Fumizukai Cuplikan 13 Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku

selayaknya diisi dengan sesuatu yang baik dan berguna, yang bisa bermanfaat di kemudian hari. Walaupun segala sesuatunya dapat hilang tanpa bekas seperti buih di atas air, namun apabila diisi dengan semangat yang berguna maka kehidupan akan bermakna, dan bermanfaat untuk generasi penerus di masa yang akan datang. Demikian halnya dengan modernisasi Jepang yang dilakukan untuk melakukan pembaharuan yang akan sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup negara, yang akan dilanjutkan oleh generasi berikutnya.

3.3 Fumizukai Cuplikan 13

Dalam pertemuan Klub Persahabatan Jerman yang diselenggarakan oleh seorang bangsawan terkemuka di Restoran Hoshigaoka, sudah menjadi kebiasaan bagi para perwira yang pernah bertugas di luar negeri untuk menceritakan pengalaman mereka secara bergantian. Hal. 143 Analisis Cuplikan tersebut menunjukkan salah satu usaha pemerintah Jepang dalam mendukung modernisasi dengan mengirimkan utusan perwira untuk mempelajari system organisasi militer modern menurut model Barat yang berguna untuk menciptakan system organisasi militer yang efisien di Jepang. Cuplikan 14 “Akhir-akhir ini saya membeli dan membaca beberapa buku tentang adat istiadat Jepang, di mana para penulis Eropa memberi catatan yang merendahkan.” Hal.166 Rehngenana Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository © 2009 Analisis Cuplikan tersebut menunjukkan bagaimana orang Eropa memandang rendah negara Jepang yang yang pada saat itu belum menjadi negara modern. Menunjukkan Jepang pada saat itu masih sebagai negara yang tertinggal jauh dari negara-negara Barat. Hal ini memberikan motivasi bagi negara Jepang untuk segera mengejar ketertinggalan mereka yang salah satunya melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar diakui dalam lingkungan internasional. Sehingga Jepang tidak lagi dipandang rendah, dan memiliki tempat dalam hubungan internasional. Hal ini merupakan salah satu hal yang mendasari modernisasi di Jepang. Cuplikan 15 “Tak terbayangkan, orang yang dilahirkan sebagai bangsawan bertindak dengan sikap mementingkan diri sendiri seperti halnya orang-orang kelas bawah. Cinta sejati yang merupakan hak pribadi harus dikorbankan demi garis keturunan.” Hal.168 “Tetapi walaupun saya dilahirkan sebagai anak seorang bangsawan, saya juga seorang pribadi. Tetapi kalau saya melangkah sedikit di luar kebiasaan, adakah kiranya orang yang akan membela saya?” Hal. 168 Analisis Pernikahan di Jerman tidak berbeda dengan yang ada di Jepang pada saat itu. Pernikahan masih diatur oleh orang tua, terutama pada kaum bangsawan. Tradisi ini dirasakan sangat membatasi kebebasan, dan sifatnya mengekang. Akan tetapi bukan berarti ditolak mentah-mentah atau ditinggalkan begitu saja, namun harus dicari jalan terbaik untuk mendapatkan keseimbangannya. Rehngenana Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository © 2009 Sesuai dengan pendapat Tominaga 1991:53-55, ahli sosiolog Jepang, menyatakan bahwa modernisasi kebudayaan adalah gerakan kebudayaan yang menuntut rasionalisme dalam bidang-bidang agama, pemikiran melalui gerakan pencerahan, revolusi agama, renaisance, untuk lepas dari ikatan irasional, seperti halnya tradisi, kebiasaan, dan lain-lain. Demikian juga dengan modernisasi, harus ada keselarasan antara tradisi atau kebiasaan yang sudah ada dengan ide-ide baru yang masuk bersamaan dengan Restorasi Meiji, di lain pihak kebebasan individu juga harus dihargai. Rehngenana Sembiring : Pemikiran Mori Ogai Terhadap Modernisasi Jepang Dalam Doitsu Sambusaku, 2007 USU e-Repository © 2009 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan