Distribusi Frekuensi Determinan Epidemiologi

2.3. Epidemiologi

2.3.1. Distribusi Frekuensi

Di dunia, 25 dari 150.000 kelahiran hidup tiap tahun disebabkan oleh perdarahan postpartum sebagai penyebab paling utama kematian ibu. 28 Penelitian Tucker J, dkk di Amerika Serikat tahun 1988-1999 prevalensi perdarahan postpartum pada wanita kulit hitam sebanyak 1.428 orang, wanita kulit putih sebanyak 1.890 orang. 29 Di RS Muhimbili Nasional di Tanzania 1995-2005 dilaporkan jumlah kematian karena perdarahan postpartum sebanyak 107 orang. 30 Penelitian Balki dkk di Canada 2000-2005 kejadian postpartum primer sebesar 3,2 1078 kasus dari 33.631 kasus persalinan. 31

2.3.2. Determinan

a. Umur Umur reproduksi aman untuk melahirkan dan persalinan adalah umur 20-30 tahun, umur di bawah dan di atas usia tersebut dapat meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan. Kematian maternal pada ibu yang berusia muda 20 tahun 2-5 kali lebih tinggi daripada usia 20-29 tahun dan kematian tersebut akan meningkat kembali sesudah usia 35 tahun. 4 Penelitian yang dilakukan oleh Pardosi di wilayah kerja Puskesmas Kota Medan tahun 2005 menemukan bahwa ibu dengan umur 20 tahun atau 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,3 kali lebih besar dibanding dengan ibu dengan umur 20-30 tahun. 9 Rahmi : Karakteristik Penderita Perdarahan Postpartum Yang Datang Ke RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004-2008, 2009. b. Paritas Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami ibu sebelum kehamilan atau persalinan saat ini. Paritas dikategorikan menjadi 4 kelompok : 1 Nullipara adalah ibu dengan paritas 0 2 Primipara adalah ibu dengan paritas 1 3 Multipara adalah ibu dengan paritas 2-5 4 Grande Multipara adalah ibu dengan paritas 5 22 Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian perdarahan postpartum karena pada setiap kehamilan dan persalinan terjadi perubahan serabut otot pada uterus yang dapat menurunkan kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit untuk melakukan penekanan pembuluh-pembuluh darah yang membuka setelah lepasnya plasenta. Risiko terjadinya akan meningkat setelah persalinan ketiga atau lebih yang mengakibatkan terjadinya perdarahan postpartum. 19 Penelitian yang dilakukan oleh Pardosi di wilayah kerja Puskesmas Kota Medan tahun 2005 menemukan bahwa ibu dengan paritas ≥ 3 memiliki risiko perdarahan postpartum 0,7 kali lebih besar dibandingkan dengan paritas 3. 9 c. Jarak Persalinan Seorang wanita setelah melahirkan membutuhkan 2 tahun atau lebih jarak melahirkan agar keadaan uterus dan kondisi ibu pulih kembali secara fisiologik dari persalinan dan mampu mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya. 26 Jarak kehamilan pendek akan meningkatkan risiko terhadap ibu dan anak dan jarak persalinan yang optimal adalah antara 2 sampai 3 tahun. Jarak kehamilan 2 tahun tergolong risiko tinggi karena menimbulkan komplikasi pada persalinan Rahmi : Karakteristik Penderita Perdarahan Postpartum Yang Datang Ke RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004-2008, 2009. dimana uterus akan berkontraksi kurang baik dan melemah sehingga dapat mengakibatkan terlepasnya sebagian plasenta, robekan pada sinus-sinus maternalis. Sedangkan sebagian plasenta yang masih melekat akan mengahambat kontraksi dan retraksi dari otot-otot uterus yang mengakibatkan lumen pembuluh-pembuluh darah pada tempat melekatnya plasenta akan tetap membuka sehingga terjadinya perdarahan. 20 d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Riwayat kehamilan yang berhubungan dengan risiko kematian ibu adalah pernah mengalami abortus, perdarahan, pre-eklampsiaeklampsia. Dengan memperoleh informasi tentang ibu secara lengkap pada masa lalu, diharapkan risiko kehamilan yang dapat memperberat keadaan ibu dan janin dapat diatasi dengan pengawasan obstetri yang lebih baik. 32 Riwayat persalinan yang berisiko tinggi adalah persalinan yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya, ekstraksi vakum, melahirkan prematurBBLR, forcep, partus lama, ketuban pecah dini dan melahirkan bayi mati. 32 e. Anemia Anemia kehamilan adalah kodisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr pada trimester I dan III atau kadar 10,5gr pada trimester II. 19 Berdasarkan DepKes tahun 2003, kejadian anemia pada ibu hamil merupakan salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu dengan proporsi 51 dan pada ibu nifas 45 serta Kurang Energi Protein. 33 Rahmi : Karakteristik Penderita Perdarahan Postpartum Yang Datang Ke RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004-2008, 2009. Berdasarkan penelitian Budi di RS Sardjito Yogyakarta tahun 1998-2002 menemukan bahwa ibu dengan anemia memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 2,76 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. 14 f. Pendidikan Ibu dengan pendidikan yang lebih tinggi memperhatikan kesehatannya selama kehamilan bila dibadingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu diharapkan semakin meningkat juga pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan kehamilan dan persalinan sehingga termotivasi untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur. 32 g. Pekerjaan Derajat sosioekonomi masyarakat akan menunjukkan tingkat kesejahteraan dan kesempatannya dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya akan mencerminkan keadaan sosioekonomi keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat kemampuan mereka terutama dalam pemenuhan makanan bergizi, khususnya bagi ibu hamil, pemenuhan kebutuhan makanan bergizi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kehamilannya. Kekurangan gizi dapat berakibat buruk pada ibu dan anak, misalnya pada ibu dapat terjadi anemia, keguguran, perdarahan saat dan sesudah hamil, infeksi atau partus macet sedangkan pada anak dapat menyebabkan terjadinya Berat Badan Lahir Rendah BBLR. 34 Rahmi : Karakteristik Penderita Perdarahan Postpartum Yang Datang Ke RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004-2008, 2009.

2.4. Pencegahan