2.2.2. Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi. Retensio sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim akan
menyebabkan sinus-sinus darah tetap terbuka dan menimbulkan perdarahan postpartum.
24
Sebab-sebab retensio plasenta : a.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus. Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan
indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum keluar dari dinding uterus karena a kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasena. b plasenta
melekat erat pada dinding uterus vili korialis desidua sampai miometrium-sampai bawah peritoneum plasenta akreta-perkreta.
24
b. Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan
menyebabkan perdarahan yang banyak, atau dapat juga diakibatkan kesalahan penanganan kala III, yang akan menghalangi plasenta keluar plasenta
inkarserata.
22
2.2.3. Laserasi Jalan Lahir
Laserasi atau robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan postpartum. Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang
bervariasi banyaknya. Laserasi jalan lahir dapat meliputi cedera pada labia, perineum, vagina dan serviks. Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan
dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan spekulum. Setelah sumber perdarahan diketahui dengan pasti, perdarahan dihentikan dengan melakukan ligasi.
24
Rahmi : Karakteristik Penderita Perdarahan Postpartum Yang Datang Ke RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004-2008, 2009.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sebab dan insiden laserasi obstetrik traktus genetalia bawah meliputi kelahiran operatif, kelahiran spontan tidak terkontrol,
kelainan kongenital pada bagian-bagian maternal yang lunak, kontraksi pelvis, jaringan parut yang sudah ada sebelumnya akibat infeksi, cedera atau pembedahan.
25
Robekan jalan lahir yang diabaikan dapat menyebabkan kehilangan darah yang banyak tapi perlahan selama berjam-jam.
26
2.2.4. Inversio Uteri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Inversio uteri dibagi menjadi a Inversio
uteri ringan yaitu keadaan dimana fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari ruang rongga rahim. b Inversio uteri sedang yaitu keadaan
fundus uteri terbalik dan sudah masuk dalam vagina. c Invesio uteri berat yaitu keadaan uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
22
2.2.5. Ruptura Uterus
Ruptura uterus adalah keadaan robekan pada rahim dimana telah terjadi hubungan lansung antara rongga amnion dengan rongga peritoneum.
21
Biasanya ruptura uteri didahului oleh gejala-gejala his yang kuat dan terus-menerus, rasa nyeri
yang hebat di perut bagian bawah, nyeri waktu ditekan, gelisah atau seperti ketakutan, nadi dan pernapasan cepat. Secara anatomik ruptura dapat dibagi atas ruptura uteri
komplit dinding uterus robek, peritoneum juga robek sehingga janin dapat berada dalam rongga perut dan ruptura uteri inkomplit hanya dinding uterus yang robek
tetapi peritoneum tetap utuh.
27
Rahmi : Karakteristik Penderita Perdarahan Postpartum Yang Datang Ke RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2004-2008, 2009.
2.3. Epidemiologi