Pencegahan Primer Primary Prevention Pencegahan Sekunder Secondary Prevention

2.4. Pencegahan

2.4.1. Pencegahan Primer Primary Prevention

Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin namun sudah dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan perawatan antenatal yang baik. 32 Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah- langkah dalam pertolongan persalinannya. 18 Kunjungan pelayanan antenatal bagi ibu hamil paling sedikit 4 kali kunjungan dengan distribusi sekali pada trimester I, sekali trimester II dan dua kali pada trimester III. 12 Adapun hal-hal yang harus diawasi adalah : a peningkatan berat badan ibu b pemenuhan nutrisi c fungsi organ-organ tubuh d pertumbuhan dan perkembangan janin e jumlah dan letak janin f persiapan persalinan g keadaan jalan lahir h persiapan laktasi i imunisasi j psikologis ibu. 35 Semua ibu hamil harus didorong untuk mempersiapkan kelahiran dan kesiagaan terhadap komplikasi dan agar melahirkan dengan bantuan seorang bidan, yang dapat memberikan perawatan pencegahan perdarahan postpartum. Semua ibu Rahmi : Karakteristik Penderita Perdarahan Postpartum Yang Datang Ke RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004-2008, 2009. harus dipantau secara dekat setelah melahirkan terhadap tanda-tanda perdarahan tidak normal dan para pemberi perawatan harus dapat dan mampu menjamin akses ke tindakan penyelamatan hidup bilamana diperlukan. 36 Sebagian besar kasus perdarahan postpartum terjadi selama persalinan kala III.. Untuk itu dilakukan pencegahan dengan manajemen aktif kala III. Manajemen aktif persalinan kala III terdiri dari intervensi yang direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi rahim dan unuk mencegah perdarahan postpartum dengan menghindari atonia uteri. 36

2.4.2. Pencegahan Sekunder Secondary Prevention

a. Diagnosis Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama timbul perdarahan yang banyak dalam waktu pendek, tetapi bila perdarahan sedikit dalam waktu yang lama, tanpa disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat. Seorang wanita hamil dapat kehilangan darah sebanak 10 dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik, gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20 jika perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis perdarahan postpartum dipermudah apabila tiap-tiap persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah dalam kala III dan satu jam setelahnya. 20 Apabila terjadi perdarahan postpartum dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk melahirkan plasenta dengan segera. Jika plaseenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan akibat perlukaan jalan lahir. Pada perdarahan atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada palpasi, sedang perdarahan karena perlukaan uterus berkontraksi dengan baik. Dalam Rahmi : Karakteristik Penderita Perdarahan Postpartum Yang Datang Ke RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004-2008, 2009. hal uterus berkontraksi dengan baik perlu diperiksa dengan baik tentang adanya dan dimana letak perlukaan jalan lahir. 24 Informasi dalam buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal akan membantu dalam menentukan pendekatan-pendekatan yang terbaik untuk menangani perdarahan postpartum serta komplikasinya pada berbagai kondisi, kondisi-kondisi tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.1. Tabel 2.1. Diagnosa Kerja Perdarahan Postpartum Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja Uterus tidak berkontraksi dan lembek. Perdarahan segera setelah anak lahir Perdarahan Persalinan Primer atau P3 Syok Bekuan darah pada serviks atau posisi telentang akan menghambat aliran darah keluar. Atonia uteri Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir P3 Uterus berkontraksi dan keras. Plasenta lengkap. Pucat Lemah Menggigil Robekan Jalan Lahir Plasenta belum lahir setelah 30 menit. Perdarahan segera P3 Uterus berkontraksi dan keras. Tali pusat utus akibat traksi berlebihan. Inversio uteri akibat tarikan. Perdarahan lanjutan. Retensio Plasenta Plasenta atau sebagian selaput mengandug pembuluh darah tidak lengkap. Perdarahan segera P3 Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. Tertinggalnya Sebagian Plasenta. Uterus tidak teraba. Lumen vagina terisi massa. Tampak tali pusat bila plasenta belum lahir Perdarahan segera Neurogenik syok. Pucat dan limbung. Inversion Uteri Rahmi : Karakteristik Penderita Perdarahan Postpartum Yang Datang Ke RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004-2008, 2009. Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja Sub involusi uterus Nyeri tekan perut bawah Perdarahan sekunder atau P2S Lokhia mukopurulen dan berbau bila disertai infeksi. Anemia Demam Perdarahan terlambat Endometritis atau Sisa Fragmen Plasenta terinfeksi atau tidak Perdarahan segera P3 Nyeri perut berat kurangi dengan ruptur Syok Nyeri tekan perut Denyut nadi ibu cepat Robekan dinding uterus Ruptura uteri b. Penanganan Perdarahan Postpartum Dalam menghadapi kasus perdarahan postpartum harus hati-hati dengan perdarahan yang mengalir dalam jumlah yang tidak banyak tetapi terjadi secara berulang. Karena setelah beberapa waktu kemudian atau sekitar setengah sampai satu jam, secara kumulatif telah banyak darah yang hilang. Oeh karena itu perlu pemberian infus larutan garam fisiologis secepatnya bila ada perdarahan walau nampaknya tidak banyak, kemudian diikuti tranfusi jika ternyata perdarahan itu berlanjut, serta bertindak menangani penyebab perdarahan. 21

2.4.3. Pencegahan Tersier Tertiary Prevention