paling umum merupakan akibat subinvolusi tempat plasenta, jaringan plasenta yang tertahan atau infeksi.
23
2.2. Patofisiologi
Bila dikaji dari sudut mekanisme perdarahan, maka perdarahan pada sesuatu tempat di tubuh baru terjadi jika keutuhan pembuluh darah terganggu terluka dan
mekanisme pembekuan tidak mampu membendungnya.
24
2.2.1. Atonia Uteri
Uterus yang kuat atau berkontraksi dalam kondisi normal tidak mengalami perdarahan setelah melahirkan.
23
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan serat-serat miometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan
terlipatnya pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta terhenti.
19
Atonia uteri adalah gagalnya uterus untuk mempertahankan kontraksi dan retraksi normalnya. Kegagalan kontraksi otot rahim menyebabkan pembuluh darah
pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan.
18
Pada atonia uteri, uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik, terjadi karena proses persalinan yang lama sehingga menyebabkan kelelahan, peregangan
rahim yang berlebihan karena kehamilan ganda, janin besar, kelainan uterus karena mioma uteri, faktor sosioekonomi yaitu malnutrisi dan sering dijumpai pada
multipara dan grandemultipara, anemia berat, penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan.
21
Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan.
24
Rahmi : Karakteristik Penderita Perdarahan Postpartum Yang Datang Ke RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004-2008, 2009.
2.2.2. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. Retensio sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim akan
menyebabkan sinus-sinus darah tetap terbuka dan menimbulkan perdarahan postpartum.
24
Sebab-sebab retensio plasenta : a.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus. Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum keluar dari dinding uterus karena a kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasena. b plasenta
melekat erat pada dinding uterus vili korialis desidua sampai miometrium-sampai bawah peritoneum plasenta akreta-perkreta.
24
b. Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
menyebabkan perdarahan yang banyak, atau dapat juga diakibatkan kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar plasenta
inkarserata.
22
2.2.3. Laserasi Jalan Lahir