semiotik merupakan suatu disiplin yang meneliti semua bentuk komunikasi Rehngenana Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository © 2009 selama komunikasi itu dilaksanakan dengan menggunakan tanda, yang didasarkan pada sistem tanda atau kode-kode Segers, 1978 : 14. Oleh karena itu semiotik dipandang sebagai ilmu tentang tanda atau sebagai ilmu yang mempelajari sistem- sistem, aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Makna karya sastra tidak hanya ditentukan oleh pembaca terhadap karya sastra yang dihadapinya, tetapi juga ditentukan dan diarahkan oleh karya sastra itu sendiri Chamamah – Soeratno, 1991 :18. Berdasarkan teori semiotik ini, penulis akan mengungkapkan usaha-usaha Jepang menuju modernisasi melalui tanda-tanda yang tertulis di dalam karya sastra Doitsu Sambusaku. Tanda-tanda ini dilihat dari cerita yang akan memberikan informasi atau pesan yang tertulis di dalamnya baik itu dari latar cerita, isi, percakapan, maupun amanat yang ingin disampaikan oleh Mori Ogai.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

- Untuk mengetahui keadaan Jepang di saat melakukan modernisasi yang dilihat dari segala aspek kehidupan. - Untuk mengungkapkan masalah-masalah yang terjadi pada saat modernisasi di Jepang. - Untuk mengetahui sejauh mana pemikiran Mori Ogai terhadap modernisasi di Jepang yang dituangkan melalui karya Doitsu Sambusaku. Rehngenana Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository © 2009

2. Manfaat Penelitian

- Untuk menambah wawasan tentang awal modernisasi di Jepang, yang ditandai oleh Restorasi Meiji. - Untuk menambah wawasan tentang sikap Jepang terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam menghadapi modernisasi.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek atau objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Fakta yang tampak dihubungkan satu dengan yang lainnya di dalam aspek-aspek yang diselidiki Ramlan, 1992:6. Teknik penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan Ramlan, 1992:12. Berdasarkan teknik penelitian di atas, penulis mengumpulkan buku-buku sebagai bahan referensi, khususnya buku-buku yang menyangkut tentang modernisasi di Jepang dan tentang Mori Ogai dan karya-karyanya, terutama buku yang berjudul Doitsu Sambusaku . Rehngenana Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository © 2009 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP MODERNISASI DAN KESUSASTERAAN JEPANG PADA MASA RESTORASI MEIJI

2.1 Restorasi Meiji Sebagai Awal Modernisasi